Kis 2:36-41
Mzm
33:4-5.18-19.20.22
Yoh 20:11-18
Aku telah melihat
Tuhan!
Perayaan Ekaristi pada hari Selasa Oktaf paskah ini dimulai
dengan sebuah antifon pembukaan yang bagus: “Kebijaksanaan dianugerahkan kepada kita laksana air untuk diminum. Kebijaksanaan
Tuhan berakar di dalam hati kita, dan membahagiakan kita selama-lamanya” (Sir
15:3-4). Mengimani Kristus yang bangkit
mulia tidak semata-mata kerja intelek kita tetapi harus seimbang dengan hati
kita. Hati yang bijaksana, yang terbuka pada semua rencana dan kehendak Tuhan.
Pada hari ini kita berjumpa dengan dua figur yang kuat yang
kiranya dapat membantu
pertumbuhan iman kita. Figur pertama dari Injil yakni Maria Magdalena. Penginjil Yohanes bercerita bahwa pada pagi-pagi buta Maria Magdalena pergi ke makam Yesus. Ia melihat makam itu sudah kosong maka ia menangis sambil melihat ke dalam makam. Ia melihat dua malaikat berpakaian putih, satu duduk di dekat kepala dan lainnya dekat kaki. Kedua malaikat itu bertanya kepada Maria: “Ibu mengapa engkau menangis?” Dengan polos Maria menjawab: “Tuhanku, telah diambil orang, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan”. Maria Magdalena di sini digambarkan sebagai seorang pribadi yang mencari Tuhan Yesus. Ia mau membalas jasa Tuhan karena darinya Tuhan Yesus mengusir tujuh roh jahat (Luk 8:2). Hanya saja kita melihat Maria begitu manusiawi, sangat posesif. Itu sebabnya ia polos mengatakan “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan”.
pertumbuhan iman kita. Figur pertama dari Injil yakni Maria Magdalena. Penginjil Yohanes bercerita bahwa pada pagi-pagi buta Maria Magdalena pergi ke makam Yesus. Ia melihat makam itu sudah kosong maka ia menangis sambil melihat ke dalam makam. Ia melihat dua malaikat berpakaian putih, satu duduk di dekat kepala dan lainnya dekat kaki. Kedua malaikat itu bertanya kepada Maria: “Ibu mengapa engkau menangis?” Dengan polos Maria menjawab: “Tuhanku, telah diambil orang, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan”. Maria Magdalena di sini digambarkan sebagai seorang pribadi yang mencari Tuhan Yesus. Ia mau membalas jasa Tuhan karena darinya Tuhan Yesus mengusir tujuh roh jahat (Luk 8:2). Hanya saja kita melihat Maria begitu manusiawi, sangat posesif. Itu sebabnya ia polos mengatakan “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan”.
Maria menoleh ke belakangnya dan melihat Yesus mulia tetapi ia belum mengenalnya. Ia mengira seorang penunggu taman. Yesus bertanya: “Ibu mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menunjukkan lagi sikap posesifnya dan kali ini lebih manusiawi: “Tuan, jikalau Tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana Tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya”. Perhatikanlah perubahan yang terjadi: tadi dengan para malaikat, Maria masih mengatakan “Tuhanku”. Sekarang dengan Yesus yang bertubuh mulia dan dikira penunggu taman, Maria turunkan lagi level pengenalannya akan Yesus: Tuan, aku dapat mengambilNya”. Bayangkan seorang wanita bertubuh kecil mau “mengambil” jenazah Yesus yang bertubuh tinggi dan berat.
Pengenalan akan Yesus yang sangat manusiawi, posesif,
berubah ketika Yesus membuka pikirannya dengan sapaan dengan nama: “Maria”.
Nama itu menunjukkan totalitas kehidupan manusia. Maria merasa menjadi baru
dengan sapaan Yesus itu karena tadinya ia sangat manusiawi, masih diliputi
suasana duka dan kecewa. Tetapi apa reaksi Maria? Ia menyapa Yesus: “Rabuni”
artinya “Guruku”. Dengan penuh keakraban Ia ingin menyentuh Yesus tetapi Yesus
berkata: “Janganlah engkau memegang Aku sebab Aku belum pergi kepada Bapa.
Pergilah dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu bahwa sekarang Aku pergi
kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu”. Pasti ada yang bertanya
mengapa Yesus tidak mengijinkan Maria untuk menyentuhNya? Yesus tidak takut
dengan perempuan, Ia justru mau supaya Maria menyadari hidup barunya sebagai
utusan atau rasul. Perasaan manusiawi yang dimiliki Maria Magdalena harus
berubah menjadi perasaan ilahi untuk bersaksi. Itu sebabnya Maria dengan
sukacita kembali ke komunitas dan berkata: “Aku telah melihat Tuhan dan Tuhan
berbicara kepadaku”
Kisah Maria Magdalena ini sangat menarik. Pengalamannya
menjadi pengalaman Gereja untuk mengalami Yesus yang bangkit mulia. Maria
memulai pengalaman bersama Yesus pada level iman yang sangat manusiawi,
terlampau posesif. Perlahan-lahan Yesus menyadarkan bahwa perasaan manusiawi,
cinta kasih manusiawi itu harus berubah menjadi ilahi sehingga layak menjadi utusan
Tuhan. Maria menyadarinya, ia menjadi baru dan menjadi utusan Tuhan
Yesus. Gereja juga mengalami pengalaman yang mirip. Kadang setiap pribadi mengalami sikap yang posesif seperti Maria Magdalena, dan berpikir orang lain tidak punya hak untuk memiliki Yesus. Ketika kita lebih terbuka lagi pada Yesus maka kita akan menjadi utusanNya yang handal.
Yesus. Gereja juga mengalami pengalaman yang mirip. Kadang setiap pribadi mengalami sikap yang posesif seperti Maria Magdalena, dan berpikir orang lain tidak punya hak untuk memiliki Yesus. Ketika kita lebih terbuka lagi pada Yesus maka kita akan menjadi utusanNya yang handal.
Maria Magdalena itu hebat. Dialah murid pertama yang menerima
anugerah istimewa, menjadi saksi kebangkitan. Para bapa gereja menyebutnya
rasul dari para rasul karena dialah yang membawa berita kebangkitan Yesus: “Aku
telah melihat Yesus”. Ini adalah pengalaman yang unik. Mengapa? Pertama, dia
seorang wanita dan kesaksian seorang wanita dalam agama Yahudi tidak sah di
depan hukum. Kedua, menurut Injil Lukas, Tuhan mengusir bukan satu tapi tujuh
roh jahat. Tetapi Tuhan Yesus memang hebat, Ia memilihnya menjadi rasul dari
para rasulNya.
Figur kedua dalam bacaan liturgi kita adalah Petrus. Petrus
tadinya penakut, tetapi setelah pentekosta, ia begitu berani berbicara tentang
Yesus dari Nazareth kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Ia berkata: “Seluruh kaum
Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu
salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Kata Tuhan dan Kristus ini penting
bagi orang-orang Yahudi. Yesus menjadi “Adonai” dan Kristus artinya Mesias, terurapi. Oleh karena itu mereka bertanya kepada Petrus, apa yang akan mereka
lakukan untuk menerima Yesus, Tuhan dan Mesias. Petrus menjawab mereka: "Bertobatlah, hendaklah kamu memberi diri dibaptis dalam nama Yesus Kristus
untuk pengampunan dosa. Dengan demikian kamu akan menerima karunia Roh Kudus." Inilah keberanian seorang Petrus yang penuh dengan Roh Kudus, sehingga ia dapat
membaptis 3000 orang saat itu.
Sabda Tuhan pada hari ini sangat istimewa. Kita semua
diarahkan untuk menyadari kembali proses pengenalan kita akan Yesus Kristus.
Pengalaman akan Allah itu ditandai dengan pertobatan yang terus menerus di
dalam hidup kita. Maria Magdalena dan Petrus mengalaminya dan luar biasa,
mereka menjadi utusan Tuhan. Mari kita menyadari panggilan dan perutusan kita
masing-masing sebagai orang yang sudah dibaptis. Sempurnakanlah dirimu dengan
pertobatan dan anda akan menjadi utusan atau rasul Tuhan yang istimewa. Katakanlah kepada sesamamu: "Aku telah melihat Tuhan!"
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menyadari kehadiranMu di
dalam pengalaman hidup setiap hari. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment