Monday, November 11, 2019

Belajar untuk menyesal


Belajar untuk menyesal

Saya pernah berbicara dengan seorang siswa yang oleh semua guru, ia sangat sulit untuk menyesali perbuatan-perbuatan dan kenakalan remaja di sekolahnya. Para guru mengaku menyerah berhadapan dengannya. Saya memanggilnya ke kantor dan berbicara secara pribadi dengannya. Saya menemukan sesuatu yang bagus padanya, ketika ia berkata: “Romo, saya sebenarnya dapat berubah. Saya memang memiliki niat yang pasti untuk berubah. Namun ketika berhadapan dengan para guru, mereka selalu melakukan kekerasan fisik dan verbal. Saya dipukuli sambil mengatakan bahwa saya anak jahat dan nakal. Betapa menyakiti hati saya, padahal saya juga berpikir untuk berubah pada saat yang tepat. Mereka tidak mengenal saya dan latar belakang saya dari keluargaku. Saya berani menyesali setiap perbuatan yang sudah saya lakukan secara sadar maupun tidak sadar.” Perjumpaan kami menjadi awal yang baik sebab dia benar-benar menyesal dan berubah. Perkataan dari hati ke hati itu menjadi mukjizat yang nyata karena mengubah hidup manusia.

Banyak kalikita mudah melabel orang di sekitar kita sebagai orang jahat dan nakal. Mungkin kita belum mengenal orang itu secara pribadi. Maka kenalilah dia baru menilai dirinya. Orang hebat adalah orang yang memiliki kesabaran di saat suka maupun duka. Orang itu tidak akan mudah untuk menyerah ketika berhadapan dengan aneka kesulitan dan tantangan.  Ia berani melawan arus untuk mendapatkan sebuah nilai dan kebaikan bagi dirinya dan sesama manusia. Seorang yang hebat menunjukkan rasa sesalnya ketika melakukan kesalahan dan berani meminta maaf. Hanya orang sombong yang tidak berani meminta maaf ketika berbuat salah.

Saya mengingat C. S. Lewis (1898-1963). Beliau adalah seorang penulis dari Britania Raya, pernah berkata: “Beberapa orang menyesal mengenai kecemasan mereka dan menganggap diri mereka cacat iman tapi hal itu adalah penderitaan, bukanlah dosa. Seperti semua penderitaan lainnya, itu adalah bagian kita di dalam semangat Kristus, jika kita mengambilnya juga.” Ada orang berani menyesal, ada yang tidak memiliki keberanian untuk menyesali dosa dan salah mereka.

Hari ini Tuhan Yesus mau mengubah hidup kita supaya berani mengampuni. Ia berkata: “Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." (Luk 17:3-4). Ini memang sulit tetapi kita perlu mengampuni tanpa batas seperti Tuhan lakukan kepada kita. Kalau saja saudara kita menyesali kesalahannya maka ampunilah! Mengapa begitu sulit mengampuni dia atau mereka kalau sudah ada niat baik untuk menyesal. Mengampuni berarti melupakan segala sesuatu yang sudah terjadi. Biarkanlah berlalu, jangan simpan di dalam hati sebagai warisan kebencian dan sakit hati.

PJ-SDB

No comments:

Post a Comment