Hari Selasa, Hari Minggu Biasa XIX
Yeh 2:8-3:4
Mzm 119:14,24,72,103,111, 131
Mat 18:1-5.10.12-14
Menjadi Seperti Anak Kecil
St. Theresia dari Kanak-Kanak
Yesus menerima komuni pertama ketika berusia 12 tahun. Dikisahkan bahwa ketika
itu, sambil memandang Salib, ia berdoa, “Yesus
di kayu salib yang haus, saya memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita
sedapat mungkin agar banyak orang yang berdosa dapat bertobat.” Dia juga
pernah mendoakan doa ini sebelumnya: “Yesus,
tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap
saja saya mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak
Kausepak kian kemari, silakan. Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar
lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi
kalau hendak Kautusuk bolaMu, o Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah
kehendakMu”.
Kedua doa St. Theresia ini sangat populer dan mungkin membuat banyak orang merasa bahwa doa ini betul-betul doa seorang anak kecil yang ingin bersahabat dengan Yesus. Relasi antar pribadi dengan Yesus memang seharusnya demikian. Ada keakraban dari hati ke hati dengan Yesus. Kita mengakui diri sebagai pengikut Kristus maka seharusnya relasi denganNya juga mirip relasi seorang anak dengan orang tuanya. Ada sikap jujur, terbuka dan penuh percaya pada Yesus.
Kedua doa St. Theresia ini sangat populer dan mungkin membuat banyak orang merasa bahwa doa ini betul-betul doa seorang anak kecil yang ingin bersahabat dengan Yesus. Relasi antar pribadi dengan Yesus memang seharusnya demikian. Ada keakraban dari hati ke hati dengan Yesus. Kita mengakui diri sebagai pengikut Kristus maka seharusnya relasi denganNya juga mirip relasi seorang anak dengan orang tuanya. Ada sikap jujur, terbuka dan penuh percaya pada Yesus.
Penginjil Matius hari ini mengisahkan
bahwa pada suatu kesempatan murid-murid datang kepada Yesus dan bertanya, “Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Yesus
tidak menjawab pertanyaan mereka dengan menyebut identitas “siapa”. Ia justru memanggil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Dengan Keras
Yesus berkata kepada mereka, “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil
ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa
merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar di
dalam Kerajaan Surga. Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku”.
Kehebatan Yesus adalah Dia tidak
menjawab pertanyaan para murid tetapi mengambil contoh nyata seorang anak
kecil. Anak-anak kecil itu biasanya polos di hadapan Allah dan juga di dalam
keluarga. Mereka jujur mengatakan apa adanya tentang hidup pribadi mereka,
mereka tidak malu-malu memohon kepada Tuhan. Mereka juga rendah hati. Mereka
percaya bahwa Tuhan pasti akan melakukan yang terbaik dalam hidup. Mereka menjadi
model orang yang ramah dan optimis. Itu sebabnya Tuhan menghendaki agar kita
juga memiliki semangat seperti anak-anak di hadapan Tuhan. Dalam Kotbah di
bukit Yesus berkata, “Berbahagialah
mereka yang suci hatinya karena mereka dapat melihat Allah” (Mat 5:8). Nah,
pertanyaan bagi kita adalah apa yang dapat kita pelajari dari contoh anak kecil?
Tentu saja kita perlu bertobat, menata hidup kita untuk menjadi sempurna di
hadirat Tuhan. Orang yang bertobat memiliki rasa percaya yang besar kepada Tuhan,
sifatnya polos dan terbuka serta membiarkan Tuhan berkarya di dalam dirinya.
Setelah memberi contoh tentang
seorang anak kecil sebagai simbol kerendahan hati di hadapan Tuhan, Yesus juga
memberi perumpamaan lain yang sifatnya mengajak murid-muridNya untuk bertobat.
Mereka tersesat seperti domba di padang. Para gembala memiliki tugas mencari domba
yang tersesat. Sang gembala akan merasa berbahagia serta bersukacita karena
menemukan dombanya yang tersesat. Tuhan adalah gembala yang baik. Gembala yang
baik mengenal domba-dombaNya dan domba-domba mengenal suaraNya. Nah, satu-satunya
tujuan Yesus adalah memberi sukacita dan keselamatan kepada mereka yang
tersesat. Ia sangat baik, tidak membiarkan umatNya hanyut dalam dosa tetapi
mencari dan menyelamatkan mereka. Tuhan tidak menghendaki kebinasaan bagi
anak-anakNya.
Apa yang dapat dilakukan umat
beriman untuk tetap berada di hadirat Tuhan? Yehezkiel dalam bacaan pertama
membantu kita dengan memberi jawaban-jawaban secara rohani. Umat beriman harus
memiliki kemampuan untuk mendengar Sabda Tuhan tanpa membantahnya, membuka
mulut dan memakannya. Dengan sikap-sikap ini maka akan timbul daya yang kuat untuk
menjadi pewarta Injil kepada segala bangsa. Sabda Tuhan menurut Yehezkiel adalah
makanan yang amat manis. Makanan yang harus disantap setiap orang yang percaya kepadaNya. Mendengar berarti mencintai!
Sabda Tuhan membuat kita
berefleksi: Apakah kita juga mampu menjadi gembala yang baik yang selalu punya
opsi mencari dan menyelamatkan yang sesat atau puas dengan domba-domba yang
sudah ada? Terkadang kita memilih yang sudah ada dan membiarkan yang tersesat. Mengapa?
Betapa kelirunya kita! Kita juga diajak untuk menjadi rendah hati seperti anak
kecil, polos dan selalu mengandalkan Tuhan. Selidikilah bathinmu dan bertobatlah! Ambilah dan milikilah semangat "Anak kecil" di dalam hidupmu.
Doa: Tuhan, ampunilah kami orang
berdosa. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment