Kis 6:1-7
Mzm 33:
1-2.4-5.18-19
Yoh 6:16-21
Ini Aku, Jangan Takut!
Ada seorang pemuda mengaku pernah mengalami goncangan dalam iman. Ia tidak
tahu lagi apa yang harus dilakukan supaya imannya tetap kuat. Ia berusaha
mengisi hari-harinya dengan memikirkan
masalah yang sedang menggoncang imannya. Jalan ke arah Tuhan sepertinya sudah
tertutup. Pada suatu ketika ia berdiri di depan pintu sambil memandang ke arah
perbukitan yang hijau. Ia ingin pergi ke sana supaya melepaskan semua masalah
yang sedang ia hadapi dan menggoncang imannya. Tiba-tiba ayahnya dari belakang,
memegang pundaknya dan berkata kepadanya: “Ayah ada di sini. Jangan takut! Mengapa
matamu selalu memandang ke arah bukit itu?” Ia spontan menjawab, “Ayah
seandainya kita tinggal di sana mungkin lebih bahagia dari pada di sini”.
Ayahnya hanya menjawab, “Siapa takut?” Banyak kali kita juga mengalami
persoalan-persoalan di dalam hidup. Anda dan saya pernah jatuh, mengalami
ketakutan yang besar. Ada banyak orang yang mungkin memilih diam tetapi ada
juga yang mungkin hanya mengatakan “Tenanglah” atau “Jangan takut” atau “Aku di
sampingmu”. Kata-kata ini bukan hanya kata kosong tetapi memiliki power yang
luar biasa. Orang bisa keluar dari krisis imannya karena sapaan yang baik dari
sesamanya.
Penginjil Yohanes hari ini mengisahkan keadaan setelah lima
ribu orang kenyang dengan roti dan ikan yang diperbanyak oleh Yesus di Tabgah.
Yesus coba membiarkan para muridNya berjalan lebih dahulu dengan perahu yang
sudah disiapkan ke Kapernaun. Ia sendiri ke gunung untuk berdoa. Ketika mereka sudah menjauh dari darat, dan Yesus,
maka angin sakal di danau bergelora. Para murid ketakutan dan saat itulah Yesus
berjalan di atas air, dan masuk ke dalam perahu. Ia berkata, “Ini Aku, jangan
takut!” (Yoh 6:20). Angin kencang menjadi reda dan mereka juga menuju ke pantai.
Kisah ini memang menarik perhatian kita. Yesus seakan menguji
iman para muridNya setelah mempergandakan roti dan ikan. Ia membiarkan mereka
pergi sendirian, melewati air danau dan angin kencang mengguncang mereka. Waktu
itu sudah malam. Dua simbol yang kuat di sini sifatnya traumatis: air danau
yang dalam dan angin kencang. Dua simbol yang menjadi simbol chaos atau suasana
kacau-balau dalam mentalitas orang Yahudi. Mereka tetap mengingat peristiwa air bah yang
menakutkan di dalam Kitab Kejadian. Ada juga simbol malam sebagai
kegelapan. Ketika berjalan sendiri, tanpa Yesus maka yang ada adalah kegelapan,
persaingan dan pengalaman jatuh dalam dosa. Kegelapan merupakan simbol krisis iman
di mana orang tidak tahu lagu ke mana arah hidupnya. Di saat-saat ada badai,
ada kegelapan maka Tuhan datang dan berkata, “Ini Aku, jangan takut”.
Apakah anda pernah mengalami badai dalam hidupmu? Pikirkanlah
semua hal terbaik yang pernah anda pikirkan dalam hidup perkawinanmu, tetapi
karena kelemahan manusiawi maka anda atau pasanganmu tidak setia. Pikirkanlah
semua angan-anganmu yang indah tentang anak-anakmu, ternyata tiba-tiba ia
didiagnosis sakit kanker stadium empat? Pikirkanlah bahwa anda pernah jatuh dan
gagal berkali-kali. Anda mengalami krisis yang besar tetap Tuhan mengutus
orang-orang tertentu untuk memulihkanmu. Mungkin sapaan sederhana, “Aku ada di
sini, dekatmu atau bersamamu, jangan takut”.
Semua sapaan ini memiliki daya menghidupkan.
Lukas dalam bacaan pertama di Kisah Para rasul mengisahkan
keadaan komunitas Gereja perdana. Jumlah jemaat bertambah dan tentu
menimbulkan ketakutan-ketakutan tertentu. Ada yang mulai bersungut-sungut
karena kurang dilayani. Padahal sebelumnya kita mendengar bahwa komunitas itu “sehati
dan sejiwa”. Para rasul memang tanggap
dengan situasi tetapi mereka akhirnya menyadari bahwa demi melayani kaum miskin
maka Sabda Tuhan diabaikan. Sikap tanggap para rasul diwujudkan dengan memilih
para diakon berjumlah tujuh orang untuk melayani kaum miskin. Dengan doa dan
berkat serta Sabda maka banyak orang mengalami kasih Allah.
Kadang-kadang kita terus menerus mau hidup dalam kegelapan
maka selalu ada sikap bertahan, tidak mau berubah. Para rasul memang tanggap
dengan situasi di dalam kehidupan jemaat yang sedang berubah. Banyak orang
tidak dilayani dengan baik, terutama para janda miskin. Itu sebabnya tanggapan
para rasul adalah memilih para diakon untuk melayani kaum miskin sedangkan para
rasul konsisten melayani Sabda. Sikap
para rasul ini menjadi contoh yang baik bagi banyak orang sehingga mereka mau
menjadi pengikut Tuhan.
Sabda Tuhan hari ini meneguhkan kita dalam hal
pilihan-pilihan mendasar untuk tidak takut melayani orang-orang kecil. Kita
perlu memiliki kepekaan dan keprihatinan terhadap banyak orang yang miskin dan
membutuhkan tangan-tangan kasih. Kita juga diteguhkan ketika sedang dalam
pergumulan, dalam keadaan takut dan tak berdaya. Tuhan memperhatikan iman kita
maka Ia juga berkata kepada anda dan saya: “Aku ini, jangan takut”. Anda dan
saya memiliki badai tertentu yang menantang iman kita. Marilah kita berubah
dalam hidup dengan semakin mencintai panggilan dan pelayanan masing-masing.
Doa: Tuhan, katakanlah selalu kepada kami, “Aku ini, jangan
takut?” sehingga iman kami tidak pernah padam. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment