Wednesday, October 2, 2019

Refleksi Rosario Suci: Berikan aku hatimu


Maria, berikanlah kepadaku hatimu

Kita semua memasuki bulan Oktober, bulan yang didedikasikan kepada Bunda Maria atau bulan Rosario. Sejak hari pertama bulan ini, hampir semua Paroki mengadakan misa pembukaan bulan Rosario di Gereja atau di depan Gua Maria. Saya sendiri berkesempatan untuk merayakan Misa Pembukaan bulan Rosario bersama lebih dari seribu umat katolik dari Paroki Maria Auxiliadora Comoro, Dili, Timor Leste. Masing-masing lingkungan membawa patung Bunda Maria yang akan berkunjung ke setiap keluarga selama bulan Oktober ini. Saya memperhatikan umat katolik benar-benar menunjukkan devosi dan cinta mereka kepada Bunda Maria. Saya merasa yakin bahwa banyak di antara pembaca ‘Warta’ akan turut serta mendoakan Rosario suci di setiap KBG atau lingkungan sepanjang bulan Oktober ini.

Mengapa dia begitu istimewa?

Saya merasa yakin bahwa dari semua nama orang kudus, Marialah yang paling popular sebab banyak di antara para kudus pun menjadi kudus karena mengikuti teladan Bunda Maria sendiri. Sepanjang sejarah Gereja, hingga saat ini, Bunda Maria selalu hadir untuk mendampingi dan melindungi Gereja dari bahaya dan malapetaka. Sejak abad ke-XII, Gereja sudah berdevosi kepada Bunda Maria melalui doa Rosario. Pikiran Gereja saat itu adalah mendoakan 50 manik-manik sambil mengucapkan doa Salam Maria, semua ini berkaitan dengan ayat-ayat dari Kitab Mazmur sebagai memorial tentang kehidupan Tuhan Yesus bersama Bunda Maria.

St. Dominikus de Guzman (1221) sangat dikenal sebagai orang kudus yang menyebarkan doa rosario. Ia mengajarkan doa rosario dalam pelayanannya di antara para Albigensian yang tidak mempercayai adanya misteri inkarnasi atau misteri kehidupan Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia. Tujuan utama pendarasan doa rosario bagi St. Dominikus adalah untuk merenungkan misteri kehidupan Kristus. Sejak abad ke-XVI, Gereja mulai membentuk doa Rosario dengan tiga misteri atau peristiwa Yesus yaitu sedih, gembira dan mulia, di mana setiap misteri Rosario Suci ini terdapat masing-masing lima peristiwa Yesus. Pada tanggal 16 Oktober 2002, St. Yohanes Paulus II, menambahkan misteri terang yang kita doakan hingga saat ini.

Rosario merupakan sebuah doa yang sederhana dan ajaib. Salah satu kisah yang menjadi dasar pijakan bagi kita untuk berdevosi kepada Bunda Maria melalui doa Rosario adalah pada saat Gereja Katolik mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan kesultanan Ottman dari Turki yang ingin menguasai Eropa saat itu.  Agama Kristen berada dalam bahaya kepunahan di Eropa saat itu oleh orang-orang Islam dari Turki. Jumlah pasukan Ottman dari Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Paus Pius V sangat menyadari bahaya ini maka ia memerintahkan umat Katolik untuk berdoa rosario sambil memohon pertolongan doa Bunda Maria, supaya pasukan Kristen yang jumlahnya terbatas ini memperoleh kemenangan. Komandan Armada Katolik bernama Don Juan dari Austria, bersama semua umat Katolik di seluruh Eropa untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Pasukan Katolik menang dalam pertempuran pada tanggal 7 Oktober dan diyakini sebagai pertolongan dari Bunda Maria. Peristiwa ini menambah gelar Bunda Maria sebagai Penolong Umat Kristiani, sebuah devosi yang sangat dipopulerkan oleh St. Yohanes Bosco di kemudian hari.

Mengapa Maria begitu penting dalam Rosario suci kita? Ini adalah sebuah pertanyaan yang membantu kita untuk berefleksi lebih mendalam lagi tentang Bunda Maria. Dalam setiap peristiwa Rosario Suci, kita merenungkan peristiwa Yesus sendiri melalui Bunda Maria. Maria adalah manusia yang paling dekat dengan Yesus Kristus Tuhan kita, sebab dia mengandung, melahirkan dan membesarkan Yesus. Dia dikandung tanpa noda dosa karena jasa Yesus Kristus Puteranya. Setiap peristiwa atau misteri Rosario Suci, kita mengenang peristiwa Yesus bukan Peristiwa Maria. Kita merenungkan Yesus dalam konteks relasi Maria yang mendalam dengan Yesus Puteranya. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa Maria begitu penting dan mengapa kita mendoakan Rosario Suci. Sekarang kita paham bahwa Yesuslah yang menjadi alasan utama kita berdoa Rosario. Benarlah perkataan ini: ‘Ad Iesum per Mariam’ artinya melalui Bunda Maria kita bersatu dengan Yesus.

St. Yohanes Paulus II dalam ‘Rosarium Virginis Mariae’ menulis: “Sebagai doa damai, rosario selalu dan akan selalu menjadi doa keluarga dan doa untuk keluarga. Ada saatnya dulu, bahwa doa ini menjadi doa kesayangan keluarga, dan doa ini yang membawa setiap anggota keluarga menjadi dekat satu sama lain…. Kita perlu kembali kepada kebiasaan doa keluarga bersama berdoa untuk keluarga-keluarga. (…) Keluarga yang berdoa bersama, akan tetap tinggal bersama. (…) Para anggota keluarga, dengan mengarahkan pandangan pada Yesus juga akan mempu memandang satu sama lain dengan mata kasih, siap untuk berbagi, untuk saling mendukung, saling mengampuni dan melihat perjanjian kasih mereka diperbaharui oleh Roh Allah sendiri.” (RVM, 41).

Berikanlah kepadaku hatimu

Saya mengingat sebuah doa sederhana dari St. Theresia dari Kalkuta ini: “Maria, berikan kepadaku hatimu: yang begitu indah, begitu murni, tak bernoda; hatimu begitu penuh dengan cinta dan kerendahan hati bahwa saya dapat menerima Yesus di dalam Roti Kehidupan dan mencintai-Nya seperti dirimu mencintai-Nya dan melayani-Nya di dalam samaran orang-orang miskin yang menyusahkan”. Doa sederhana ini mewakili harapan banyak di antara kita yang mengasihi Bunda Maria. Sebagaimana saya kemukakan di atas bahwa banyak orang kudus menjadi kudus saat ini karena keteladanan yang terbaik dari Bunda Maria. Santa Theresia dari Kalkuta berhasil membuktikannya melalui doanya ini. Bagi Santa Theresia, hati Bunda Maria adalah hati yang indah, hati yang begitu murni, hati yang tak bernoda, hati yang penuh dengan cinta kasih dan kerendahan hati. Hati Maria seperti ini yang memungkinkan dia begitu menyatu dengan Yesus Kristus Puteranya.

Kita memohon supaya Bunda Maria juga memberi hatinya kepada kita. Hati Maria Tak Bernoda yang dahulu dikenal dengan sebutan Hati Kudus Maria menjadi milik kita.  Sebutan Hati Maria Tak Bernoda merupakan devosi umat Katolik yang merujuk pada hati dalam tubuh Bunda Maria sendiri. Hati Bunda Maria menggambarkan kehidupan pribadi Santa Perawan Suci Maria, kebahagiaan, kesedihan, kebijaksanaan dan kesempurnaannya yang tersembunyi. Di atas semua kebajikan ini ada cinta kasihnya yang murni kepada Allah Bapa. Ada cinta keibuannya kepada putranya, Yesus Kristus. Ada cintanya yang mendalam kepada kita semua. Sebab itu dengan memohon, berikanlah hatimu bunda Maria, berarti kita memohon agar cinta Bunda Maria kepada Tuhan dan sesama juga menjadi milik kita. Kita mampu mencintai dengan hati Bunda Maria yang suci dan tak bernoda.

Kata-kata yang tidak pernah cukup

Santu Bernardus pernah berkata: “De Maria nunquam satis” artinya, tentang Maria kata-kata kita tidak pernah cukup. Perkataan Santu Bernardus ini memang benar adanya. Cobalah kita pikirkan, berapa gelar yang diberikan manusia kepada Bunda Maria? Kalau kita mendoakan Litani Santa Perawan Maria maka kita seakan merasa tidak cukup kata-kata indah kita bagi Bunda Maria. Misalnya, Maria sebagai ‘Bunda’ dalam Litani Suci seperti ini: Bunda Kristus, Bunda Gereja, Bunda rahmat ilahi, Bunda yang tersuci, Bunda yang termurni, Bunda yang tetap perawan, Bunda yang tak bercela, Bunda yang patut dicintai, Bunda yang patut dikagumi, Bunda penasihat yang baik, Bunda Pencipta, Bunda Penebus. Kita masih merasa kurang dan mau menambah kata lain setelah kata ‘Bunda’. Kita menemukan juga gelar Bunda Maria dalam doa Litani ini sebagai cermin, takhta, pohon, bunga, benteng, rumah dan lain sebagainya.

Realitas ini menunjukkan bahwa Bunda Maria memang seorang wanita yang luar biasa. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang memiliki banyak gelar dan penghormatan seperti Maria. Tentu saja semua ini bukan karena keinginan Maria, bukan karena kehebatannya, tetapi semata-mata karena jasa Yesus Kristus Puteranya. Yesus menghendaki supaya nama-Nya yang kudus dimuliakan melalui Bunda Maria. Semua ini adalah rencana Allah bagi Maria bukan sekedar rencana dan keinginannya sendiri. Kalau hanya keinginan manusiawi semata maka tentu tidak ada banyak gelar baginya. Saya teringat pada St. Theresia dari Lisieux yang berkata: “Begitu sukacitanya saat mengingat bahwa Maria adalah ibu kita! Sejak ia begitu mengasihi kita dan mengetahui kelemahan kita, apalagi yang perlu kita takutkan?” Kita tidak perlu takut dengan berbagai persoalan hidup kita sebab ada Maria sebagai Ibu dan penolong kita di hadapan Tuhan.

Kata-kata kita tidak pernah cukup ketika kita berdoa Rosario dan melakukan devosi kepada Bunda Maria. Banyak persoalan hidup yang datang bergantian dalam hidup kita, dan ada satu sosok yang mendampingi kita yaitu Maria. St. Maximilian Kolbe berkata: “Jangan pernah takut untuk mengasihi Perawan Yang terberkati secara berlebihan. Anda tidak pernah bisa mencintainya lebih dari yang Yesus lakukan”. Banyak kali kita puas dengan kehidupan devosi kita kepada Bunda Maria, padahal masih belum cukup. Tuhan Yesus jauh lebih mengasihi Bunda Maria bukan kita. Kita masih berada dalam proses mengikuti teladan Yesus yang mengasihi ibunya, meskipun Yesus adalah Tuhan dan Maria adalah manusia seperti kita. Sebab itu kalau berdevosi, jangan pernah menghitung-hitung kehidupan devosionalmu kepada Bunda Maria karena Yesus lebih mengasihinya.

Mari mencintainya

Hal yang paling indah dan berkenan untuk kita berikan kepada Bunda Maria adalah cinta kasih kita kepadanya. Kita menunjukkan diri kita sebagai putra dan putri Maria yang selalu rindu untuk mengasihinya. St. Josemaria Escriva pernah berkata: “Cintai Bunda kita. Dan ia akan memperoleh rahmat yang berlimpah-limpah untuk membantumu untuk mengalahkan pergumulanmu sehari-hari”. Jangan takut untuk mencintai Bunda Maria sebab dia adalah pendoa yang setia bagi kita. Kita selalu lupa berdoa, tetapi dia tidak pernah melupakan kita dalam doa-doanya. Kita semua selalu memohon: “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amen.”
Saya mengakhiri permenungan ini dengan mengutip perkataan Santa Faustina Kowalska berikut ini: “Untuk memberikan pujian yang layak pada Kerahiman Tuhan, kami mempersatukan diri kami dengan Bunda-Mu yang Tak Bernoda, untuk kemudian mazmur kami akan lebih berkenan kepada-Mu, karena dia telah dipilih dari antara manusia dan malaikat. Melalui dia, seperti melalui kristal murni, Kerahiman-Mu diteruskan kepada kami. Melalui dia, manusia menjadi berkenan kepada Allah; melalui dia, aliran rahmat mengalir ke atas kami.” Bunda Maria, berikanlah hatimu kepadaku dan jadikanlah hatiku seperti hatimu yang suci dan tak bernoda.

P. John Laba, SDB

No comments:

Post a Comment