Wednesday, April 4, 2012

Renungan 4 April 2012

Hari Rabu Pekan Suci
Yes 50:4-9a
Mzm 67: 8-10.21-22.31.33-34
Mat 26:14-25

Hamba Tuhan yang taat

Himne ketiga tentang Hamba Tuhan yang menderita memfokuskan perhatian kita pada ketaatannya sebagai hamba. Tuhan memberikan kepadanya lidah sebagai seorang murid sehingga ia dapat meneguhkan mereka yang letih lesuh. Tuhan juga mempertajam pedengarannya sehingga dapat mendengar seperti seorang murid. Namun kehebatan sang hamba bukan hanya sebatas sebagai murid tetapi ketaatannya untuk menderita. Sang Hamba bersaksi: “Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Mukaku tidak kusembunyikan tetapi kubiarkan dinodai dan diludahi.” Di saat yang sulit seperti ini sang Hamba Tuhan masih percaya bahwa Tuhan pasti menolongnya. Hatinya tetap teguh pada Tuhan seperti gunung batu.

Kisah ketaatan hamba Tuhan yang menderita ini memancarkan wajah Dia yang tersalib yakni Yesus. Ia adalah Anak manusia yang menderita, dicemooh, dihina dan dimahkotai dengan duri. Dia tidak memilih untuk mundur tetapi maju dengan berani menyerahkan diriNya. Dia sungguh memiliki kebebasan sejati sehingga dapat memberi diriNya dengan sukarela. Hamba Tuhan adalah Manusia dari Allah. Meskipun kejahatan manusia bertambah namun Dia tetapi mendengar Sabda Allah Bapa, hidup dalam persatuan dengan Allah. Hamba Tuhan ini memberi DiriNya bagi sesama dalam nama Tuhan Allah. Maka tidak slah kalau Gereja purba menyamakan figur Hamba Tuhan dengan Yesus Putera Allah.

Figur Hamba Tuhan ala Yesaya semakin sempurna dalam  kesaksian Injil tentang Yesus Kristus. Yudas Iskariot, salah seorang dari keduabelas rasul pilihanNya pergi kepada para imam kepala untuk merencanakan pengkhianatanNya. Yesus yang diikutinya dijual begitu saja dengan harga tiga puluh uang perak. Ketika uang sudah di tangannya maka ia tinggal menunggu saat yang tepat untuk menyerahkan sang Maestronya. Tenatng halk ini, Yesus sendiri mengatakan bahwa salah seorang di dalam komunitasNya akan mengkhianatiNya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhNya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku. Dia yang mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Tentu yang Yesus maksudkan adalah Yudas Iskariot sang bendahara komunitas.

Tuhan Yesus dikhianati oleh salah seorang pilihanNya. Mengherankan! Dia pasti tahu bahwa Yudas anak Simon, seorang yang bukan berasal dari Galilea ini akan mengkhianatiNya tetapi Ia tetap juga memilihNya sebagai Rasul bahkan jabatan penting sebagai bendahara. Pada malam perjamuan terakhir Yesus masih berlutut di hadapannya untuk membasuh kakinya. Harga jual Sang Maestro bisa semurah ini, hanya tiga puluh perak! Sang Mesias dikhianati oleh seorang sahabatNya. Yesus disamakan begitu saja seperti seorang revolusioner atau pemberontak. Misteri Tuhan ada di sini yakni rencana dan kehendakNya tidak dapat dipahami manusia. Ia sangat mengasihi dunia sehingga mengorbankan Putera TunggalNya, barang siapa percaya kepadaNya akan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).

Sabda Tuhan ini sangat menguatkan kita untuk bertahan dalam perjuangan hidup kita masing-masing. Dengan memandang Yesus, sang Hamba Tuhan yang menderita kita belajar nilai-nilai rohani penderitaanNya. Figur Hamba Tuhan yang menderita, taat dan pasrah karena dia tahu Tuhan pasti akan menolongnya. Meskipun punggungnya dipukul, mukanya dinodai dan diludahi, jangggutnya dicabut namun ia tetap berbesar hati karena Tuhan pasti menolongnya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih berbesar hati dalam penderitaan, tetap bertahan dan percaya bahwa Tuhan pasti menolong kita? Atau kita juga mundur dan mencari hidup yang lebih enak dan gampang dengan menjauhkan diri dari Yesus? Yesus sendiri berkata: “Barang siapa yang mau mengikuti Aku hendaklah memikul salibnya hari demi hari” (Mat 16:24).

Pengalaman menunjukkan bahwa sahabat tenyata bisa menjadi musuh. Meskipun Yesus menyapa para muridNya sebagai sahabat-sahabat tetapi Yudas Iskariot tidak merasakan persahabatan. Di kepalanya hanya ada kerjaan iblis dan uang. Itu sebabnya ia tidak segan-segan menjual Yesus dengan harga tiga puluh perak. Pengalaman jual menjual juga terjadi dalam hidup kita. Orang yang dekat sekali pun, mereka yang mengetahui sebagian dari rahasia kehidupan kita dapat dengan mudah menjadi pengkhianat. Yesus mengalaminya dan kita pun mengalaminya. Apakah pengalaman ini membuat kita mundur dari Yesus? Tidak, kita harus bertahan karena Yesus sendiri pun mengalaminya dan memenangkannya. 


Doa: Tuhan kuatkanlah aku!

PJSDB

No comments:

Post a Comment