Hari Sabtu, Pekan Biasa XV
Mi 2:1-5
Mzm 10:1-2.3-4.7-8.14
Mat 12: 14-21
Kepadanyalah semua bangsa berharap
Seorang ketua lingkungan datang
padaku untuk sharing pengalamannya. Ia terpilih sebagai ketua lingkungan
melewati proses yang rumit. Tidak ada seorang pun yang mau melayani di
lingkungan tersebut. Setelah lama memikirkan bentuk pelayanan ini maka ia
setuju dicalonkan dan terpilihlah dia sebagai pelayan. Pada mulanya semua
orang merasa puas dengan kinerjanya.
Berbagai gerakan untuk pemberdayaan komunitas-komunitas basisnya dijalankan
dengan baik. Lingkungan yang tadinya dianggap tidak menjanjikan dalam pelayanan
di Gereja berubah menjadi lingkungan yang siap untuk melayani. Namun demikian
ia juga belajar dikecam, dicaci maki, digosip, dianggap tidak adil dan jujur.
Dia bertanya kepadaku, mengapa melayani Tuhan di dalam Gereja itu selalu
dihiasi dosa-dosa seperti ini? Saya mengatakan kepadanya bahwa Tuhan Yesus
sendiri sudah mengalaminya.
Yesus datang bukan untuk
meniadakan Hukum Taurat melainkan menggenapinya (Mat 5:17) dengan hukum kasih
(Mat 22:37.39). Namun demikian orang-orang Farisi, para imam kepala dan tua-tua
Yahudi tidak memahami rencana Allah yang sedang dikerjakan oleh Yesus. Mereka
bersekongkol untuk membunuh Yesus namun Yesus mengetahui persekongkolan mereka.
Ia pun menjauhi orang-orang Farisi namun banyak orang masih mencari dan
membutuhkan keselamatan. Dia adalah hamba sejati yang selalu siap untuk
melayani bukan untuk dilayani.
Hari ini, Penginjil Matius
berusaha memperkenalkan identitas Yesus dengan menggunakan figur dalam nubuat
nabi Yesaya tentang hamba Yahwe: “Lihatlah, itu hambaKu yang Kupilih, yang
Kukasihi, yang kepadanya jiwa-Ku berkenan. RohKu akan Kucurahkan atas Dia dan Ia
akan memaklumkan hukum kepada segala bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak
akan berteriak, suaranya tidak terdengar di jalan-jalan. Buluh yang patah
terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan
dipadamkanNya sampai Ia menjadikan hukum itu menang. KepadaNyalah semua bangsa
akan berharap” (Yes 42:1-4). Nubuat Yesaya di atas menerangkan identitas Yesus
sebagai Hamba yang dipilih dan dikasihi Bapa (Mat 3:7; 17:5) dan Ia adalah
pembawa Roh Kudus. Dia adalah Utusan untuk mewartakan kehendak Bapa. Ia
menghadirkan wajah Bapa yang lembut hati.
Hal yang kiranya menarik
perhatian kita adalah Yesus berbuat baik dengan pengajaran dan tanda-tanda
heran namun orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat serta para pemimpin Yahudi
tidak menerimaNya. Ia ditolak, diancam untuk dibunuh bukan karena kejahatan
tetapi karena kebaikan. Sama dengan hamba Yahwe dalam Kitab nabi Yesaya yang
dikutip di atas, Yesus menyingkir, menjauh dari mereka tetapi tetap menunjukkan
kelembutan hati-Nya untuk melayani. Ia masih menyembuhkan banyak orang sakit
yang mencari-Nya. Ia tidak berhenti berbuat baik. Ini yang membuat semua bangsa
berharap kepadaNya.
Ya, selagi kejahatan masih
menguasai manusia maka Tuhan akan tetap menunjukkan karya keselamatan-Nya bagi
manusia. Tuhan tidak pernah tidur! Kejahatan manusia bisa berupa penyalahgunaan
wewenang dan kuasa. Mikha dalam bacaan pertama mengisahkan tentang rencana
untuk berbuat jahat ketika orang sedang berada di atas ranjang. Rencana berbuat
jahat dengan menyalahgunakan kuasa sendiri terwujud dalam aksi merampas dan
menindas hak milik serta hidup orang lain. Orang-orang jahat seperti ini akan
mendapat ganjaran dari Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan selalu memihak orang-orang
kecil terutama mereka yang miskin dan menjadi korban ketidakadilan sosial.
Orang-orang kaya dan berkuasa yang congkak hatinya akan diturunkannya dari
takhta atau kuasa mereka. Inilah keadilan Tuhan. Hukum kasihlah yang harus
ditegakkan bukan kuasa manusiawi yang penuh dengan kejahatan.
Sabda Tuhan hari ini memiliki
makna yang mendalam terutama dalam mengoreksi perilaku hidup kita. Dalam hal
apa?
Pertama, Banyak kali kita tidak melihat perbuatan baik dalam diri
sesama dan mensyukurinya tetapi yang ada
adalah iri hati, dengki dan nafsu untuk memusihinya. Kita lupa bahwa semua itu
berasal dari Tuhan bukan dari diri orang tersebut. Bukankah semuanya itu adalah
talenta titipan Tuhan?
Kedua, Kita belajar dari Yesus yang ditolak di mana-mana. Ia
diancam untuk dibunuh namun tetap tegar, berani untuk tetap mewartakan karya
cinta kasih Allah. Ia tetap berbuat baik dengan menyembuhkan orang-orang yang
mencari-Nya. Janganlah anda berhenti berbuat baik meskipun anda sedang dalam
kesulitan atau bahaya.
Ketiga, Kita diingatkan untuk jangan menyalahgunakan kuasa dan
wewenang secara tidak adil. Tuhan tidak pernah menginginkan manusia yang
diciptakan “sewajah” dengan “wajahNya” sendiri atau yang menjadi “biji mata-Nya”
sendiri berlaku tidak adil. Tuhan itu adil, penuh belaskasih maka hendaknya
perilaku kita menyerupai Tuhan. Dia adalah harapan semua orang, segala bangsa!
Doa: Tuhan, betapa rapuhnya hidup
kami. Mohon ampunMu. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment