Thursday, February 28, 2013

Renungan 28 Februari 2013

Hari Kamis, Prapaskah II
Yer 17:5-10
Mzm 1:1-2.3.4.6
Luk 16:19-31

Makin Berbela Rasa


Ada dua kisah orang miskin yang mirip. Kisah pertama adalah seorang nenek miskin yang mencuri sepotong roti di kota New York sekitar tahun 1930an. Pada saat itu Amerika Serikat sedang mengalami krisis ekonomi dan banyak orang kelaparan. Ada seorang nenek yang dituduh mencuri sepotong roti dan harus diadili. Demikian tuntutan penjaga toko roti. Padahal sang nenek itu memberi alasan bahwa anak perempuannya sakit, cucunya kelaparan dan mereka juga miskin karena suaminya sudah meninggal dunia.

Hakim di pengadilan itu mengatakan hukum tetaplah hukum dan tidak memandang bulu. Si nenek itu harus membayar $10 USA, kalau tidak mampu maka ia harus dikurung dalam penjara selama 10 hari. Nenek itu remuk hatinya tetapi sang hakim itu berdiri, mencopot topinya, meletakkan uang $10 USA di atas topinya. Kemudian hakim itu mengatakan kepada para hadirin di dalam sidang: “Saya juga mendenda semua hadirin di sini sebanyak 50 sen karena kalian telah bersalah, tidak memiliki sikap bela rasa terhadap salah satu orang miskin di kota New York ini sehingga ia mencuri sepotong roti.” Panitera disuruh mengumpulkan denda dan hasilnya diberikan kepada terdakwa. Akhirnya nenek itu kembali ke rumahnya dengan mengantongi $47 USA dan 50 sen, termasuk 50 sen yang diberikan oleh sang penuntut yakni penjaga toko. Semua orang bertepuk tangan mengiring kepergian sang nenek meninggalkan ruang sidang.

Kisah kedua adalah kisah hakim Marzuki di Republik ini. Kisah ini sangat mirip dengan kisah di atas. Pada tahun 2011, seorang nenek di Kabupaten Prabumulih, Lampung mencuri singkong. Ia berani mencuri singkong karena hidupnya miskin, anak lelakinya sakit dan cucunya lapar. Manajer PT Andalas tetap menuntut supaya nenek itu dihukum sebagai pelajaran bagi warga lainnya.

Hakim Marzuki menghela nafas, dia memutuskan di luar tuntutan jaksa penuntut umum dan mengatakan bahwa hukum tetaplah hukum. Maka nenek itu harus membayar satu juta dan kalau tidak mampu membayar, ia akan dikurung 2.5 tahun. Nenek itu tertunduk dan tidak tahu harus berbuat apa. Pada saat itu hakim Marzuki mencopot topinya, mengambil uang satu juta dari dompet dan meletakkan di dalam topinya. Ia berkata kepada seluruh hadirin bahwa ia juga mendenda mereka semua masing-masing 50.000 karena mereka tidak berbela rasa terhadap nenek yang miskin itu. Uang yang terkumpul berjumlah Rp.3.500.000 termasuk Rp. 50.000 dari manajer PT. Andalas Kertas. Nenek itu keluar dari ruang pengadilan bebas,  dan mengantongi uang sebesar Rp. 3.500.000.

Dua kisah ini menarik untuk membantu kita berefleksi selama masa prapaskah ini. Salah satu hal yang patut kita lakukan selama masa prapaskah adalah karya amal kasih atau berderma. Opsi fundamental dalam masa prapaskah adalah untuk memperhatikan orang-orang kecil, berbela rasa dengan sesama yang miskin dan menderita. Mengapa dikatakan opsi fundamental? Karena Tuhan Yesus sendiri berbela rasa dengan umat manusia. St. Paulus bersaksi, “Kristus Yesus meskipun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp 2:6-8). Kalau Tuhan saja merendahkan diri menjadi hamba, bagaimana dengan kita yang hanya manusia biasa ini?

Penginjil Lukas hari ini mengisahkan kisah orang kaya dan Lazarus. Orang kaya tanpa nama berpakaian mewah dengan bahan jubah ungu, kain halus, selalu bersukaria dalam kemewahan. Dikatakan ia tanpa nama karena orangnya egois, lupa diri karena dikuasai oleh kekayaan. Orang miskin bernama Lazarus (artinya Allah menolong), pengemis, badannya ada borok, makan bersama anjing-anjing dari remah-remah orang kaya. Ketika meninggal dunia kedua orang ini berada di tempat yang berbeda. Orang kaya masuk dalam sheol, artinya tempat bagi orang-orang mati. Lazarus ketika meninggal dunia langsung ke surga dan dipangku Abraham. Orang kaya kaget melihat Lazarus dipangku Abraham maka ia meminta belas kasihan dari Abraham. 

Reaksi Abraham kepada orang kaya adalah bahwa orang kaya sudah lupa diri dengan kekayaannya selama hidup sedangkan Lazarus adalah anawim yang mengandalkan Tuhan maka sekarang adalah saat baginya untuk berbahagia selamanya. Pada akhir bacaan injil hari ini, kita juga diingatkan untuk setia pada Sabda Tuhan. Orang-orang Yahudi tahu Kitab Taurat dan isinya. Tuhan juga sudah mengutus para nabiNya dengan semua nubuat-nubuat tetapi mereka tidak mendengar. Yesus Putera Allah diutus oleh Bapa, Ia menderita, wafat dan bangkit, itu pun orang tidak percaya dan tidak mendengarNya. 

Aneh tapi nyata. Tuhan Yesus berada di hadapan mereka, Ia mengajar dengan wibawa dan membuat banyak mukjizat tetapi orang tetap tidak percaya. Nabi Yeremia pernah mengalami hal yang sama. Orang-orang pada zamannya lebih banyak mengandalkan dirinya sendiri dan licik. Itu sebabnya Tuhan berfirman melalui Yeremia: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapan pada Tuhan." Tuhan mengetahui hati manusia!

Pengalaman Yeremia dan perumpamaan Yesus tentang orang kaya dan Lazarus adalah gambaran hidup kita setiap hari. Banyak kali kita mengandalkan diri sendiri dan lupa bahwa “terlepas dari Yesus kita tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Kita seperti orang kaya yang lupa diri dan melupakan orang di sekitar kita. Seharusnya kita mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan kepadaNya. Kita hendaknya seperti Lazarus (Allah menolong), artinya selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup. Orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya akan selalu berbela rasa dengan sesamanya. Mengapa? Karena ia merasa bahwa segalanya berasal dari Tuhan. Mari kita berbenah diri untuk semakin mengandalkan Tuhan dan berbela rasa dengan sesama. 

Doa: Tuhan, biarlah hari ini kami tetap mengandalkan dan berharap padaMu. Amen

PJSDB

2 comments:

  1. siang pater john, mohon ijin utk menggunakan tulisan frater, karena sabtu depan saya mendapat tugas utk memandu pertemuan app tema 3 "ber bela rasa ", ini merupakan pertama kali saya memandu.

    terimakasih dan Tuhan memberkati

    ReplyDelete
  2. mohon ijin utk menggunakan tulisan fater john, utk kami pakai dalam APP minggu ke 3 di lingkungan kami.

    Terimakasih dan Tuhan Memberkati

    ReplyDelete