Thursday, July 5, 2012

Renungan 5 Juli 2012

Hari Kamis, Pekan Biasa XIII
Amos 7:10-17
Mzm 19: 8.9.10.11
Mat 9:1-8
Kuasa besar diberikanNya kepada Manusia
Penginjil Matius masih mengisahkan Yesus yang menyeberangi danau Galilea. Mungkin kita bertanya mengapa Yesus tetap memilih Galilea sebagai tempat untuk mewartakan Kerajaan Allah? Ya, Danau Galilea panjangnya 21 km dan lebarnya 12km. Sejak dahulu, daerah ini ramai dikunjungi oleh orang-orang dan menjadi pusat perdagangan. Banyak orang dari Persia kalau melakukan Ziarah ke Yerusalem pasti singgah dan berbelanja di Galilea. Mereka yang bepergian ke Eropa melalui laut tengah juga akan singgah di Galilea untuk berbelanja. Danau ini menarik perhatian karena keindahannya dan juga berjenis-jenis ikan yang ada di dalam danau itu. Di sinilah para nelayan dipanggil Yesus menjadi murid-muridNya. Kota-kota yang terkenal adalah Kapernaum dan Betzaida.
Yesus menggunakan pesisir pantai danau Galilea sebagai tempat untuk mewartakan Kerajaan Allah. Ia menyembuhkan banyak orang sakit, yang kerasukan setan dan mengajar banyak hal dengan kuasa sehingga membuat banyak orang menjadi takjub. Matius dalam Bacaan Injil hari ini mengisahkan mujizat penyembuhan seorang lumpuh. Kisahnya adalah seperti ini: seorang lumpuh tanpa nama diantar oleh beberapa orang kepada Yesus. Melihat kedatangan si lumpuh, Yesus berkata kepadanya, “Percayalah, anakKu, dosamu sudah diampuni”. Awal kisah ini memang menarik perhatian kita. Banyak orang sudah mendengar Yesus maka mereka percaya bahwa Ia juga dapat membuat karya-karya besar termasuk menyembuhkan si lumpuh ini. Dengan demikian orang-orang yang percaya pada Yesus dan si lumpuh sendiri datang kepada Yesus dengan satu harapan yang sama yaitu agar si lumpuh dapat disembuhkan. Sikap Yesus adalah melihat kedalaman hati mereka, mengenal dan menyembuhkan si lumpuh.
Reaksi spontan datang dari para ahli Taurat. Mereka memang sudah mengenal dan memahami Kitab Suci. Pengenalan mereka adalah bahwa hanya Allah saja yang punya kuasa untuk mengampuni dosa. Di dalam Kitab Taurat tidak pernah tertulis bahwa manusia mengampuni dosa. Hanya Tuhan saja yang punya kuasa seperti itu. Maka wajar saja kalau mereka bereaksi terhadap Yesus dengan mengatakan bahwa Yesus menghujat Allah. Yesus mengetahui isi hati mereka dan menegur mereka kataNya, “Mengapa kalian memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Supaya kalian tahu bahwa Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”. Dengan tegas Yesus menyuruh si lumpuh, “Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahMu!” Si lumpuh sembuh, banyak orang takut dan memuliakan keagungann Allah dan mengakui, “KuasaNya yang besar telah diberikan kepada manusia”.
Ada hal-hal yang menarik perhatian kita. Para ahli Taurat sangat kaku dalam memahami Kitab Taurat. Seharusnya mereka sebagai leader melihat perbuatan baik yang dilakukan Yesus bagi si lumpuh. Namun yang terjadi adalah protes dan tidak percaya pada Yesus. Sering sikap ahli Taurat ini merasuki kehidupan kita. Ada sesama umat yang begitu legalistik sampai lupa bahwa yang harus dijunjung tinggi adalah cinta kasih dan keadilan. Orang lebih mementingkan hal-hal lahiria saja. Mereka yang bertentangan dengan para ahli Taurat adalah para pembawa si lumpuh dan si lumpuh sendiri. Mereka yang membawa si lumpuh begitu antusias dan percaya bahwa Yesus akan melakukan sesuatu yang agung. Mereka memiliki iman dan tahu diri akan masa lalu yang melumpuhkan iman mereka. Ya, mungkin saja orang ini lumpuh secara fisik, tetapi bisa jadi lumpuh rohani karena begitu banyak dosa yang ia miliki. Hanya dengan terbuka pada Yesus maka segala sesuatu dapat menjadi baru. Yesus juga bertentangan dengan para ahli Taurat. Yesus melihat jati diri dan kehidupan manusia. Maka dengan tegas Ia berkata bahwa Ia memiliki kuasa di atas bumi untuk mengampuni dosa dan menyembuhkan yang sakit. 
Pada akhir bacaan Injil dikatakan bahwa kuasa besar diberikan Tuhan kepada manusia. Ini menjadi jembatan untuk memahami bacaan pertama dari Kitab Amos. Dalam bacaan pertama ini terjadi pertentangan sengit antara Imam Betel bernama Amazia melawan Amos. Imam Amazia menyampaikan Raja Yerobeam II (792-753 SM) bahwa Amos telah mengadakan persepakatan untuk melawan raja. Apalagi nubuat Amos terang-terangan tidak menguntungkan raja, “Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel akan menjadi orang buangan” Amazia imam Betel itu mengusir Amos tetapi Amos berkata, “Saya hanya seorang peternak dan pencari buah ara hutan, tetapi Tuhan telah mengambil aku untuk bernubuat bagi Israel”. Perseturuan antara Amazia dan Amos memang mencerminkan juga kehidupan manusia modern. Ada saja konflik kepentingan yang sadar atau tidak sadar menjauhkan setiap pribadi dengan Tuhan dan sesama. 
Bacaan-bacaan suci pada hari ini mengajak kita untuk membenahi diri dari banyak hal. Pertama, mari kita menjauhkan konflik kepentingan. Kita semua adalah hamba-hamba yang melakukan apa yang sebenarnya harus kita lakukan. Jadi aspek pelayananlah yang harus kita tingkatkan. Kedua, Kerja sama untuk membawa sesama yang “lumpuh” secara rohani kepada Kristus. Orang-orang yang membawa si lumpuh tanpa nama ini percaya bahwa Yesus akan melakukan penyembuhan kepadanya. Tugas kita semua, membawa orang kepada Kristus bukan kepada diri kita. Ketiga, Syukur atas pengampunan. Apakah kita pernah menyadari bahawa Tuhan mengampuni kita? Pengampunan dosa adalah tanda kerahiman Allah bagi manusia maka syukurilah. Keempat, kuasa Allah diberikan oleh Allah kepada manusia. Secara terus menerus Tuhan memberikan kuasanya di dalam Gereja. Para Imam, Uskup dan Bapa Suci merupakan penerus kuasa Allah dalam aneka pelayanan sakramen di dalam Gereja. Apakah kita antusias menerima pelayanan sakramen dari para Hamba Tuhan ini?
Doa: Tuhan, tambahkanlah iman kami. Amen
PJSDB

No comments:

Post a Comment