Sunday, February 17, 2013

Homili Hari Minggu Prapaskah I/C

Ul 26:4-10
Mzm 91:1-2.10-11.12-13.14-15
Rm 10:8-13
Luk 4:1-13


Jangan Engkau Mencobai Tuhan Allahmu!

Pada suatu kesempatan saya mengunjungi seorang bapa yang sedang sakit. Ia menyuruh keluarganya memanggil pastor untuk melayaninya sakramen perminyakan. Ia terkenal sebagai orang yang rasional dan lebih mengandalkan logika. Ketika pertama kali melihat aku datang, ia berkata, “Saya sebetulnya tidak membutuhkan pastor, tetapi suara hatiku mengatakan panggilah pastor untuk mendoakanmu. Suara itu terus menerus berkata dan saya merasakannya. Oleh karena itu saya memanggilmu ke sini untuk mendoakanku.” Saya kaget dengan penyambutannya tetapi saya mengerti bahwa orang ini memerlukan jamahan Tuhan. Kami duduk bersama dan ia mulai menceritakan segala pengalaman dan pergumulan hidupnya selama ini. Ia bercerita pernah mengalami krisis iman. Ia rajin berdoa tetapi dalam hatinya ia merasa bahwa Tuhan tidak ada. Ia bahkan dalam doa berkata, “Tuhan kalau Engkau sungguh-sungguh ada matikanlah sekarang juga orang yang membuatku menderita. Ternyata hingga saat ini orang tersebut lebih sejahtera dari saya”. Dalam keadaan sakit ia merasa bahwa ini saat yang tepat dia kembali kepada Tuhan. Ia berjanji untuk tidak mencobai Tuhan.  

Ini sebuah pengalaman kecil yang bagi saya sangat menakjubkan. Masing-masing orang mempunyai pengalaman akan Allah. Ada yang punya pengalaman yang biasa-biasa, tetapi ada juga yang memiliki pengalaman yang luar biasa dan keras. Misalnya ada orang yang hatinya memberontak melawan Tuhan karena pengalaman penderitaan dan kemalangan. Dalam pikiran sebagai manusia, banyak kali kita hanya berhenti pada penderitaan dan selesai. Kita lupa bahwa masih ada Tuhan yang menjadi andalan atau harapan kita. Dalam Kitab Ratapan kita membaca, “Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepadaNya, bagi jiwa yang mencari Dia” (Rat 3:25). Pemazmur pernah berdoa: “Sebab Engkaulah harapanku Ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah”(Mzm 71:5).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mengajak kita untuk merenungkan tentang kasih yang tulus kepada Allah. Orang yang mengasihi Allah dengan segenap hati akan bertahan dalam badai pencobaan hidup. Dalam bacaan pertama dari Kitab Ulangan dikisahkan tentang nasihat Musa kepada umat Israel untuk tetapi memiliki iman yang kuat dan setia mencintai Tuhan. Tuhan adalah sumber kehidupan mereka dan memiliki rencana istimewa bagi mereka. Salah satu nasihat Musa kepada bangsanya adalah bagaimana mereka bermurah hati untuk memberi persembahan kepada Tuhan. Semua persembahan diberikan kepada imam. Tugas imam adalah meletakkan persembahan di depan mezbah Tuhan, Allah. Setelah memberi persembahan maka mereka diingatkan untuk mengatakan kepada Tuhan semua ingatan-ingatan masa lalu yang dialami nenek moyang mereka dan bagaimana Tuhan hadir dan berkarya di tengah-tengah mereka. Ia mendengarkan suara umat terpilih, memperhatikan kesengsaraan, kesukaran dan penindasan. Dengan lenganNya yang perkasa, Ia membebaskan umat Israel dari Mesir. Mereka kembali ke tanah terjanji. Iman kepada Yahweh adalah kekuatan bagi umat Israel.

Menarik untuk memperhatikan wejangan Musa kepada umat Israel. Selama berada di Padang Gurun orang-orang Israel mengalami pengalaman jatuh dan bangun. Mereka berkali-kali mencobai Tuhan Allah seperti di Masa dan Meriba (Kel 17:7; Ul 6:16). Tetapi Tuhan setia dan membawa mereka sampai ke tempat tujuan yakni tanah terjanji yakni negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

Pengalaman umat perjanjian Lama dimaknai oleh St. Paulus secara baru kepada jemaat di Roma. Kalau umat Isarel dalam perjalanan di Padang Gurun mencobai Tuhan maka Paulus mengajak jemaat di Korintus supaya dari hari ke hari menyesuaikan hati, pikiran dan budi pada sabda keselamatan yaitu Yesus Kristus. Untuk itu butuh iman yang tidak hanya diakui dalam hati dan lidah tetapi dihayati secara konkret. Pengakuan iman yang mana? Menurut Paulus, “Pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati maka kamu akan diselamatkan”.  Dalam iman yang sama akan Yesus Kristus tidak ada lagi perbedaan antara orang Yahudi dan Yunani. Tuhan adalah satu untuk semua orang dan semua orang punya satu tugas yaitu mencintaiNya.

Apa artinya mencintai Tuhan? Yesus memberi jawaban yang pasti di dalam bacaan Injil hari ini. Ia menunjukkan kesetiaan dan cintaNya kepada Bapa dengan menang terhadap semua godaan. Penginjil Lukas mengisahkan bahwa Yesus yang penuh dengan Roh Kudus kembali ke Sungai Yordan tempat Ia dibaptis lalu dibawa oleh Roh Kudus ke Padang Gurun untuk dicobai oleh Iblis. Ada tiga godaan atau cobaan yang dialami oleh Yesus. Godaan pertama adalah godaan hidup enak dan gampang karena banyak harta. Iblis berkata kepada Yesus: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu menjadi roti”. Yesus menjawab Iblis: “Ada tertulis, Manusia hidup bukan dari roti saja”. Godaan kedua adalah godaan tentang harga diri dan kekuasaan. Iblis meminta Yesus untuk menyembah dia supaya segala kuasa bisa diberikan kepadaNya. Yesus menjawabnya: “Ada tertulis, engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada dia saja engkau berbakti”. Godaan ketiga adalah menyangkut pangkat atau popularitas. Iblis membawa Yesus dan menyuruh Yesus menjatuhkan diriNya. Para malaikat akan melindungi Yesus. Yesus menjawab: “Ada Firman: Jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu”. Yesus memenangkan tiga godaan, iblis dikalahkan. Tetapi dikatakan “Iblis mundur dan menunggu waktu yang baik”. Sebenarnya ketiga godaan ini mau menyatakan satu hal saja yaitu supaya Yesus tidak setia kepada Bapa. Tetapi tenyata Yesus berhasil membuktikan cintaNya kepada Bapa.

Dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik dikatakan, “Pencobaan Yesus di padang gurun mengulangi pencobaan Adam di firdaus dan pencobaan-pencobaan Israel di padang gurun. Setan mencobai Yesus dalam hal ketaatanNya kepada misi yang dipercayakan Bapa kepadaNya. Kristus Adam baru tetap teguh dan kemenanganNya mewartakan kemenangan penderitaanNya yang merupakan puncak ketaatan cinta keputraanNya. Gereja menyatukan dirinya dengan Misteri ini secara khusus dalam liturgi Prapaskah” (KKGK, 106).

Dalam hidup kita selalu ada godaan-godaan yang membuat kita mudah jatuh. Ada orang yang muda menjadi gila harta, gila kuasa dan gila hormat. Karena tergoda oleh harta, kuasa dan hormat orang dapat menjadikan orang lain kambing hitam atau sasaran. Dalam masa prapaskah ini marilah kita berusaha untuk makin beriman, makin bersaudara dan makin berbela rasa. Segala harta, kuasa dan hormat akan hilang, tetapi cinta kasih Tuhan tidak akan lenyap. Dialah yang selalu menuntun hidup kita, membiarkan kita bertumbuh dalam iman dan kuat dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Dialah satu-satunya Tuhan kita. Pertanyaan umum bagi kita: Apakah anda dan saya gila harta, kuasa dan hormat?

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk  bertahan terhadap segala godaan akan harta, kuasa dan popularitas duniawi. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment