Kis 5:17-26
Mzm 34:
2-3.4-5.6-7.8-9
Yoh 3:16-21
Betapa besarnya kasih
Allah!
Perayaan Ekaristi hari ini dimulai dengan sebuah antifon
pembuka yang bagus: “Aku hendak memuji Engkau, ya Tuhan, dan mewartakan namaMu
kepada saudara-saudaraku”. Kutipan Mazmur ini kiranya membantu kita untuk
memahami bacaan-bacaan liturgi kita hari ini dengan sebuah tema yang menarik:
“Betapa besar kasih Allah” yang dialami setiap hari. Apakah anda merasakan
betapa besarnya kasih Allah setiap hari?
Konon ada seorang bapa yang hampir sebulan sekali masuk ke rumah sakit
untuk mencuci darah karena gagal ginjal. Ketika ditanya temannya tentang
pengalaman masuk ke rumah sakit, ia berkata, “Ini adalah pengalaman betapa
besar kasih Allah bagiku. Sudah berbulan dan bertahun-tahun mencuci darah
tetapi saya masih hidup”. Kadang-kadang ketika orang mengalami kesulitan dan
pergumulan hidup, justru mereka mengatakan bahwa Tuhan tidak mengasihinya lagi.
Para rasul sebagaimana dikisahkan oleh Lukas dalam bacaan
pertama mengalami besarnya kasih Allah dalam mewartakan Sabda Tuhan Yesus. Para
pemimpin Yahudi yakni imam-imam besar dan kaum Saduki merasa iri hati kepada
para rasul dan jemaat yang semakin hari bertambah banyak. Mereka begitu kompak,
sehati dan sejiwa. Oleh karena itu mereka menangkap para rasul dan memenjarakan
mereka. Namun pada malam hari, secara mengejutkan mereka semua dikejutkan
karena seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara dan membawa mereka
keluar. Malaikat itu berkata: “Pergilah, berdirilah di Bait Allah, beritakanlah
seluruh Firman hidup itu kepada orang banyak”. Diceritakan bahwa para rasul
mentaati perintah malaikat sehingga ada pagi hari mereka sudah berada di Bait
Allah untuk mengajar. Ini tentu mengherankan para pemimpin Yahudi dan para
sipir penjara karena penjara sendiri masih dalam keadaan terkunci. Mereka tidak
berani menyentuh para rasul karena takut dengan membeludaknya orang yang mau
mendengar mereka.
Pengalaman kasih Allah yang besar dapat dirasakan pada
saat-saat yang sulit dan ekstrim. Pada saat orang merasakan goncangan iman dan
seakan kehilangan arah hidupnya. Pada saat seperti itu Tuhan selalu hadir dan
menghibur dengan mengatakan, “Tenanglah, Aku ini, jangan takut” (Yoh 6:20).
Sama juga dengan para rasul dalam kisah ini, di saat yang sulit di penjara
Tuhan masih menguatkan dan membebaskan serta memberi tugas baru supaya mereka
mewartakan Injil. Banyak kali kita justru berlawanan dengan pengalaman para
rasul. Mungkin saja kita tidak bertahan dalam penderitaan, pergumulan dan
beban-beban kehidupan. Kita mencari kehidupan yang paling mudah dan tidak
menantang. Kasih Allah justru menjadi besar karena Salib atau dalam pemahaman
Yohanes, karena Yesus ditinggikan. Kasih Allah menjadi besar ketika orang
memikul salibnya hari demi hari.
Saya teringat kisah Santo Yohanes Bosco. Santo Yohanes Bosco
dikenal sebagai santonya kaum muda. Dalam kisah hidupnya, ia memiliki banyak
pengalaman kebersamaan dengan kaum muda
terutama yang miskin dan terlantar. Mengapa ia memilih melayani kaum
muda yang miskin? Satu alasan yang pasti adalah, karena ia memang sejak kecil
juga mengalami kemiskinan di dalam keluarga. Dari pengalaman ini, ia berniat
untuk mengasihi kaum muda yang miskin. Pada suatu kesempatan ia berbicara
dengan beberapa siswa binaannya yang sudah berhasil dalam masyarakat. Salah
seorang siswanya berkata: Don Bosco, saya bahagia mengenalmu karena saya merasa
bahwa engkau sangat mencintaiku. Sekarang saya tidak lagi tinggal bersamamu,
maka pesan saya adalah: “Biarkanlah orang-orang muda merasa bahwa mereka memang
dikasihi”. Pengalaman Don Bosco ini mengandaikan cinta kasih yang total kepada
Tuhan dan sesama! Pengalaman akan kasih Tuhan terpancar bagi sesama.
Hari ini kita mendengar Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus:
“Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia telah menganugerahkan Anaknya
yang tunggal, sehingga setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa
melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kasih Allah bagi dunia begitu besar. Ia
tidak hanya berjanji melalui para nabi
untuk mengasihi manusia tetapi mewujudkan janjiNya dengan mengutus Yesus
PuteraNya ke dunia.Kasih Allah semakin luas menjangkau semua orang di dunia
ini. Dari pihak Allah, Ia sendiri mengorbankan AnakNya yang tunggal sebagai
korban penghapus dosa di atas kayu salib.
Apa yang harus dilakukan oleh manusia? Yesus meminta supaya
kita percaya kepadaNya. Kita percaya bahwa Ia adalah Utusan Bapa untuk
menyelamatkan dunia. Dialah terang sejati yang sedang datang ke dunia.
TerangNya membantu kita untuk melihat kasih Allah yang berlimpah bagi manusia.
Yesus juga menghendaki agar kita bertobat dari hidup lama menjadi baru. Hidup dalam terang berarti membenci seluruh
hidup dalam dosa. Hidup dalam dosa berarti hidup di dalam kegelapan dan ini
tentu berlawanan dengan Terang. Sekarang pilihlah dihadapan Tuhan mau hidup
dalam terang atau gelap?
Marilah kita membantu banyak orang untuk mengalami kasih
Allah dan melihat terangNya melalui perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan
setiap hari. Jangan berhenti berbuat baik. Jangan berhenti mengasihi sesamamu.
Ketika anda mengasihi janganlah menggunakan perhitungan tertentu.
Doa: Tuhan terima kasih, betapa besanya kasihMu kepadaku.
Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment