Hari Raya
Penampakan Tuhan
Hari Anak
Misioner Sedunia
Yes. 60:1-6
Mzm.
72:1-2,7-8,10-11,12-13
Ef. 3:2-3a,5-6
Mat. 2:1-12
Kami
datang untuk menyembah Dia!
Pada hari ini
kita merayakan Natal segala bangsa atau yang lebih dikenal dengan nama Pesta
Epifania atau Penampakkan Tuhan. Tuhan Yesus menampakkan diri bukan hanya kepada
orang-orang Israel, melainkan kepada semua bangsa. Hal ini ditandai dengan
hadirnya tiga orang majus dari Timur. Mereka adalah Gaspar, Melkior dan
Baltazar yang membawa emas, kemenyan dan mur sebagai persembahan terindah bagi
bayi Yesus. Mereka datang dari tempat yang berbeda namun dituntun oleh terang
Tuhan berupa bintang hingga bersatu di Bethlehem untuk menyembah Yesus. Semua
bangsa melihat terang yang menyelamatkan semua orang. Gereja Katolik juga
menggunakan kesempatan ini untuk merayakan Hari Anak Misioner Sedunia. Sebab
itu anak-anak Sekami di paroki-paroki menjadi pusat perhatian seluruh umat.
Mereka biasanya mengunjungi rumah-rumah umat setelah misa di gereja untuk
bermisi dengan berdoa, berderma, berkurban dan bersaksi. Anak-anak sekami belajar
untuk bermurah hati seperti Tuhan sendiri juga murah hati.
Bacaan-bacaan
Kitab Suci pada Hari Raya Penampakkan Tuhan mengarahkan kita untuk melihat Terang
Tuhan dan bersatu dengan-Nya. Kita memang berasal dari latar belakang kehidupan
yang berbeda namun bersatu dan bersaudara dalam Tuhan yang satu dan sama. Nabi
Yesaya dalam bacaan pertama memberikan inspirasi kepada Bangsa Israel bahwa Kemuliaan
Tuhan telah terbit bagi mereka. Pada saat itu bangsa Israel barusan kembali
dari Babilonia ke Yerusalem. Mereka perlu sadar diri untuk membangun serta
menggapai masa depan yang lebih baik. Untuk itu mereka perlu mengalami terang
dan kemuliaan Tuhan yang datang kepada mereka. Terang dan kemuliaan Tuhan
memampukan mereka untuk bersaksi.
Nabi Yesaya
dengan antusias melakukan tugas kenabiannya di tengah bangsa Israel. Ia
mengatakan kepada bangsa Israel yang menghuni Yerusalem: “Bangkitlah, menjadi
teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu. Sebab
sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa;
tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.”
(Yes 60:1-2). Bangsa Israel memang memiliki masa lalu namun masa lalu itu tidak
selamanya menjadi masa kekelaman. Tuhan juga menaruh belas kasih bagi umat
kesayangan-Nya. Sebab itu Ia memberikan terang dan kemuliaan yang mengubah
mereka supaya menjadi rasul terang dan kemuliaan melalui kesaksian hidup mereka.
Bagi nabi Yesaya, tidak hanya bangsa Israel yang mengalami terang dan kemuliaan
Tuhan. Bangsa-bangsa lain akan berduyun-duyun datang ke Yerusalem yang lebih
dahulu mengalami terang dan kemuliaan Tuhan, raja-raja juga ikut menyongsong cahaya
yang terbit bagi Israel. Ada sukacita yang besar di antara bangsa-bangsa.
Bahkan orang-orang Syeba akan membawa emas dan kemenyan dan memberitakan
tentang perbuatan-perbuatan masyhur Tuhan.
Hal yang menarik perhatian
kita dari pewartaan nabi Yesaya ini adalah pengalaman akan Allah. Setiap orang
dipanggil untuk mengalami Allah dalam terang dan kemuliaan-Nya. Pengalaman ini
memang sangat pribadi namun diharapkan supaya masing-masing orang yang mengalami
Allah ini, nantinya memberi kesaksian tentang terang dan kemuliaan Allah. Semua
bangsa datang ke Yerusalem bukan untuk memasyhurkannya tetapi mereka berkumpul
untuk memenyembah dan memuliakan Tuhan. Ketika kita mampu memberi kesaksian
maka banyak orang akan datang kepada Tuhan sumber hidup untuk menyembah dan
memuliakan-Nya.
Semangat yang
sama sangat menjiwai para majus dari Timur. Mereka datang dari tempat yang
berbeda-beda, ibarat bangsa-bangsa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya dalam
bacaan pertama. Mereka belum memiliki gadget dan media sosial untuk check in
biar diketahui semua orang, mereka juga belum mengenal GPS. Mereka hanya
memiliki bintang yang menunutun mereka untuk datang dan menyembah Yesus sumber
terang sejati. Mereka datang tidak dengan tangan kosong tetapi dengan
persembahan berupa emas, kemenyan dan mur untuk menunjukkan Yesus sebagai Raja,
Yesus adalah Anak Allah dan bahwa Dia sungguh manusia yang akan wafat dan
bangkit mulia. Di sinilah kita melihat Natal bangsa-bangsa ini sangat bermakna:
kita merenung tentang kehidupan, kematian dan kemuliaan dalam satu kesatuan. Sambil
memandang Yesus, kita memandang hidup kita di hadirat-Nya dan mari kita
berusaha untuk bersaksi.
Mengapa kita perlu
bersaksi tentang terang dan kemuliaan Tuhan? Mari kita belajar dari pengalaman
Santu Paulus. Ia menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan karena melalui karya-karya
pelayananya dapat menjadi tanda kesaksian tentang kemuliaan Tuhan. Lebih dari
pengalaman pribadi Paulus, Tuhan yang satu dan sama menampakkan kemuliaan-Nya
bukan hanya kepada bangsa Yahudi melainkan juga kepada bangsa-bangsa yang lain.
Konsekuensi logisnya adalah semua bangsa menjadi ahli waris, menjadi anggota-anggota
tubuh dan sebagai peserta dalam janji yang diberikan Kristus Yesus. Semua orang
adalah ahli waris yang nantinya menjadi saudara untuk bersaksi tentang terang dan
kemuliaan Tuhan.
Terlepas dari
perasaan sukacita ilahi karena Natal segala bangsa, ada sikap manusiawi yang
menghambat sukacita ilahi ini. Dalam hal ini sikap raja Herodes yang merasa
memiliki saingan raja yang baru dilahirkan. Sikap jahatnya muncul ketika ia
mengatakan: "Pergi dan selidikilah dengan
seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia,
kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia." (Mat 2:8). Sikap
curiga terhadap orang lain, pikiran negatif dan keinginan jahat adalah
penghalang bagi kita untuk berjumpa dengan Yesus. Herodes masih ada di antara
kita ketika kita tertawa di atas penderitaan orang lain, berpikiran negatif,
berlaku seolah-olah baik padahal sebenarnya jahat.
Pada
hari ini kita berusaha untuk menjadi manusia baru yang bergembira karena merayakan
Natal segala bangsa. Mari kita mempersembahkan diri kita sebagai emas, kemenyan
dan mur bagi Tuhan. Meskipun persembahan ini tidaklah pantas namun Tuhan
sendiri yang akan membuatnya menjadi pantas dan layak di hadirat-Nya. Selamat Hari
Raya Epifani 2020.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment