Friday, September 14, 2012

Renungan 14 September 2012

Pesta Salib Suci
Bil 21:4-9
Mzm 78:1-2.34-35-36-37.38
Flp 2:6-11
Yoh 3:13-17

In Cruce Salus!

Setiap tanggal 14 September, secara liturgis kita merayakan pesta Salib Suci. Konon pada abad ke V kayu Salib Suci diperlihatkan kepada umat di Yerusalem. St. Ambrosius memberi kesaksian bahwa kayu salib Yesus ditemukan kembali ratu Helena, ibunda Kaisar Konstantinus. Salib itu konon dibagi-bagi menjadi potongan-potongan kecil untuk di simpan di dalam batu altar gedung-gedung gereja di seluruh dunia sebagai relikui. Gereja-Gereja Timur lebih dahulu mempopulerkan pesta ini. Pada abad ke VII perayaan ini masuk juga dalam liturgi Gereja Katolik.

Pada suatu Hari Minggu setelah merayakan Ekaristi, datanglah pasutri membawa anak mereka untuk diberkati. Seperti biasa pastor mendoakan kemudian membuat tanda salib di dahi anak tersebut. Anak itu bergembira dan sambil meloncat kegirangan ia bertanya kepada mamanya, “Mami tadi romo mencoret dahi saya untuk apa?” “Oh romo membuat tanda salib” jawab ibunya. “Ah aku butuh berkat bukan tanda Salib. Untuk apa tanda Salib ma?” tanya anak itu. Saya mendengar ibunya menjawab, “Supaya kamu bisa masuk surga”. Sebuah dialog sederhana tetapi memiliki makna mendalam. 

Seorang anak yang lain bertanya kepada bapanya saat Injil dibacakan, “Papi, kenapa tanda salib di buat tiga kali, tapi ukurannya kecil-kecil di dahi, di bibir dan di dada? Kenapa tidak membuat tanda salibnya besar seperti biasa.” Pertanyaan anak kecil ini menarik perhatian kita. Pada saat sebelum Injil dibacakan umat membuat tanda salib khusus. Tanda Salib di dahi: Tanda ini mau mengajak kita untuk mengerti bahwa kita butuh Roh Kudus untuk membuka pikiran kita supaya percaya kepada Tuhan Yesus. Tanda Salib di mulut: Tanda ini berarti melalui mulut, kita berani mewartakan Yesus dan InjilNya. Kita membuat Tanda Salib di dada: kita dapat menyimpan Sabda Tuhan di dalam hati kita. Dengan Salib kita menjadi kudus, dan memperoleh penebusan yang berlimpah. Salib mulia bergemilang dan menjadi saluran keselamatan bagi dunia. Salib menang, salib meraja, salib mengusir segala kejahatan di dunia.

Pada Salib bergantung Yesus Penebus kita. Penulis kepada Umat Ibrani mengingatkan kita bahwa Yesus oleh derita kematianNya telah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat Berkat rahmat Allah Ia mengalami maut bagi semua orang. Yesus memimpin semua orang kepada keselamatan, disempurnakan oleh Allah karena penderitaan (Ibr 2:9-10). St. Andreas dari Kreta mengatakan kita merayakan Pesta Salib Suci dan dengan Sang Tersalib kita dibangkitkan, meninggalkan bumi dari dosa-dosa hingga kita memiliki yang ada di atas. St. Yohanes Maria Vianney mengatakan bahwa para kudus mencintai salib dan menemukan dalam salib kekuatan dan penghiburan.

Kata-kata St. Yohanes Maria Vianney ini membantu kita untuk memahami misteri salib Kristus. Di dalam bacaan injil hari ini, kita diajak untuk memandang Yesus tersalib. Salib adalah saat Yesus "ditinggikan". Dia telah datang dari surga, turun ke bumi dan Ia ditinggikan supaya setiap orang yang memandangNya memperoleh hidup kekal. Memandang Kristus tersalib berarti mencintai dan mengimaniNya sehingga dapat memperoleh hidup kekal. Kepada Nikodemus, Yesus berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal”.

Bagi Yesus, Salib adalah pengalaman “ditinggikan” dan setiap orang yang memandangNya dapat mengagumi, mencintai dan mengimaniNya. Keselamatan kekal juga dialami oleh setiap pribadi. Orang berdosa sekali pun diselamatkan Pengalaman ini mirip dengan pengalaman orang Israel di padang gurun. Mereka juga jatuh ke dalam dosa dengan bersungut-sungut kepada Tuhan. Banyak di antaranya yang dipagut ular meninggal dunia. Tetapi Tuhan menyelamatkan mereka melalui Musa yang meninggikan patung ular tembaga. Setiap orang yang memandang patung ular itu selamat dari racun ular berbisa (Bil 21:4-9).

Paulus memahami misteri Salib Kristus dengan kenosis atau pengosongan diri Yesus. Paulus menulis kepada umat di Filipi, “Saudara-saudara, Yesus Kristus walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Ia merendahkan diriNya dan taat sampai wafat bahkan sampai wafat di kayu salib. Itu sebabnya Allah sangat meninggikan Dia”. Sekali lagi salib merupakan pengalaman Allah meninggikan Yesus sang Putera. Dengan meninggikanNya, semua makhluk bertekuklutut dan mengakui Yesus sebagai Tuhan.

Kalau orang Yunani dan Yahudi mengatakan bahwa salib adalah tanda kehinanaan dan kebodohan. Ternyata bagi orang-orang percaya, Salib adalah kayu yang mulia, yang dihiasi oleh darah sang Raja. Salib adalah altar di mana Yesus sang Anak Domba  Paskah mempersembahkan diriNya. Ia ditinggikan dan diagungkan karena Ia menyelamatkan umat manusia. Yesus memikul salib maka manusia memperoleh keselamatan. Dalam hidup kita, salib adalah pengalaman keseharian orang-orang percaya, penderitaan dan pengurbanan diri supaya sesama memperoleh sukacita dan kebahagiaan. Salib bagi orang tua adalah bekerja tanpa henti, tekun untuk kesuksesan anak-anaknya. Salib bagi anak-anak adalah tekun belajar sehingga dapat membahagiakan orang tuanya. Singkatnya salib adalah mengorbankan diri supaya sesama menjadi bahagia. 

Doa: Tuhan Yesus Kristus semoga dengan Salib SuciMu, Engkau menebus dosa-dosa kami. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment