Maria, orang kudus dari para
kudus!
Saya saya sedang membaca kembali
Seruan Apostolik Paus Fransiskus ‘Gaudete et Exultate’ (Bersukacita dan
bergembiralah). Secara kebetulan saya membacanya dan memasuki bagian-bagian
terakhir di mana Sri Paus memfokuskan perhatian kita semua kepada Bunda Maria.
Paus Fransiskus menulis: “Saya ingin agar Maria memahkotai refleksi ini, sebab
ia telah menghidupi Sabda Bahagia Yesus lebih daripada yang lain. Ia adalah wanita
yang bersukacita di hadapan Allah, yang menyimpan segala perkara di dalam
hatinya, dan membiarkan dirinya ditembusi oleh pedang. Maria adalah orang kudus
di antara para kudus, yang paling terberkati. Ia mengajar kita jalan menuju kekudusan
dan menyertai kita. Ia tidak mau bila kita jatuh lalu tetap tinggal di tanah,
dan kadang-kadang ia menggendong kita tanpa menghakimi kita. Percakapan kita
dengannya menghibur kita, membebaskan dan menguduskan kita. Maria, Bunda kita,
tidak membutuhkan banyak kata. Ia tidak membutuhkan kita untuk berusaha
menceritakan apa yang terjadi. Cukuplah selalu dan senantiasa membisikan: “Salam
Maria…” (GE, 176).
Perkataan Bapa Suci ini sederhana
namun sangat mendalam. Maria, bunda kita tetaplah menjadi model kekudusan bagi
kita semua. Dia menghidupi semua Sabda Bahagia yang merupakan inspirasi
kekudusan kita di dalam Injil. Dia menunjukkan kekhasan diri dan kekudusannya: bersukacita
di hadapan Allah, yang menyimpan segala perkara di dalam hatinya, dan membiarkan
dirinya ditembusi oleh pedang. Semua ini sungguh-sungguh menginspirasikan kita
untuk semakin mengikuti teladan kekudusan Bunda Maria, membiarkan diri kita
dibimbing olehnya. Maria membantu kita untuk bertumbuh dalam kasih yang
mendalam, kasih seluas samudera raya serupa dengan nama dan dirinya sendiri.
Kita berdoa rosario di bukan rosario ini, setiap manik-manik yang lewat di
tangan kita semakin mengkarabkan dan mempersatukan kita dengan Tuhan Yesus
Kristus. Benar apa yang diungkapkan santu Bernardus: “De Maria nunquam satis!
Tentang Maria tidak pernah ada kata-kata kita yang cukup baginya.
Kita mengawali bulan Oktober
sebagai bulan yang didedikasikan untuk karya-karya misi. Kita berjumpa dengan
Santa Theresia dari Lisieux, sang bunga untuk Yesus. Dia mengajarkan kita
sebuah jalan kecil menuju kekudusan. Ia berkata: "Kekudusan adalah suatu
sikap hati, yang menempatkan kita ke dalam tangan Tuhan, kecil dan rendah hati,
menyadari kelemahan kita dan secara buta mengandalkan kebaikan
Ke-Bapaan-Nya." (Percakapan Terakhir). Mengapa ada kekudusan? Hanya ada
satu jawaban pasti dari Tuhan yakni karena ada cinta. Allah adalah kasih dan
segalanya adalah kasih. Santa Theresa berkata: "Oh Yesus, aku tahu cinta
hanya dapat dibalas dengan cinta, maka aku sudah menemukan alat untuk memuaskan
hatiku dengan memberikan cinta kepada Cinta-Mu." (Otobiografi)
Saya mengakhiri dengan sebuah doa
kepada Santa Theresia dari Lisieux:
O Santa Theresia dari Kanak-Kanak
Yesus, tolong petikkan bagiku sekuntum mawar dari taman surgawi dan kirimkan
padaku dengan suatu amanat cinta. O Bunga Kecil dari Yesus mintalah kepada
Allah hari ini untuk menganugerahkan rahmat yang
sangat kubutuhkan... (Katakan permohonanmu).
Santa Theresia, bantulah aku
untuk senantiasa percaya kepada belaskasih Allah yang sedemikian besar, sebagaimana
telah engkau wujudkan di dalam hidupmu, sehingga aku boleh mengikuti Jalan
Kecilmu setiap hari. Amen.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment