Tuesday, April 17, 2012

Renungan 17 April 2012

Kis 4:32-37
Mzm 93:1ab.1cd-2.5
Yoh 3:7b-15

“Semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah”

Seorang ibu merasa terharu ketika mendapat penjelasan tentang hidup para biarawan di dalam komunitas. Selama ini dia selalu berpikir bahwa ketika romo melakukan pelayanan tertentu dan diberi stipendium atau iura stolae maka isi amplop tersebut menjadi miliknya romo. Tetapi ketika romo menjelaskan bahwa semua amplop entah berwarna putih, merah atau coklat bukan milik kepunyaan romo tetapi romo hanya menerimanya kemudian akan menyerahkannya kepada bendahara rumah untuk digunakan bersama di dalam komunitas maka ibu itu terharu. Di samping stipendium atau iura stolae, semua penghasilan dari mengajar, menulis buku atau artikel dan karya lainnya diserahkan kepada bendahara atau pimpinan komunitas untuk dipakai bersama-sama. Demikian juga materi-materi tertentu, apabila tidak dibutuhkan maka diserahkan kepada bendahara atau pimpinan komunitas lalu dibagikan kepada saudara lain yang lebih membutuhkan. Inilah prinsip berbagi yang merupakan salah satu warisan para rasul hingga saat ini. Saya sendiri hingga saat ini mengalami indahnya berbagi di dalam komunitasku.

Penginjil Lukas di dalam Kisah Para Rasul, kembali menunjukkan satu prinsip penting kebersamaan di dalam komunitas. Komunitas tidak hanya diperkuat oleh kebiasaan dan kemampuan untuk berdoa bersama, ekaristi bersama tetapi juga dengan ikatan-ikatan eksternal seperti prinsip saling berbagi barang-barang kebutuhan. Tidak ada seorangpun yang berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan bersama. Apa yang membuat mereka memiliki semangat seperti ini? Jawaban yang pasti adalah pewartaan para rasul bahwa Tuhan Yesus bangkit! Warta sukacita para rasul inilah yang membuat semuanya merasa hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Semua orang merasa dan menghayati prinsip sehati dan sejiwa.


Dalam konteks dunia sekarang ini, apa saja yang dapat dibagi di dalam komunitas?  Dengan berpedoman pada kesaksian  para rasul maka setiap pribadi yang percaya pada Tuhan Yesus Kristus dan dengan kuasa sakramen pembaptisan, mau bersatu dengan Tuhan dan sesama. Persatuan itu menjadi nyata dalam mewujudkan tanggung jawab terhadap sesama yang lain. Misalnya berbagi bukan hanya dengan material tetapi juga dengan hal rohani seperti saling mendoakan dan meneguhkan. Lebih dari itu, setiap orang yang dibaptis terpanggil untuk berbagi dengan mengingatkan semua saudara supaya mencintai Kristus yang menjadi miskin supaya kita menjadi kaya (2Kor8:9). Saling berbagi karisma dan pelayanan-pelayanan di dalam Gereja. Saling berbagi untuk mewujudkan persatuan sesuai dengan dengan Doa imamat Yesus (Yoh 17:21).

Nicodemus oleh penginjil Yohanes, setelah diajarkan oleh Yesus tentang “dilahirkan kembali dalam Air dan Roh” untuk memperoleh hidup kekal maka rasanya belum cukup meyakinkannya. Dia belum percaya secara penuh. Oleh karena itu Tuhan Yesus mempertegas pengajaranNya dengan berkata, “Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari Surga yaitu anak manusia. Anak manusia harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya kepadaNya berleh hidup yang kekal”. Pengajaran Yesus tentang diriNya yang akan disalibkan, wafat dan bangkit ini membuat Nicodemus percaya.

Sabda Tuhan pada hari ini mengingatkan kita untuk membangun persekutuan dan persaudaraan sejati di dalam Gereja. Persekutuan dan persaudaraan sejati bisa ada kalau setiap pribadi menerima dan merasa bahwa mereka juga “dilahirkan dari atas” atau merasa memiliki hidup baru yang diterima dalam sakramen pembaptisan dan Krisma. Setiap pribadi juga menerima dan percaya kepada Tuhan Yesus bahwa Ia telah wafat dan bangkit. Setiap pribadi juga merasa terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus. Jadi boleh dikatakan pengalaman Pentekosta terus menerus dirasakan oleh setiap pribadi di dalam Gereja. 


Pertanyaan untuk direfleksikan secara pribadi: Apa pengalaman anda tentang persaudaraan sejati? Bagaimana rasanya ketika menghayati prinsip sehati dan sejiwa dalam hidup menggereja? Apakah anda merasa hidup dalam kelimpahan rahmat? 

PJSDB

No comments:

Post a Comment