Sunday, February 10, 2013

Homili Hari Minggu Biasa V/C

Yes 6:1-2a.3-8
Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8
1Kor 15:1-11
Luk 5:1-11

Indahnya Mentaati Perintah Tuhan!

Danau Galilea! Boleh dikatakan di sinilah  Gereja mulai lahir dan berkembang. Sejak dahulu Danau Galilea sudah menjadi pusat perniagaan terkenal terutama bagi para pedagang yang berasal dari Persia atau tempat lain yang mau berziarah ke Yerusalem atau bepergian ke tempat lain melalui Laut Tengah. Yesus Kristus setelah dibaptis di Sungai Yordan dan dicobai di Padang Gurun, Ia penuh dengan Roh Kudus pergi ke Galilea untuk mewartakan Injil dan menghadirkan Kerajaan Allah. Orang-orang diajak bertobat dan mengikutiNya dari dekat. Ia memanggil orang-orang sederhana, kebanyakan di antara mereka adalah para nelayan untuk menjadi murid-muridNya.

Penginjil Lukas hari ini melaporkan bahwa banyak orang datang dan mau mendengar Firman Allah. Pada waktu itu Yesus melihat perahu-perahu sedang berlabuh dan Ia naik ke atas perahu Simon. Ia menyuruh Simon supaya menolakkan perahu sedikit jauh dari pantai dan sambil duduk di atas perahu, Ia mengajar banyak orang. Mereka tentu terpesona mendengar Yesus. Setelah selesai mengajar Yesus menyuruh Simon untuk bertolak ke tempat yang dalam. Ia diperintahkan untuk menebarkan jalan dan menangkap ikan. Simon yang bekerja setiap hari sebagai nelayan tahu keaadan danau Galilea dan mencoba mengelak, tetapi karena ini adalah perintah sang Guru maka ia mengikutinya. Hasilnya adalah mereka menangkap begitu banyak ikan. Simon menyadari dirinya sebagai orang tidak sempurna maka ia tersungkur di hadapan Yesus dan berkata, “Tuhan, tinggalkanlah aku karena aku orang berdosa.” Yesus menguatkan Simon dengan berkata, “Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjala manusia.” Simon dan teman-temannya meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Mereka berubah profesi dari penjala ikan menjadi penjala manusia.

Kisah ini menarik perhatian kita. Yesus mengajar dengan kuasa dan wibawa dengan duduk di atas perahu. Perahu adalah sarana yang setiap hari dipakai para nelayan untuk bekerja. Ia menjadikannya sebagai “Cathedra” atau tempat duduk nyaman untuk mewartakan Sabda. Sabda yang diajarkan belum cukup, harus dihayati dan dilakukan supaya dapat menghasilkan buah yang melimpah. Untuk itulah, Ia mengingatkan Simon untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam (Duc in altum). Sabda yang diterima betul-betul masuk ke dalam hati manusia dan membaharuinya secara total. Simon sebagai orang lapangan  yang mengetahui keadaan danau tetapi dalam suasana lelah karena bekerja semalam suntuk tanpa hasil masih punya waktu untuk mendengar dan melakukan perintah Tuhan Yesus. Hasilnya adalah jumlah ikan yang mereka tangkap jumlahnya banyak. Simon dan teman-temannya menjadi penjala manusia.

Apa makna menjala manusia? Tuhan Yesus punya rencana istimewa bagi setiap pengikutNya. Ia menghendaki agar Simon dan teman-temannya nantinya akan berkarya  demi namaNya. Orang-orang yang nantinya menjadi pengikut Kristus tidak hanya tahu berdoa tetapi kesejahteraan hidup mereka juga harus diperhatikan. Dengan demikian semua pengikutNya selamat secara rohani dan jasmani. Singkatnya, menjala manusia berarti membuat orang percaya kepada Kristus, mengimaninya tetapi mereka juga sejahtera dalam hidup mereka. Simon juga berubah status di mana ia sebelumnya mengangkat ikan dari air, sekarang ia mengangkat jiwa-jiwa, orang-orang perlu masuk dalam air (dibaptis) dan memperoleh hidup baru dalam Kristus. Tentu saja ini bukan hanya panggilan Simon dan teman-temannya tetapi juga menjadi panggilan Gereja masa kini untuk memperhatikan jiwa-jiwa. Orang harus selamat jiwa dan raga, jasmani dan rohani. Tidak cukup hanya tahu berdoa tetapi perutnya kosong. Orang itu akan mengimani Tuhan setengah hati.

Pengalaman Simon kiranya pernah dialami juga oleh nabi Yesaya sebelumnya dan Paulus setelah Kristus wafat dan bangkit. Pada zaman sebelumnya, Tuhan selalu menampakkan diri dan kemulianNya di padang gurun atau di gunung. Di dalam bacaan kedua kita mendengar bahwa Tuhan menampakkan kemuliaanNya kepada Yesaya di dalam Bait Suci. Di hadirat Tuhan dengan sinar kemuliaanNya, Yesaya menyadari dosa-dosa dan kesalahannya. Ia mengaku berbibir najis, tetapi Tuhan punya kuasa untuk mengubahnya menjadi baru. Dengan bara api yang menyentuh bibirnya, dosanya juga diampuni dan ia siap menjadi utusan Tuhan: “Inilah aku, utuslah aku”. Dengan rahmat Tuhan, iman Yesaya pun bertumbuh dan ia menjadi seorang nabi besar.

Paulus dalam bacaan kedua, juga mengalami pengalaman rohani yang sama. Dia mewartakan kebangkitan Kristus dengan menyebutkan orang-orang yang menjadi saksi. Bagi Paulus, Kristus telah wafat karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci. Ia juga telah bangkit sesuai dengan Kitab Suci. Paulus menyebut nama-nama para saksi yakni Kefas, keduabelas muridNya, lebih dari lima ratus saudara sekaligus, Yakobus, semua rasul dan yang terakhir adalah kepada Paulus sendiri. Ia menyebut dirinya “seperti seorang anak yang lahir sebelum waktunya”. Pada akhirnya ia mengakui bahwa apa yang diajarkan berasal dari apa yang ia imani.

Sabda Tuhan hari ini mengatakan banyak hal yang bagus sebagai buah-buah rohani bagi kita. Saya mengambil dua buah rohani untuk kita renungkan bersama pada pekan ini. 

Pertama, Kita belajar dari Simon yang meskipun lelah karena semalaman tidak menangkap ikan tetapi masih mau mendengar Tuhan. Dengan mendengar dan mengikuti perintah Tuhan maka Simon menangkap banyak ikan dan beralih profesi menjadi penjala manusia. Kita patut belajar dari Simon. Banyak kali kita lelah secara jasmani dan rohani dan gampang sekali kita tidak mendengar perintah Tuhan. Dalam kerasulan atau pelayanan, marilah kita banyak mendengar Tuhan, akrab dengan SabdaNya supaya benar-benar menjadi penjala manusia yang handal. Kita bekerja bukan atas nama diri kita tetapi atas nama Tuhan sendiri.

Kedua, Kita perlu rendah hati di hadirat Tuhan. Simon dalam injil sebetulnya sombong karena lebih tahu situasi danau dari pada Yesus, tetapi ia mau mendengar dan melakukan perintah Yesus. Simon kemudian menyadarinya dan tersungkuri di hadirat Yesus, sebuah tanda pertobatan. Yesaya juga merasa bahwa bibirnya najis. Ketika di sinari dengan kemuliaan Tuhan, ia berubah menjadi baru. Ia pun siap diutus menjadi nabi. Paulus yang sebelumnya adalah seorang Saulus yang kejam. Kini menjadi rasul dan dengan rendah hati ia mengatakan dirinya “anak yang lahir sebelum waktunya”. Orang yang rendah hati akan ditinggikan Tuhan. Orang yang sombong tidak layak di hadirat Tuhan.

Ini dua buah rohani dari Sabda Tuhan pada pekan kelima masa biasa ini. Setelah disapa oleh Tuhan melalui SabdaNya, marilah kita membenahi diri karena kita juga dikehendaki oleh Tuhan menjadi penjala manusia. Mari bertolak ke tempat yang lebih dalam, dalam hidup iman kita, dan membawa semakin banyak orang kepada Yesus Tuhan. Jadilah pribadi yang mentaati perintah-perintah Tuhan. Ingat, anda juga penjala manusia!

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menjadi penjala manusia yang yang lemah lembut dan rendah hati. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment