Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXV
Ezr. 6:7-8,12b,14-20
Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5
Luk. 8:19-21
Sebuah relasi yang intim dan sehat
Saya barusan mengunjungi beberapa
keluarga dari Lewo Tanah atau kampung halaman di diaspora, khususnya di pedalaman Timor
Leste. Perjumpaan pertama selalu dihiasi dengan menceritakan sekaligus
menjelaskan silsilah keturunan saya dan mereka, hingga mencapai sebuah titik
temu, dan menjadi awal dalam membangun sebuah relasi. Setelah berbincang-
bincang dengan mereka, akhirnya benar-benar ada titik temunya. Kami masih
memiliki hubungan keluarga, hubungan darah di diaspora karena perkawinan antar
suku di Lewo Tanah. Tetapi lebih dari itu, relasi kami semakin luas dan terbuka
dan menjadi sebuah keluarga baru. Saya kembali ke komunitas dengan sukacita
karena keluarga baru di diaspora. Saya
juga memiliki pengalaman lain. Ada juga keluarga lain yang setiap kali meminta
saya untuk merayakan misa intensional, selalu mengatakan: "Pater, kita
sama-sama dari sana". Bagi saya ini juga sebuah cara mempererat relasi
persaudaraan. Tentu saja hal terbaik yang diharapkan adalah setiap pribadi dapat
membangun sebuah relasi yang intim dan sehat.
Bacaan Injil hari ini
mengingatkan kita untuk membangun sebuah relasi yang intim dan sehat dengan
Tuhan. Penginjil Lukas mengisahkan bahwa pada suatu ketika Bunda Maria dan para
saudara sepupuh Yesus datang untuk mengunjungi-Nya. Sayang sekali sebab mereka
semua tidak dapat berjumpa dengan-Nya sebab ada banyak orang yang berada di dekat-Nya
untuk mendengar Sabda-Nya. Tuhan Yesus memperhatikan mereka satu persatu, dan
mereka memiliki sikap bathin yang terbuka kepada-Nya. Mereka mendengar setiap
perkataan yang keluar dari mulut-Nya. Sebab itu, ketika orang-orang yang berada
di dekat-Nya menyampaikan berita kedatangan Ibu dan saudara-saudara-Nya, Ia
menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang
mendengarkan firman Allah dan melakukannya." (Luk 8:21). Orang yang
mendengar Sabda Tuhan dan melakukan-Nya itu melewati proses ini: mendengar
dengan pernuh perhatian, mematuhi apa yang sudah didengar dengan kedua telinganya,
mengasihi orang yang berbicara atau mengeluarkan suara yang didengarnya dan
melakukan apa yang didengar dalam hidupnya.
Ada dua kata penting yang keluar
dari mulut Yesus dalam Injil hari ini:
Pertama, kata mendengar. Mengapa
mendengar Sabda Tuhan itu penting sekali di dalam hidup ini? Ada beberapa
manfaat dari kita mendengar Sabda Tuhan yakni, pertama, dengan mendengar Sabda
Tuhan, kita dapat mengalami Allah di dalam hidup kita secara pribadi. Kedua, dengan
mendengar Sabda Tuhan, kita dapat membentuk sebuah komunitas persaudaraan.
Ketiga, dengan mendengar Sabda Tuhan, kita semakin setia dalam menjalani
panggilan hidup masing-masing. Keempat, dengan mendengar Sabda Tuhan, kita
menjadi rasul bagi Sabda itu sendiri. Keempat manfaat mendengar Sabda ini
sebenarnya membantu kita untuk membentuk sebuah relasi yang intim dan sehat
dengan Tuhan. Kita mendengar berarti kita mematuhi dan mengasihi.
Kedua, kata melakukan. Kita semua
membangun relasi yang intim dan sehat dengan Tuhan bukan hanya dengan mendengar
saja tetapi melakukan Sabda. Kita semua dipanggil untuk menjadi pelaku Sabda
atau pelaku Firman Tuhan. Santu Yakobus berkata: "Jadilah pelaku firman
dan bukan hanya pendengar; jika tidak, kamu menipu diri sendiri." (Yak
1:22). Banyak kali orang berpikir bahwa dengan mendengar Sabda saja sudah
cukup. Artinya orang datang ke Gereja bukan hanya untuk mendengar sabda,
mendengar homili dan selesai. Sabda yang berinkarnasi dalam homili haruslah
menjadikan setiap orang pelaku firman bukan hanya mendengar Sabda. Ada umat
yang senang mendengar tetapi sulit untuk melakukannya. Ada pastor yang suka
memberi homili tetapi masih sulit untuk mendengar dan melakukan sabda di dalam
hidupnya. Tentu saja semua ini akan berpengaruh dalam membangun relasi yang
intim dan sehat dengan Tuhan.
Mari kita belajar lebih lanjut
tentang mendengar Sabda. Bangsa Israel mendengar perintah untuk kembali ke
Yerusalem supaya membangun Rumah Tuhan melalui orang-orang yang tidak percaya
kepada Tuhan. Mereka adalah Koresh, Darius dan Artahsasta yang merupaka
raja-raja dari negeri asing yaitu Persia. Tuhan menyampaikan Sabda dan
menggerakkan hati mereka untuk memerintahkan bangsa Israel supaya kembali ke
Yerusalem untuk membangun rumah Tuhan. Di dalam rumah Tuhan inilah mereka akan
merasakan jati diri mereka sebagai umat pilihan dan dapat mendengar kembali
Sabda Tuhan. Dampak lebih lanjut adalah
bangsa Israel kembali memurnikan atau mentahirkan diri mereka di hadapan
Tuhan Allah.
Ada satu hal yang menarik perhatian
kita hari ini. Tuhan menggerakkan hati para raja asing untuk melakukan kebaikan
yakni mengembalikan bangsa Israel ke Yerusalem. Orang asing saja masih
mendengar Sabda dan melakukan kebaikan meskipun mereka tidak mengenal Allah.
Bagaimana dengan kita? Kita mengakui diri sebagai orang beragama, beriman
tetapi masih sulit untuk mendengar Sabda apalagi menjadi pelaku Firman. Kita
butuh Tuhan untuk membaharui hidup kita. Kita butuh Tuhan supaya menyehatkan
relasi kita dengan diri-Nya dalam Yesus Kristus, Putera-Nya. Bulan Kitab Suci
menjadi kesempatan untuk membaharui diri dan mengakrabkan relasi dengan Tuhan
melalui Sabda-Nya. Sungguh sabda Tuhan adalah pelita bagi langkah kaki kita.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment