Ibr 12: 4-7.11-15
Mzm 103:1-2.13-14.17-18
Markus 6:1-6
Mzm 103:1-2.13-14.17-18
Markus 6:1-6
Kecewa dan
menolak Yesus
Pada suatu kesempatan, saya didatangi seorang pemuda yang
sedang krisis iman. Kebetulan saya yang membaptisnya maka ia mendatangi saya.
Ia mengatakan kepadaku bahwa ia tidak mau menjadi pengikut Kristus lagi. Ia
mengembalikan salinan surat baptisnya, dan meminta supaya surat baptisnya
dicabut saja dari pencatatannya di Buku Induk Paroki. Dia mau hidup bebas tanpa
embel agama apa pun. Saya kaget karena sebelumnya dia adalah seorang aktivis
orang muda katolik di Paroki tetapi kenapa ia berubah total dan menolak Tuhan
di dalam hidupnya. Saya bertanya kepadanya alasan mengapa ia mau meninggalkan
Gereja dan Tuhan Yesus. Ia mengatakan, “Saya sudah berjalan dari gereja ke
gereja tetapi tidak menemukan Tuhan. Saya merasa hanya gereja saja tanpa Yesus.
Karena itu lebih baik hidup tanpa Tuhan Yesus”. Ia meninggalkan gereja
selamanya.
Saya kaget dengan pernyataan anak muda ini. Dia merasa selama
menjadi pengikut Kristus, dia hanya di dalam Gereja dan mau mencari Gereja
yang benar. Saya teringat sebuah kisah
“ikan kecil” dalam buku Antonny de Mello, SJ dalam bukunya “burung berkicau”.
Kisahnya seperti ini: Ada seekor ikan kecil yang sambil berenang menemui seekor
ikan yang lebih dewasa. “Anda lebih tua dan lebih berpengalaman daripada saya.
Dimanakah saya dapat menemukan laut? Saya sudah mencarinya di mana-mana tetapi
sia-sia saja!” “Laut,” kata ikan yang lebih dewasa, “adalah tempat engkau
berenang sekarang ini”. “Ha? Ini hanya air saja! Yang kucari adalah laut,” sangka
ikan yang muda. Dengan perasaan sangat kecewa ia pergi mencarinya di tempat
yang lain.”
Penginjil Markus hari ini mengisahkan Yesus kembali ke
Nazareth, di tempat asalnya bersama para muridNya. Sebagai seorang Yahudi dewasa
Ia masuk ke dalam rumah ibadat pada hari Sabat dan mengajar. Ia mengajar dengan
kuasa dan wibawa membuat jemaat yang besar takjub kepadaNya. Orang-orang yang
mengenal Yesus memang takjub tetapi perasaan takjub kepada Yesus hanya sebagai
seorang pemuda biasa di Nazareth. Sebenarnya, Yesus sedang tampil sebagai
Mesias yang mengajar tetapi orang-orang memandang Dia dari sisi manusiawi saja. Pertanyaan: “Dari mana diperolehNya
semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepadaNya? Dan
mukjizat-mukjizat yang demikian, bagaimana dapat diadakan oleh tanganNya?
Bukankah Ia ini tukang kayu anak Maria?” Semua sanak keluarga,
saudara-saudara sepupunya mereka kenal. Maka mereka kecewa dan menolak Yesus.
Menarik untuk memahami laporan penginjil Markus ini.
Orang-orang saat itu memang takjub tetapi mereka kemudian kecewa dan menolak
Yesus karena melihat latar belakangNya: keluarga dan pekerjaan sebagai tukang
kayu. Sekarang coba pikirkan relasi pribadi kita dengan pribadi-pribadi yang
lain. Banyak kali kita tidak memiliki kemampuan untuk mengapresiasi pelayanan
atau karya orang-orang di sekitar kita. Mungkin dalam pikiran kita hanya ada
budaya “nerimo” saja dan lupa bersyukur, berterima kasih dan juga memberi pujian
kecil kepada mereka. Kita juga melihat dan menilai orang dari latar belakang keluarga
dan pekerjaannya dan kita lupa kasihnya yang lebih universal. Kita juga mungkin
merasa sudah berada di zona nyaman bersama Yesus dan karena saking nyamannya sampai menolak Yesus
secara terang-terangan. Kita hanya merasa seperti ikan kecil yang merasa air
laut sebagai air saja. Tak ada pengaruhnya di dalam hidup. Orang-orang Nazareth
tidak mengapresiasi Yesus karena sudah mengenalNya. Boleh jadi para pengikut
Kristus juga demikian sehingga menolak Yesus.
Yesus berkata, “Seorang
nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum
keluarganya dan di rumahnya”. Ini adalah kalimat kunci dari pembacaan kita
hari ini. Perkataan Yesus membuat kita ingat kembali pengalaman nabi Yeremia
yang juga ditolak oleh kaum keluarganya (Yer 11:18-23). Yesus memang
berkali-kali mengalami penolakan dari keluarga dan masyarakat luas (Mrk 3:21;
Yoh 7:3-5).
Pertanyaan mendasar dari perikop kita hari ini adalah tentang
iman. Orang-orang Nazareth mengenal Yesus hanya sebagai Yesus sang tukang kayu
sehingga mereka menolakNya. Mereka melihat Yesus tetapi tidak mengenalNya
sebagai utusan Allah. Mereka juga menolak konsep Mesias yang menderita. Bagi
mereka Mesias bukanlah seorang tukang kayu tetapi seorang yang mulia dan jaya.
Karena hati mereka yang tertutup maka, Ia pun tidak membuat mukjizat di sana.
Ia justru berjalan keliling dari desa ke desa lain sambil mengajar.
Hari ini Tuhan mengajak kita untuk lebih setia lagi
kepadaNya. Tidak cukup kita menerima sakramen Pembaptisan, kita harus lebih
berusaha untuk mengenalnya lebih dalam, akrab dan bersahabat dengan Dia dalam
membaca Kitab Suci dan berdoa. Semoga kita jangan menyerupai ikan kecil yang
merasa kog hanya air saja bukan laut. Kog, Gereja katolik hanya begini saja,
liturginya hanya begini saja. Di tetangga lebih hijau dan subur sedang di sini
hanya padang gurun. Mentalitas ikan kecil ini yang harus kita ubah dengan
kesetiaan hidup hari demi hari kepadaNya. Kita boleh kecewa dengan Tuhan tetapi Tuhan tidak pernah mengecewakan kita. Kita oleh menolak Tuhan, tetapi Tuhan sendiri tidak pernah menolak kita.
Doa: Tuhan, semoga kami semakin setia kepadaMu. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment