Hari Kamis, Setelah Penampakan
Tuhan
1Yoh. 4:19-5:4
Mzm. 72:2,14,15bc,17
Luk. 4:14-22a
Dengan mata
tertuju kepada Yesus
Saya memperhatikan seorang pemuda
yang berdoa di depan patung Hati Kudus Yesus. Ia menunduk sambil mulutnya
komat-kamit, sesekali ia menatap wajah Yesus lalu menunduk lagi. Begitulah ia
membiarkan waktunya mengalir di hadirat Tuhan Yesus dalam doa. Hal yang menarik
perhatian saya adalah pada bagaimana matanya tertuju ke arah wajah Yesus.
Mungkin pemuda itu menemukan sesuatu yang melampaui apa yang sedang dilihatnya
pada wajah Yesus. Saya berkata dalam hati bahwa pemuda ini mengingatkan saya tentang
sebuah kebiasaanku saat berdoa di mana mata saya juga tertuju ke arah wajah
Tuhan Yesus, Bunda Maria, St. Yohanes Bosco, St. Antonius Padua dan di kamar
saya ada patung St. Yohanes Pembaptis selaku pelindungku. Bagi saya, mata yang
tertuju menunjukkan cinta tanpa syarat. Misalnya mata seorang ibu tertuju
kepada anaknya saat digendong merupakan ungkapan cinta tanpa syarat kepadanya.
Sang ibu memandang wajah anaknya laksana sebuah cermin di mana ia memandang
wajahnya sendiri.
Bacaan Injil pada hari Kamis
setelah Penampakan Tuhan ini sangatlah menarik. Dikisahkan bahwa Yesus barusan
dicobai oleh iblis dan Ia berhasil mengalahkan kuasa jahat iblis. Selanjutnya,
Yesus menyiapkan diri-Nya untuk memulai karya-karya besar Allah Bapa di depan
umum. Ia dikenal sebagai anak Yusuf si tukang kayu dari Nazaret dan ibunya
Maria seorang wanita yang biasa-biasa saja. Kini Ia hendak tampil di depan umum
untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Ia perlu membangun kepercayaan di kalangan
orang Nazaret. Untuk itu Ia tampil di Sinagoga untuk membaca gulungan Kitab
berisikan nubuat Yesaya. Dapatlah dikatakan bahwa Yesus memberikan visi dan
misi-Nya kepada orang-orang yang sedang beribadah di dalam Sinagoga. Dalam
kuasa Roh Kudus, Yesus berkata: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia
telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin;
dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Luk
4:18-19).
Visi dan misi Yesus ini berdasar
pada nubuat Yesaya 61:1-2 dan Yes 58:6. Semua orang yang mendengarnya juga
tidak merasa kaget karena mereka semua sudah mengetahuinya. Hanya saja ketika
Yesus menutup Kitab itu dan memberikannya kepada pejabat di Sinagoga maka saat
itulah semua mata tertuju kepada-Nya. Boleh dikatakan bahwa dengan mendengar
visi dan misi Yesus ini, semua orang jatuh cinta kepada Yesus dan ingin
mengalami secara nyata visi dan misi-Nya ini. Untuk lebih meyakinkan mereka
lagi di awal penampilan-Nya di depan umum, Yesus mengajar mereka dengan
mangatakan: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya." (Luk 4:21). Semua orang yang mendengar Yesus membenarkan
Dia dan merasa heran karena kata-kata Yesus ini sungguh indah saat mereka
mendengar-Nya.
Kisah Injil ini adalah kisah
kehidupan kita di hadapan Tuhan dan sesama manusia. Kita selalu berhadapan
dengan sebuah pertanyaan harian: “Apa yang dapat saya lakukan pada hari ini?” Atau
mungkin pada akhir hari kita memeriksa bathin dan bertanya: “Apa saja perbuatan
baik yang sudah saya lakukan pada hari ini?” Pertanyaan-pertanyaan sederhana
ini membuka pikiran kita untuk mewujudnyatakan visi dan misi kehidupan kita di
hadapan Tuhan dan sesama. Yesus menyampaikan visi dan misi-Nya dan semuanya
menjadi sempurna dalam salib. In Cruce Salus. Pada salib ada keselamatan.
Ketika mata kita tertuju kepada salib, kita menjumpai Yesus yang menyampaikan
kabar baik (Injil) kepada kaum miskin, memberitakan pembebasan kepada para
tawanan, penglihatan kepada orang-orang buta, membebaskan orang-orang tertindas
dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Visi dan misi Yesus ini tetap
aktual hingga saat ini di dalam Gereja.
Gereja menjalani visi dan misi
Yesus dengan melakukan tujuh karya kerahiman jasmani dan tujuh karya kerahiman
rohani yang disusun oleh seorang penulis Kristen bernama Laktansius. Tujuh
karya kerahiman jasmani berdasar pada Injil Matius 25: 35 dst dan juga Tob 1:17
yakni memberi makan kepada orang-orang lapar, memberi minum kepada orang-orang
yang haus, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, memberi tumpangan
kepada orang-orang asing, menyembuhkan orang sakit, mengunjungi orang di
penjara dan menguburkan orang mati. Tujuh karya kerahiman rohani di dalam
Gereja menurut Laktansius adalah menasihati orang-orang yang bimbang, mengajari
orang yang tidak berpengetahuan, menghibur orang yang menderita, mengampuni
mereka yang melakukan ketidakadilan, menanggung dengan sabar mereka yang
berbuat jahat kepada kita, menegur orang berdosa dan mendoakan orang-orang yang
hidup dan mati.
Semua ini dapat dilakukan dengan
sempurna dalam cinta kasih. St. Yohanes dalam bacaan pertama, sekali lagi
mengingatkan kita tentang kasih. Allah lebih dahulu mengasihi kita maka kita
juga mengasihi dengan kasih Allah. Kalau kita mengatakan kita mengasihi Allah
tetapi membenci saudari dan saudara kita maka kita adalah pendusta. Banyak kali
kita berdusta karena tidak mampu melakukan perbuatan atau karya kerahiman
jasmani dan rohani yang saya sebutkan di atas. Mengasihi adalah sebuah perintah
dari Tuhan Yesus untuk kita lakukan di dalam hidup kita.
Pada hari ini kita belajar untuk
memiliki mata yang tertuju kepada Yesus. Cinta kita kepada Yesus hendaknya menjadi
cinta tak bersyarat. Segalanya hanya bagi kemuliaan Tuhan yang sudah lebih
dahulu mengasihi kita.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment