Sunday, September 30, 2012

Homili Hari Minggu Biasa, Pekan XXVI/B

Bil 11:25-29
Mzm 19: 8.10.12-13.14
Yak 5:1-6
Mrk 9:38-43.45.47-48

Anda memihak atau mengumpat Yesus?

Pada Hari Minggu ini kita menutup bulan Kitab Suci Nasional. Dengan pertemuan dan pendalaman Kitab Suci selama sebulan terakhir ini kiranya membantu banyak umat untuk bertumbuh sebagai pribadi yang mendengar Sabda sekaligus melakukan Sabda di dalam hidup setiap hari. Kita juga mengingat St. Hironimus yang memiliki peran besar dalam menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Latin (Vulgata). Karena kecintaannya kepada Kitab Suci maka ia mengatakan “Ignorance of Scripture is Ignorance of Christ” atau ketidaktahuan terhadap Kitab Suci sama saja dengan ketidaktahuan terhadap Kristus. Kata-kata Hironimus ini kiranya tepat menjadi permenungan kita dalam konteks memahami Kitab Suci sebagai Sabda atau logos atau Yesus yang menjelma menjadi manusia dalam peristiwa Inkarnasi.

Selama beberapa tahun melayani di Paroki, saya mengamati perilaku umat dan kehidupan devosional. Kalau pendalaman iman pada masa adventus dan prapaskah, sharing Kitab Suci pada bulan September biasanya partisipasi umat sangat terbatas. Hal ini berbeda dengan berkumpul bersama untuk doa Rosario pada bulan Oktober. Persentasi kehadiran umat biasanya sangat tinggi. Satu hal yang kiranya menjadi kesulitan adalah belum ada kebiasaan untuk sharing pengalaman dan membuka diri kepada sesama. Mungkin saja orang malu bercerita tentang dirinya dalam sharing atau sharing pengalamannya itu ditanggapi atau didiskusikan, padahal sebenarnya sharing pengalaman pribadi itu tidak harus didiskusikan. Itu sebabnya orang menjadi malu atau malas untuk sharing pengalaman.Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang ada dan banyak ini, hendaknya ada komitmen pribadi yang jelas untuk bertumbuh bersama sebagai umat Allah.

Bacaan-bacaan liturgi pada hari Minggu Biasa XXVI tahun B ini berbicara tentang bagaimana kita membangun relasi yang positif dengan sesama. Dalam bacaan pertama dari Kitab Bilangan, dikisahkan bahwa Tuhan turun dalam awan dan berbicara dengan Musa. Tuhan mengambil sebagian dari Roh yang ada pada Musa dan ditaruhNya atas ketujuh puluh tua-tua Israel. Ketika Roh hinggap pada mereka, mereka semua mengalami kepenuhan Roh seperti nabi tetapi kemudian hilang. Eldad dan Medad adalah dua orang yang ada di dalam perkemahan dan namanya juga dicatat mengalami kepenuhan Roh. Berita ini di dengar oleh Musa dan muncul reaksi dari abdinya Yosua bin Nun yang meminta Musa untuk mencegah Eldad dan Medad. Tetapi Musa dengan bijaksana berkata, “Apakah engkau giat mendukung diriku? Ah, sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi, karena Tuhanlah yang memberikan RohNya kepada mereka.”

Pengalaman komunitas Musa menunjukkan betapa Tuhan memperhatikan umatNya. Roh kenabian dicurahkan kepada tujuh puluh tua-tua merupakan inisiatif Tuhan dan haknya Tuhan untuk memberikan roh kenabian bukan haknya Musa. Tugas Musa sebagai pemimpin komunitas adalah dirinya terbuka kepada Tuhan dan membiarkan anggota-anggotanya mengakses Roh dari Tuhan. Ia mendorong anggota-anggota komunitasnya untuk terbuka pada kehendak dan karya Allah. Hebatnya Musa terletak pada animasi dan motivasi supaya anggota-anggotanya (umat) terbuka pada Tuhan.

Pengalaman Musa juga mirip dengan pengalaman Yesus. Dikisahkan oleh Markus bahwa pada suatu kesempatan Yohanes berkata kepada Yesus, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi namaMu. Lalu kami mencegah orang itu karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata kepada Yohanes dan kawan-kawannya, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi namaKu dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita”

Kita melihat di sini bahwa Yohanes memiliki kemiripan dengan Yosua dalam bacaan pertama. Yesus memiliki kemiripan dengan Musa. Yohanes dan kawan-kawannya berpikir bahwa hanya orang-orang di sekitar Yesus atau yang mengaku terang-terangan dengan kehadirannya mengikuti Yesus boleh melakukan mukjizat dalam nama Yesus. Kalau tidak termasuk keanggotaan Yesus maka patut dicegah atau dihalang-halangi. Tetapi Yesus meminta mereka untuk tidak mencegah orang-orang di luar komunitasnya untuk membuat mukjizat dalam namaNya. Yesus punya satu alasan, apabila orang itu berada di luar komunitas tetapi hidupnya sesuai dengan kehendak dan ajaranNya maka tidak ada alasan apa pun untuk menghalangi mereka.

Kadang-kadang di dalam kehidupan kita setiap hari, ada saja kesempatan untuk menyombongkan diri secara rohani. Ada rasa puas yang membuat orang berpikir bahwa dirinya jauh lebih sempurna, lebih akrab dan bersahabat dengan Tuhan. Kadang-kadang orang sombong secara rohani dan mengakui dirinya mendapat karunia istimewa dari Tuhan sedangkan orang tidak memiliki karunia istimewa dari Tuhan bukanlah sahabat dekat Tuhan. Seorang yang mengikuti seminar hidup baru dalam Roh (shbdr), mengatakan bahwa dia bisa berbahasa roh setelah mengucapkan berkali-kali kata alleluia sedangkan yang lain  tidak bisa berbahasa roh seperti dirinya. Seorang yang lain lagi pernah mengatakan bahwa agama katolik lebih benar dari pada agama-agama lain padahal imannya juga masih lemah.

Sikap Yesus dan Musa ini memang patut menjadi pertimbangan kita untuk mematikan kesombongan rohani. Yesus sendiri mengatakan dalam Injil hari ini, “Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan ganjarannya.” Mereka yang berada di sekitar kita sebagai pengikut Kristus akan mendapat ganjaran karena mereka melakukan perbuatan kasih. Jadi meskipun dia bukan orang katolik atau pengikut Kristus tetapi melakukan perbuatan kasih, orang itu sedang melakukan ajaran Kristus sendiri. Tentu ini bukan hal yang baru. Dalam pelayanan-pelayanan publik, kita sebagai orang katolik dilayani oleh orang-orang bukan katolik dengan baik. Kadang-kadang pelayanan mereka jauh lebih manusiawi artinya lebih ramah dan menerima daripada orang yang mengakui diri katolik tetapi tidak murah hati, angkuh dan sombong.

Pertanyaan bagi kita adalah siapa yang memihak atau tidak memihak Yesus. Orang yang memihak Yesus adalah semua orang yang melakukan Sabda Yesus di dalam hidupnya. Jadi baik orang katolik atau bukan katolik yang melakukan semua ajaran Yesus: cinta kasih, damai sejahtera, pelayanan kepada kaum papa miskin, memperjuangkan keadilan dan promosi kehidupan yang layak adalah bagian dari Yesus. Orang yang tidak memihak Yesus adalah orang yang mengakui dirinya pengikut Kristus atau bukan pengikut Kristus yang hidupnya jauh dari Kristus sendiri: fanatik, menganggap orang lain tidak beriman, sombong rohani, tidak memihak orang kecil dan lain sebagainya.

Dalam sejarah gereja, berabad-abad orang memakai pernyataan St. Siprianus: “Di luar gereja tidak ada keselamatan”. Tetapi kalau kita membaca  Matius 25:40: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku” dan Konsili Vatikan II, kita akan mendapat gambaran yang jelas bahwa Yesus menyelamatkan semua orang. Artinya, meskipun orang tersebut bukan pengikut Kristus tetapi dalam kehidupannya setiap hari melakukan ajaran-ajaran Yesus, seperti perbuatan kasih maka ia juga dapat di selamatkan.

Yesus dalam Injil juga mengatakan tentang bagian-bagian tubuh yang dapat menjadi sandungan baik terhadap diri sendiri maupun sesama: tangan, kaki dan mata. Yesus mengatakan lebih baik masuk surga dengan anggota tubuh yang tidak lengkap dari pada masuk api neraka dengan bagian tubuh yang utuh. Panggilan kepada pertobatan didengungkan oleh Yesus kepada kita. Tangan itu biasanya dipakai untuk bekerja maka yang Yesus maksudkan adalah perbuatan-perbuatan kita. Pakailah tangan untuk berbuat baik, memberkati dan meneguhkan bukan untuk berbuat dosa. Kaki itu membantu kita untuk berjalan, menentukan arah hidup kita setiap hari. Pakailah kaki untuk kebaikan diri dan sesama. Jangan menggunakan kaki untuk berbuat dosa: menendang orang, pergi ke tempat tertentu untuk berbuat dosa. Mata adalah pelita tubuh. Mata merupakan penerjemah suasana bathin. Kalau bathin murni maka mata tidak akan menyesatkan. Pakailah mata untuk melihat yang benar.

Apa yang harus kita perbuat?

Ini adalah sebuah pertanyaan yang menarik bagi kita. Dengan prinsip bahwa kita bukanlah status quo keselamatan maka kita dipanggil untuk bersikap sosial kepada sesama manusia. Yakobus dalam bacaan kedua mengarahkan perhatian kita untuk menghormati setiap pribadi dan hak miliknya. Orang tamak akan merebut hak milik orang lain. Sikap positif yang hendak dibangun justru prinsip saling berbagi atau hidup sosial dengan sesama. Kita belajar dari Yesus sendiri yang berbagi dengan kita dalam Ekaristi yang kita rayakan: Ia, dalam rupa roti rela dipecah-pecah, dan dibagi-bagi demi keselamatan semua orang.

Sabda Tuhan pada hari ini mengundang kita semua untuk memiliki kepekaan sosial seperti Yesus sang pelayan sejati. Kita mau menerima semua orang apa-adanya, melayani mereka tanpa memandang apakah mereka ada di pihak kita atau pihak Yesus. Semua orang adalah saudara dan saudari dari satu Allah yang sama dan Yesus Kristus adalah penebus kita.

Doa: Tuhan, terima kasih atas semua anugerahMu bagi kami hari ini. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment