Wednesday, November 27, 2019

Homili 27 November 2019


Hari Rabu Pekan Biasa ke-XXXIV
Dan. 5:1-6,13-14,16-17,23-28
MT Dan. 3:62,63,64,65,66,67
Luk. 21:12-19

Orang Kristen Sejati

Ada seorang pemuda yang yang menulis statusnya di media sosial: ‘OKS’. Semua followernya bertanya-tanya dan meminta penjelasan atas statusnya ini. Ia hanya menjawabnya: ‘OKS kepanjangannya adalah Orang Kristen Sejati’. Banyak orang hanya berkomentar: ‘O…’ Saya tertarik dengan status OKS ini karena menurut saya, kita semua yang dibaptis justru harus menunjukkan diri sebagai Orang Kristen Sejati. Orang Kristen sejati tanpa kepalsuan. Orang Kristen sejati yang berani bersaksi tentang imannya kepada Tuhan Yesus Kristus. Orang Kristen sejati yang nyata dalam kata dan tindakannya. Orang Kristen sejati yang aktif dalam hidup menggereja. Orang Kristen sejati yang tidak masuk kategori Kristen NaPas alias Natal dan Paskah. Banyak orang mengakui diri sebagai orang Kristen namun hidupnya jauh dari kehidupan Kristus sendiri.

Pada hari-hari berakhirnya tahun liturgi Gereja, kita semua senantiasa dibantu oleh Tuhan melalui sabda-Nya supaya menyiapkan diri pribadi menyongsong datangnya hari Tuhan. Berkaitan dengan hal ini, para penginjil seperti Santu Lukas mengisahkan bagaimana para murid Yesus begitu mengagumi Bait Allah. Rumah Tuhan di Yerusalem ini dibangun dengan menggunakan batu-batu yang indah dan berbagai macam barang persembahan. Rasa kagum yang berlebihan ini berhasil dibantahkan oleh Yesus ketika Ia berkata: “Akan tiba harinya segala yang kalian lihat disitu diruntuhkan, dan tidak ada satu batu pun dibiarkan terletak di atas batu yang lain.” (Luk 21:6). Perkataan Yesus ini terbukti, ketika pada tahun 70M, orang-orang Romawi menghancurkan Bait Allah di Yerusalem. Para murid Yesus sadar dan mengingat kembali bahwa sesungguhnya Yesus sendiri sudah mengatakannya 40 tahun sebelumnya.

Apa yang para murid pikirkan setelah mendengar perkataan Yesus ini? Mereka semua berpikir bahwa Tuhan Yesus berbicara tentang akhir zaman atau hari di mana Tuhan datang. Kita sering menyebutnya hari kiamat. Sebab itu mereka lalu bertanya kepada-Nya tentang kapan dan saatnya yang tepat hari Tuhan tiba. Tuhan Yesus tidak menjawabnya dalam kurun waktu yang tepat, tetapi Ia justru membantu mereka untuk pandai membaca tanda-tanda zaman. Tanda-tanda zaman yang dimaksudkan Yesus berkaitan dengan kehidupan sebagai orang Kristen sejati. Dalam hal ini, orang Kristen sejati yang hidupnya dihiasi oleh kemartiran atau pertumpahan darah. Tertulianus, seorang Bapa Gereja pernah berkata: “O sangue dos mártires é a semente dos cristãos” (Darah para martir adalah benih hidup Kristiani). Perkataan Tertulianus ini benar-benar terbukti. Gereja pada awal-awal perkembangannya disirami darah para martir sehingga menjadi subur dan berkembang sampai saat ini. Darah para martir benar-benar menjadi benih yang berlipat ganda bagi Gereja.

Penginjil Lukas melanjutkan kisah Yesus di Yerusalem. Ia menasihati para murid-Nya dan kita semua yang membaca Injil hari ini agar benar-benar bertumbuh menjadi pengikut-Nya yang sejati. Nah, kesejatian orang Kristen terletak di mana?

Pertama, Kesiapan untuk menderita demi iman kepada-Nya. Prinsip umumnya adalah sekali percaya kepada Yesus Kristus maka tetaplah percaya hingga keabadian. Para pengikut Yesus Kristus akan ditangkap dan dianiaya karena iman kepada Yesus Kristus. Nama-Nya Yesus itu kudus dan menyelamatkan. Para murid Yesus akan dimasukkan ke dalam penjara, dihadapkan kepada para raja dan penguasa. Yesus menegaskan bahwa dalam suasana menderita ini menjadi sebuah kesempatan yang baik untuk bersaksi.

Kedua, Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya penyelamat kita. Sebab itu ketika mengalami kesulitan, penderitaan dan kemalangan, janganlah cepat berputus asa. Hati kita harus tetap teguh kepada-Nya. Tuhan Yesus berjanji bahwa Ia sendirilah yang akan memberikan kata-kata hikmat, sehingga para murid atau Gereja-Nya masa kini tidak dapa ditentang atau dibantah oleh para lawan. Ini adalah perkataan Yesus yang menjanjikan keselamatan bagi semua orang.

Ketiga, Ada ketidakharmonisan di dalam keluarga. Tuhan Yesus berkata: “Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh.” Nama Yesus juga menjadi sumber kebencian. Dalam suasana yang sulit ini, Tuhan Yesus mengatakan, “Tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." (Luk 21:18-19).

Ini adalah tiga hal penting yang Tuhan Yesus ajarkan dari Injil. Semoga ketiga hal ini membantu kita semua untuk bertumbuh menjadi Orang Kristen Sejati. Semua penderitaan dan penghinaan yang kita alami membuat kita semakin menyerupai Tuhan Yesus Kristus. Dia yang menjadikan kita sebagai pengikut-Nya yang sejati karena kita melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya.

PJ-SDB

No comments:

Post a Comment