St. Agatha, Perawan dan Martir
Ibr 12:1-4
Mzm
22:26b-28.30-32
Mrk 5:21-43
Iman itu sebuah warisan
murni turun-temurun!
Hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta St.
Agatha dari Sisilia, Perawan dan Martir. Agatha lahir di Catania, Sisilia pada
tahun 231. Ia dikenal sebagai gadis yang cantik dan baik hati. Itu sebabnya
banyak pemuda bahkan seorang gubernur menginginkan dia menjadi istri. Tetapi Agatha
tidak mau. Ia mau mempersembahkan dirinya kepada Tuhan. Ia berdoa: “Ya Yesus
Kristus, Tuhanku, Engkau melihat hatiku dan mengetahui kerinduanku. Hanya Engkau
sajalah yang dapat memiliki diriku karena aku juga sepenuhnya milikMu.
Selamatkanlah aku dari orang-orang jahat. Bantulah aku agar mampu menang atas
kejahatan”.
Doa ini diucapkan ketika sang gubernur menyuruh membawa
Agatha ke Istana. Ia di pengaruhi untuk berbuat jahat tetapi Agatha tidak mau. Ia
akhirnya disuruh tinggal bersama keluarga seorang wanita jahat untuk dipengaruhi
supaya berbuat dosa tetapi ia tetap tidak mau berbuat dosa. Agatha di bawa
kembali kepada gubernur dan sekali lagi gubernur mempengaruhinya tetapi ia
tetap tidak mau. Agatha akhirnya dicambuk dan disiksa di dalam penjara. Sebelum
meninggal dunia ia masih berdoa, “Tuhan Allah, Penciptaku, Engkau melindungi aku
sejak masa kecilku. Engkau menjauhkan aku dari cinta duniawi dan memberiku
ketabahan untuk menderita. Saat ini aku memohon supaya Engkau menerima jiwaku”.
Ia gugur sebagai martir. St. Metodius dari Sisilia menulis: “Agatha memperoleh
nama baiknya karena perbuatannya yang luhur dan dalam nama itu pula membuktikan
bahwa perbuatannya nyata dan luhur”
Kisah kehidupan Agatha menunjukkan bahwa Ia memiliki iman dan
cinta kepada Tuhan. Apa ciri-ciri iman itu? Di dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik, no.28 dikatakan, “Iman
merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi semua orang yang
memintanya dengan rendah hati. Iman itu sebuah keutamaan teologal atau
adikodrati yang perlu untuk keselamatan kita. Orang yang beriman adalah orang
yang dalam tindakannya menunjukkan bahwa Tuhan ada di dalam dirinya. Tindakan
iman adalah tindakan manusiawi, yaitu tindakan akal budi manusia, yang atas
dorongan kehendak digerakkan oleh Allah mengamini dengan bebas kebenaran ilahi.
Iman itu pasti karena berdasar pada Sabda Allah. Iman bekerja oleh kasih (Gal
5:6). Iman itu tumbuh terus menerus dengan mendengarkan Sabda Allah dan doa.
Iman membuat kita mengecap sukacita surga bahkan mulai sekarang ini juga.”
Penulis surat kepada umat Ibrani, setelah mengajak kita untuk
melihat dalam dunia Perjanjian Lama figur-figur yang hidup karena imannya, hari
ini mengarahkan pikiran kita pada Yesus Kristus sendiri. Kita perlu menyadari
bahwa orang-orang yang pernah menjadi orang beriman itu seperti awan yang
melingkupi kita. Mereka itu menanggalkan beban dan dosa yang merintangi kita
berlomba dengan tekun dengan perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Mari kita
melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus.
Kita boleh katakan bahwa iman itu ibarat tongkat estafet.
Tongkat itu diserahkan kepada semua peserta lomba lari. Iman juga diwariskan
turun temurun. Seperti dalam dunia perjanjian lama diwariskan turun-temurun
sampai semua orang melihat Yesus sebagai pemenuhan Wahyu Allah. Demikian dari
para rasul menurunkan iman mereka dalam hal ini apa yang mereka lihat, apa yang
mereka dengar, apa yang mereka sentuh dari Yesus dan diwariskan turun temurun di
dalam Gereja. Doa Aku percaya membuktikan bahwa kita saat ini mengakui iman
para rasul.
Mengapa Tuhan Yesus Kristus kita pandang? Karena Dia
sendirilah yang memimpin kita ke dalam iman, Dialah juga yang membawa iman kita
kepada kesempurnaan. Semua itu Ia lakukan melalui Misteri PaskahNya. SalibNya
menyempurnakan iman kita. Suka cita yang seharusnya menjadi milikNya diganti
dengan duka cita supaya manusia dapat bersukacita. Maka nasihat terbaik hari
ini dari penulis kepada umat Ibrani adalah: “Janganlah kamu menjadi lemah dan
putus asa, sebab dalam pergumulanmu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan
darah”
Bacaan Injil hari ini memberikan kepada kita dua figur orang
beriman kepada Yesus. Figur pertama, seorang wanita yang menderita pendarahan selama 18
tahun menyentuh ujung jubah Yesus dan kuasa besar keluar dari Yesus. Ia menjadi
sembuh seketika. Hal yang penting di sini adalah bukan tangan yang menyentuh
ujung jubah yang menyembuhkan tetapi imannya yang radikal pada Yesus itulah
yang menyembuhkan. Yesus berkata: “Hai, anakKu, imanmu telah menyelamatkan
engkau. Pergilah dengan selamat. Imanmu telah menyelamatkan engkau”. Figur
kedua adalah keluarga Yairus, kepala rumah ibadat. Iman Yairus membuat anaknya
yang sudah mati dibangkitkan Yesus. Jadi iman orang-orang di sekitar kita dapat
membuat orang lain selamat. Ketika anda mendoakan orang yang sakit, orang itu
bisa sembuh karena Tuhan itu tidak memperhitungkan dosa-dosamu tetapi melihat
imanmu.
Mari kita bertumbuh dalam iman. Karena iman kepada Yesus kita
dapat saja dianiaya seperti St. Agatha atau para martir lainnya. Upah besar di
Surga kalau kita bertahan sampai selamanya.
Doa: Tuhan, semoga iman membuat kami semakin mampu mengasihi.
Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment