Tuesday, January 7, 2020

Food For Thought: Jangan takut menjadi miskin


Jangan takut menjadi miskin!

Saya kagum dengan seorang ibu yang mengatakan kepada putera sulungnya untuk membagi lauk di piring dengan adiknya. Sang kakak itu mau makan sendiri, sedangkan adiknya meminta lauk itu beberapa kali. Ibu itu mengatakan begini: “Nak, adikmu meminta dari tadi supaya kamu membagi lauk di piringmu itu. Jangan pelit ya sebab orang pelit selalu takut untuk menjadi miskin. Tuhan tidak memihak mereka.” Anak sulung itu mendengar dengan baik dan membagikan lauk kepada adiknya. Ini sebuah pengalaman sederhana yang selalu terjadi di dalam keluarga.Nah, para orang tua bertugas untuk mengedukasi anak-anaknya supaya bermurah hati seperti Tuhan murah hati, suka berbagi dengan orang yang sangat membutuhkan. Kebiasaan baik ini akan berlanjut sepanjang hidup anak-anak karena mereka mengalami edukasi dan kebiasaan baik di dalam keluarga.

Pada hari ini Tuhan Yesus melakukan hal yang sama. Ia membuat mukjizat dengan memperbanyak roti dan ikan dan semua orang puas bahkan masih ada sisanya. Proses terjadinya mukjizat ini sangat edukatif. Ketika melihat banyak orang yang membutuhkan makanan, Yesus meminta para murid untuk bermurah hati, berbagi makanan yang mereka miliki. Tetapi para murid takut miskin, takut kelaparan sehingga mereka sulit berbagi.Tuhan Yesus menggunakan kesempatan untuk mengajar mereka berbagi kepada mereka yang sangat membutuhkan. Caranya adalah Dia berekaristi, membagikan kepada para murid roti dan ikan, dan meminta mereka untuk membagikannya kepada banyak orang yang sudah duduk berkelompok-kelompok dalam persaudaraan. Hasilnya, mereka puas dan masih ada sisa. Ini adalah the power of sharing!

Ekaristi selalu membantu kita untuk saling berbagi. Di dalam Ekaristi, Tuhan Yesus mengambil Roti, memecah-mecahkan, dan membagikan. Kita juga hendaknya membagi hidup kita dengan sesame yang sangat membutuhkan. Kebiasaan kita adalah mudah menutup mata, takut miskin, pelit dan lain sebagainya. Tuhan Yesus tidak pernah berbuat demikian. Ia tidak hanya membagi roti dan ikan, Ia bahkan membagi hidup-Nya sebagai santapan Rohani sepanjang masa. Maka dari Yesus kita belajar untuk bermurah hati seperti Bapa di surga. Dari Yesus kita belajar untuk memberi dengan sukacita bukan dengan bersungut-sungut. Kalau memberi janganlah tangan kanan memberi sedangkan tangan kiri mengambil foto untuk membuktikan bahwa kita sudah berbagi. Saling berbagi adalah wujud kasih kita yang berasal dari Allah sendiri.

Tuhan Yesus memberkati kita.

P. John Laba, SDB

No comments:

Post a Comment