Monday, November 11, 2019

Homili 11 November 2019


Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXXII
Peringatan wajib St. Martinus dr Tours
Keb. 1:1-7
Mzm. 139:1-3,4-6,7-8,9-10
Luk. 17:1-6

Orang Kristen Sejati

Saya memiliki kebiasaan memeriksa buku-buku catatan para siswa. Dengan cara ini saya menemukan seberapa besar ketertarikan para siswa terhadap bahan ajar yang saya siapkan bagi mereka. Selain ketertarikan, saya juga dapat menimbang kemampuan siswa untuk memahami konsep-konsep yang saya sampaikan secara lisan maupun tulisan. Dan yang terakhir adalah saya selalu menemukan bagaimana para siswa mengungkapkan dirinya setelah menerima konsep bahan ajar yang saya siapkan itu. Terhadap hal yang terakhir ini, saya pernah menemukan seorang siswa menulis sebuah singkatan dalam buku catatannya seperti ini: “OKS (Orang Kristen Sejati). Saya merasa heran karena buku catatan mata pelajaran Fisika tetapi ada tulisan OKS. Saya memanggilnya dan berdialog secara pribadi. Dia mengakui bahwa ternyata belajar Fisika tidak hanya untuk mendapatkan konsep ilmu terkait tetapi membuat saya bertumbuh menjadi orang Kristen sejati. Saya bangga dengan siswa ini dan memberi jempol kepadanya. Tuhan sudah memberikan anugerah kebijaksanaan kepadanya.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengajarkan para murid-Nya tiga hal penting untuk bertumbuh sebagai orang Kristen sejati. Orang Kristen tidaklah identik dengan saudara-saudara dari gereja-gereja Protestan. Kristen berarti Kristus kecil. Maka orang Kristen harus menjadi serupa dengan Kristus yang hidup di tengah dunia ini. Orang Kristen dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Yesus Kristus yang diimani dan menunjukkannya secara nyata dalam kata dan karya. Nah, ketiga hal yang dimaksudkan oleh Yesus adalah:

Pertama, Yesus memberi perintah kepada para murid-Nya supaya tidak menyesatkan orang-orang lain untuk jatuh ke dalam dosa. Ada banyak cara untuk menyesatkan sesama supaya jatuh ke dalam dosa, misalnya melalui pikiran-pikiran yang muncul dalam diri kita, melalui setiap perkataan yang keluar dari dalam mulut kita, melalui perbuatan-perbuatan nyata yang sadar atau tidak sadar kita lakukan. Misalnya, ketika seseorang terbiasa menceritakan sesuatu yang kotor maka ceritanya ini sangat mempengaruhi pikiran, perkataan dan perbuatan orang yang mendengarnya. Menyesatkan orang lain sehingga mereka jatuh ke dalam dosa itu skandal dan tidak harus dilakukan oleh para pengikut Kristus. Yesus berkata: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini.” (Luk 17:1-2). Orang Kristen sejati tidak akan menyesatkan sesamanya untuk jatuh ke dalam dosa dan salah yang sama.

Kedua, Berani melawan dosa karena penyesatan dan skandal yang ada di depan mata kita. Yesus mengatakan: “Jagalah dirimu!” (Luk 17:3). Kita menjaga diri kita dari berbagai penyesatan berupa godaan yang dapat menjatuhkan ke dalam dosa. Kita mengingat godaan-godaan besar saat ini yakni harta, kuasa dan hormat. Orang tidak segan-segan menggunakan berbagai cara, bahkan cara itu jahat untuk mendapatkan harta, kuasa dan hormat. Mari kita menjaga diri supaya tetap menjadi orang Kristen sejati

Ketiga, Berani untuk memberi koreksi persaudaraan. Orang Kristen sejati itu tidak akan melindungi temannya ketika temannya itu berbuat dosa. Teman yang berbuat dosa itu layak untuk ditegur supaya ia jangan jatuh ke dalam dosa yang sama. Memilih diam, pasif, tidak berani memberi koreksi persaudaraan itu sama saja dengan sikap kompromi untuk terlibat dalam kejahatan tertentu. Memang sangat sulit untuk memberi koreksi persaudaraan. Kita seperti melawan arus. Namun sikap seperti ini perlu dan harus, demi kebaikan banyak orang.

Keempat, Kemampuan untuk mengampuni tanpa batas. Orang Kristen sejati itu memiliki jiwa pengampun bukan pendendam atau suka menyimpan kesalahan orang lain. Apabila seorang sudah melakukan sebuah kesalahan dan menyatakan penyesalannya maka kita berkewajiban untuk mengampuninya. Mengampuni itu berarti melupakan apa yang sudah dilakukannya dan membantu dia untuk berubah secara radikal. Yesus berkata: “Jikalau saudaramu berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.” (Luk 17:4). Ini namanya mengampuni tanpa batas.

Kelima, Hidup sebagai orang Kristen sejati berakar pada iman yang teguh dalam pemuridan. Kita tidak hanya sekedar beriman tetapi benar-benar beriman secara radikal kepada Yesus Kristus. Iman yang radikal ini akan mengubah segala sesuatu di dalam hidup kita. Sikap pemuridan yang tepat adalah selalu memohon supaya Tuhan menambah iman. Tuhan memberi dengan cuma-cuma dan Tuhan akan menambahkan dengan cuma-cuma juga. Tugas kita adalah dengan iman kita mengubah kehidupan orang lain menjadi lebih baik.

Kelima hal yang disebutkan di atas merupakan rumusan pengajaran Yesus Kristus bagi kita untuk menjadi pribadi yang benar-benar kristiani sejati. Kita berusaha untuk menjadi semakin serupa dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Dialah Kebijaksanaan sejati. Kebijaksanaan itu sendiri adalah roh yang sangat sayang akan diri kita sebagai manusia, dan Dialah yang memenuhi seluruh bumi. Mari kita berusaha, dengan bantuan santu Martinus dari Tours kita menjadi orang Kristen sejati. Kita belajar dari Santu Martinus tentang semangat berkorban dan melayani dengan rendah hati. Martinus adalah anak seorang kaya, namun ia dapat melihat Tuhan dalam diri pengemis yang miskin. Lihatlah wajah Kristus dalam diri kaum papa, miskin dan janganlah menjadi batu sandungan bagi mereka.

PJ-SDB

No comments:

Post a Comment