Friday, June 22, 2012

Renungan 22 Juni 2012

Hari Jumat, Pekan Biasa XI
2Raj 11:1-4.9-18.20;
Mzm 132: 11.12.13-14.17-18
Mat 6:19-23
Kumpulkan bagimu harta di Surga!


Seorang ibu merasa pusing mengurus anaknya yang baru kelas V SD. Ia heran mengapa anaknya berubah perilaku ketika dihadiai BB oleh ayahnya. sejak saat itu ia tidak dapat melepaskan dirinya dari BB. Lebih mengherankan lagi, ketika pergi toilet, sambil duduk di kloset pun ia masih BBM-an dengan teman-temanya. Ibu itu mengatakan bahwa ia tidak heran mengapa anak-anak muda seringg menggunakan BB di dalam gereja. Di toilet aja BBM-an apalagi di Gereja. Seorang suami juga merasa ada perubahan perilaku isterinya setelah menggunakan Iphone 4S. Ia banyak kali tertawa sendiri di depan layar Iphone 4S, mungkin sedang chating FB-an dengan teman-teman arisannya. Dia lupa bahwa di depannya ada suami, anak-anak dan makanan yang siap di santap. Suami itu merasa bahwa perkawinan ternyata masih dibatasi oleh dunia maya. Yah, perubahan perilaku karena harta kekayaan yang dimiliki setiap pribadi.


Harta dalam bahasa Yunani disebut thesaurus. Yesus dalam bacaan Injil hari ini berkata, “Di mana ada hartamu, di situ juga hatimu berada” (Mat 6:21). Dalam alam pikir Yahudi, hati merupakan simbol totalitas kehidupan manusia dan juga merupakan tempat di mana manusia melakukan penilaian dan keputusan-keputusan tertentu. Kita perlu menyadari bahwa pada zaman ini banyak orang tidak memiliki harta tetapi hartalah yang memiliki manusia. Hal ini terwujud dalam gaya hidup tertentu. Di samping itu banyak di antara kita yang memahami harta hanya sebatas material yang dimiliki setiap pribadi. Yesus tidak hanya memaksudkan bahwa harta itu material tetapi yang juga termasuk harta adalah pribadi-pribadi yang kita kasihi melampaui  kasih kepadaTuhan. 
Dalam budaya Yahudi, mengumpulkan harta adalah bagian dari hidup. Mereka biasanya mengumpulkan aneka jenis kain, gandum, hewan-hewan, emas, dan batu-batu yang berharga. Mereka biasanya menyimpannya di tempat-tempat yang nyaman dan rahasia, misalnya di ladang (Mat 13:44). Namun demikian barang-barang ini sifatnya fana dan dapat hancur. Kain-kain dan pakaian dapat hancur karena ngengat (Yes 51:8), tikus dapat memakan gandum, bahan-bahan metalik seperti emas dan perak dapat berkarat. Para pencuri dapat mencurinya dengan mudah. Ketika para pencuri mengetahui di mana diletakan harta di dalam gudang, mereka juga akan mencari jalan misalnya menggali tanah dan membuat saluran yang menghubungkan bagian luar rumah dan bagan dalam rumah terutama gudang.  
Orang mengumpulkan harta karena menginginkan kenyamanan tertentu dan menghilangkan kecemasan. Namun demikian, semua harta yang ada di dunia sifatnya sementara. Orang seharusnya bijaksana dalam menggunakannya. Yakobus dalam suratnya menulis: “Sekarang mengenai kamu orang-orang kaya. Menangislah meratapi kemalangan yang akan menimpamu. Kekayaanmu akan membusuk dan pakaianmu akan dimakan ngengat. Perak dan emasmu akan berkarat dan karatnya akan menjadi saksi melawan kamu. Ia akan makan dagingmu laksana api, karena kamu telah menumpuk kekayaan untuk hari akhirat.” (Yak 5:1-3). 
Lalu apa yang harus kita lakukan kalau semua yang ada di atas dunia ini fana? Yesus mengingatkan kita dalam Injil hari ini, “Kumpulkan harta di surga”. Tentu saja perkataan Yesus ini bukan dimaksudkan untuk membooking tempat di surga. Perkataan Yesus ini berarti setiap pegikutNya harus menggantungkan seluruh harapan hidupnya pada Tuhan. Artinya setiap pribadi harus membangun relasinya dengan Tuhan yang mengenal kita, menerima kita apa adanya, dan memberi arti kehidupan kepada kita. Tuhan haruslah menjadi satu-satunya dalam hati kita, dan kita bersekutu denganNya. Dialah yang menyediakan segalanya bagi kita (Mat 6:33). 
Selain membicarakan harta kekayaan, Yesus juga berkata, “Mata adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik maka seluruh tubuhmu akan terang. Jika matamu sakit maka seluruh tubuhmu akan gelap. Kalau terangmu sudah menjadi gelap maka betapa hitamnya kegelapan itu.”  Mata adalah simbol hati nurani manusia. Mata yang terang menandakan pribadi tersebut memiliki kebajikan kemurahan hati. Mata yang gelap menandakan kepicikan dan menutup jalan untuk bertemu dengan Tuhan.
Sebagaimana di katakan di atas bahwa harta kekayaan bukan hanya terbatas pada materi  tetapi juga pada pribadi-pribadi tertentu. Karena gengsi dan posisi secara politis maka gampang sekali orang lain menjadi korban. Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah kematian Ahazia. Ibunya yang bernama Atalya membunuh semua anak raja, kecuali Yoas yang diculik dan disembunyikan oleh Yoseba di rumah Tuhan. Kisah selanjutnya menunjukkan bahwa Imam Yoyada menggalang pasukan untuk setia kepada keturunan raja. Yoas pun diangkat menjadi raja Yehuda sedangkan Atalya dibunuh di luar Bait Allah. 
Sabda Tuhan hari ini mendorong kita untuk bersikap lepas bebas. Artinya, kita semua diingatkan untuk tidak melekat sepenuhnya pada harta kekayaan yang ada. Harta kekayaan adalah sarana untuk membuat kita bertumbuh, sekaligus kita bersyukur kepada Tuhan karena semuanya adalah anugerah. Kalau toh kita sudah mengalami bahwa kekayaanlah yang memiliki diri kita maka kita masih punya kesempatan untuk berubah. Kita perlu mengubah kiblat kita yang tadinya cenderung membangun “kerajaan pribadi” dengan gaya hidup tertentu menjadi pribadi yang menghayati keluhuran nilai kemiskinan injili. Yesus sendiri berkata, “Berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang memiliki Kerajaan Sorga” (Mat 5:3). Ingatlah, kumpulkanlah bagimu harta Sorgawi, semua dicukupkan olehNya!
Doa: Tuhan, semoga hanya Engkaulah harta kekayaan kami. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment