Friday, June 8, 2012

Renungan 8 Juni 2012

Hari Jumat, Pekan Biasa IX
2Tim 3:10-17
Mzm 119:157.160.161.165.166.168
Mrk 12:35-37
Apakah Mesias itu Anak Daud?
Siapa yang tidak menyangkal kehadiran Yesus? Orang-orang Nazareth mengenal dengan baik Yesus secara manusiawi. Ibunya bernama Maria, dan ayahNya Yusuf seorang tukang kayu. Yesus juga seorang tukang kayu. Mengherankan karena tiba-tiba Dia memiliki kelompok pria dan wanita yang berjalan mengikuti Dia. Dia mengajar dengan baik, memiliki kuasa dan wibawa. Ia bahkan pernah berkata bahwa Dia lebih besar dari para nabi termasuk Yohanes Pembaptis. 
Lebih mengherankan lagi orang-orang yang tinggal di Yerusalem karena Yesus mengajar di Bait Allah dan berkata, “Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan bahwa Mesias adalah anak Daud? Padahal Daud sendiri menyebut Dia sebagai Tuanku. Kata Daud yang penuh Roh Kudus, “Tuhan bersabda kepada Tuanku, Duduklah di sisi kananKu, sampai musuh-musuh kutaruh di bawah kakiMu”. Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia sekaligus menjadi anakNya?”
Menarik untuk memahami perikop Injil pada hari ini. Banyak orang di dalam bait Allah seakan dalam pencarian untuk memahami identitas Yesus yang sedang mengajar dengan kuasa dan wibawa. Mereka mengetahui dari Kitab Suci dan juga mulut para ahli Taurat yang mengatakan bahwa Yesus adalah anak Daud. Pengenalan mereka tentang Yesus pada saat itu sangat manusiawi. Artinya, Dia adalah anak Daud maka Ia akan memerintah sebagai manusia yang kira-kira menyerupai Daud bapa leluhurNya. Padahal Yesus lebih besar dari Daud, bahkan Daud sendiri memanggilNya “Tuanku”. 
Di dalam Kitab Injil kita menemukan kutipan-kutipan tertentu tentang gelar Yesus sebagai Anak Daud. Pertanyaannya adalah Apakah Yesus anak Daud? Dalam Injil Matius diakui bahwa Yesus adalah Anak Daud (Mat 1:1). Menurut Yesus sendiri Dia bukan Anak Daud (Mat 22:45; Mrk 12:37; Luk 20:44). Apakah ini sebuah kontradiksi? Jawaban yang pasti adalah tidak! Tidak ada kontradiksi. Dalam Injil Matius 1:1 sebutan anak Daud itu tepat diberikan kepada Yesus karena figur Yusuf sebagai Bapa pengasuhNya dari keturunan Daud. Jadi meskipun Yesus dikandung dari Roh Kudus tetapi karena hukum Yahudi maka Dia dianggap anak Daud . 
Mesias adalah keturunan Daud. Ini merupakan harapan semua orang Israel. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama kita temukan perikop-perikop tertentu tentang Mesias dari keturunan Daud (2Sam 7:13-16). Kita juga dapat menemukan perikop lain dari para nabi (Yes 9:2-7; Yeh 34:23...) Harapan umat Israel saat itu adalah pada suatu ketika akan ada Mesias yang dapat membaharui Kerajaan Daud dan para peziarah yang akan datang ke Yerusalem dan bernyanyi, "Diberkatilah Kerajaan yang akan datang, Kerajaan Bapa kita Daud" (Mrk 11:10). 


Perikop lain tentang Mesias dari keturunan Daud, kita temukan dalam Yes 11:1-16 di mana dikatakan bahwa Raja damai akan datang: “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai” Isai adalah ayah Daud. Dalam Kitab Yeremia 23:5-8 dikatakan tentang saat dimana ada Tunas adil Daud. Selanjutnya Mesias sendiri adalah Tuannya Daud (Mzm 110:1). Pengakuan Daud ini menunjukkan bahwa Mesias lebih tinggi kedudukanNya dibandingkan dirinya. Mesias adalah Allah sendiri yang telah merendahkan diriNya dalam peristiwa Inkarnasi dan lahir dari kandungan Maria, seorang wanita sederhana dari Nazareth. Maka dapatlah dikatakan bahwa Yesus adalah anak Daud tetapi juga Tuannya Daud. Kepada para Ahli Taurat, Yesus mau membuka pikiran dan hati mereka yang tertutup bahwa Dia yang ada di depan mereka adalah Mesias yang benar yang diakui oleh Daud bapa leluhurnya "Tuanku".


Yesus menantang para ahli Taurat bukan untuk menggabaikan Kitab Suci tentang Mesias tetapi tujuan Yesus adalah membuat mereka sadar dan paham tentang karakter Mesias yang sudah ditulis dalam Kitab Taurat dan para nabi. Daud sendiri mengakui Mesias sebagai Tuhan berarti kedudukan Mesias lebih tinggi dari Daud sendiri. Jadi Mesias sekali lagi bukan hanya sebagai anak Daud tetapi Tuan bagi Daud. Tugasnya adalah bukan untuk membaharui kerajaan Daud yang pernah mengalami masa keemasan. Misinya adalah membentuk sebuah Kerajaan baru. Perjuangannya bukan untuk melawan orang-orang Romawi atau kuasa dunia tetentu tetapi kuasa setan yang sedang menguasai dunia. 
Terlepas dari penjelasan Teologis-Biblis ini, hal penting yang harus dimiliki oleh umat beriman adalah cinta kasih kepada Tuhan. Sangat diperlukan hati yang terbuka pada Roh Kudus untuk menerangi akal budi kita sehingga dapat memahami misteri Kristus sang Putera Allah. 


Paulus dalam bacaan pertama menunjukkan keterbukaan hatinya pada Tuhan. Ia mengajak Timotius untuk menunjukkan kasihNya kepada Tuhan dengan ikut menderita demi Injil. Paulus mengakui bahwa “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang yang jahat dan penipu akan bertambah jahat.” Oleh karena itu Timotius harus tetap berpegang teguh pada Kitab Suci. Kitab Suci sebagai pedoman yang mengubah hidup setiap pribadi.
Sabda Tuhan mengarahkan kita pada identitas Yesus yang kita kasihi dengan segenap hati, akal budi dan kekuatan. Dia yang selalu kita akui ketika mengucapkan "Doa aku percaya" dengan mengatakan "Ia naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa". Dialah Mesias kita. Mengenal Yesus dan bersahabat denganNya membuat kita siap untuk menderita seperti pengalaman Paulus dan Timotius. 


Menjadi pertanyaan bagi kita adalah, apakah kita hanya tinggal berbangga sebagai pengikut Kristus tetapi kita sendiri takut menderita atau takut memberi kesaksian bahwa Dialah Mesias yang sesungguhnya? Ingatlah bahwa Dia sendiri telah menderita bagi kita!
Doa: Tuhan, penderitaanMu telah menyelamatkan aku. Amen
PJSDB

1 comment: