Tuesday, February 5, 2013

Renungan 5 Februari 2013

Hari Selasa, pekan Biasa IV
St. Agatha, Perawan dan Martir
Ibr 12:1-4
Mzm 22:26b-28.30-32
Mrk 5:21-43

Iman itu sebuah warisan murni turun-temurun!

Hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta St. Agatha dari Sisilia, Perawan dan Martir. Agatha lahir di Catania, Sisilia pada tahun 231. Ia dikenal sebagai gadis yang cantik dan baik hati. Itu sebabnya banyak pemuda bahkan seorang gubernur menginginkan dia menjadi istri. Tetapi Agatha tidak mau. Ia mau mempersembahkan dirinya kepada Tuhan. Ia berdoa: “Ya Yesus Kristus, Tuhanku, Engkau melihat hatiku dan mengetahui kerinduanku. Hanya Engkau sajalah yang dapat memiliki diriku karena aku juga sepenuhnya milikMu. Selamatkanlah aku dari orang-orang jahat. Bantulah aku agar mampu menang atas kejahatan”.

Doa ini diucapkan ketika sang gubernur menyuruh membawa Agatha ke Istana. Ia di pengaruhi untuk berbuat jahat tetapi Agatha tidak mau. Ia akhirnya disuruh tinggal bersama keluarga seorang wanita jahat untuk dipengaruhi supaya berbuat dosa tetapi ia tetap tidak mau berbuat dosa. Agatha di bawa kembali kepada gubernur dan sekali lagi gubernur mempengaruhinya tetapi ia tetap tidak mau. Agatha akhirnya dicambuk dan disiksa di dalam penjara. Sebelum meninggal dunia ia masih berdoa, “Tuhan Allah, Penciptaku, Engkau melindungi aku sejak masa kecilku. Engkau menjauhkan aku dari cinta duniawi dan memberiku ketabahan untuk menderita. Saat ini aku memohon supaya Engkau menerima jiwaku”. Ia gugur sebagai martir. St. Metodius dari Sisilia menulis: “Agatha memperoleh nama baiknya karena perbuatannya yang luhur dan dalam nama itu pula membuktikan bahwa perbuatannya nyata dan luhur”

Kisah kehidupan Agatha menunjukkan bahwa Ia memiliki iman dan cinta kepada Tuhan. Apa ciri-ciri iman itu? Di dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik, no.28 dikatakan, “Iman merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi semua orang yang memintanya dengan rendah hati. Iman itu sebuah keutamaan teologal atau adikodrati yang perlu untuk keselamatan kita. Orang yang beriman adalah orang yang dalam tindakannya menunjukkan bahwa Tuhan ada di dalam dirinya. Tindakan iman adalah tindakan manusiawi, yaitu tindakan akal budi manusia, yang atas dorongan kehendak digerakkan oleh Allah mengamini dengan bebas kebenaran ilahi. Iman itu pasti karena berdasar pada Sabda Allah. Iman bekerja oleh kasih (Gal 5:6). Iman itu tumbuh terus menerus dengan mendengarkan Sabda Allah dan doa. Iman membuat kita mengecap sukacita surga bahkan mulai sekarang ini juga.”

Penulis surat kepada umat Ibrani, setelah mengajak kita untuk melihat dalam dunia Perjanjian Lama figur-figur yang hidup karena imannya, hari ini mengarahkan pikiran kita pada Yesus Kristus sendiri. Kita perlu menyadari bahwa orang-orang yang pernah menjadi orang beriman itu seperti awan yang melingkupi kita. Mereka itu menanggalkan beban dan dosa yang merintangi kita berlomba dengan tekun dengan perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Mari kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus.

Kita boleh katakan bahwa iman itu ibarat tongkat estafet. Tongkat itu diserahkan kepada semua peserta lomba lari. Iman juga diwariskan turun temurun. Seperti dalam dunia perjanjian lama diwariskan turun-temurun sampai semua orang melihat Yesus sebagai pemenuhan Wahyu Allah. Demikian dari para rasul menurunkan iman mereka dalam hal ini apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, apa yang mereka sentuh dari Yesus dan diwariskan turun temurun di dalam Gereja. Doa Aku percaya membuktikan bahwa kita saat ini mengakui iman para rasul.

Mengapa Tuhan Yesus Kristus kita pandang? Karena Dia sendirilah yang memimpin kita ke dalam iman, Dialah juga yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Semua itu Ia lakukan melalui Misteri PaskahNya. SalibNya menyempurnakan iman kita. Suka cita yang seharusnya menjadi milikNya diganti dengan duka cita supaya manusia dapat bersukacita. Maka nasihat terbaik hari ini dari penulis kepada umat Ibrani adalah: “Janganlah kamu menjadi lemah dan putus asa, sebab dalam pergumulanmu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah”

Bacaan Injil hari ini memberikan kepada kita dua figur orang beriman kepada Yesus. Figur pertama, seorang wanita yang menderita pendarahan selama 18 tahun menyentuh ujung jubah Yesus dan kuasa besar keluar dari Yesus. Ia menjadi sembuh seketika. Hal yang penting di sini adalah bukan tangan yang menyentuh ujung jubah yang menyembuhkan tetapi imannya yang radikal pada Yesus itulah yang menyembuhkan. Yesus berkata: “Hai, anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat. Imanmu telah menyelamatkan engkau”. Figur kedua adalah keluarga Yairus, kepala rumah ibadat. Iman Yairus membuat anaknya yang sudah mati dibangkitkan Yesus. Jadi iman orang-orang di sekitar kita dapat membuat orang lain selamat. Ketika anda mendoakan orang yang sakit, orang itu bisa sembuh karena Tuhan itu tidak memperhitungkan dosa-dosamu tetapi melihat imanmu.

Mari kita bertumbuh dalam iman. Karena iman kepada Yesus kita dapat saja dianiaya seperti St. Agatha atau para martir lainnya. Upah besar di Surga kalau kita bertahan sampai selamanya.

Doa: Tuhan, semoga iman membuat kami semakin mampu mengasihi. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment