Wednesday, September 5, 2012

Renungan 5 September 2012

Hari Rabu, Pekan Biasa XXII
1Kor 3:1-9
Mzm 33:12-15.20-21
Luk 4:38-44

Tugas mewartakan Injil Itu Mulia!

Seorang Romo yang melayani di sebuah paroki menceritakan pengalaman kegembalaannya. Ia bercerita,“Belakangan ini saya mulai resah karena umat di paroki kelihatan dari luar bersatu sebagai satu kawanan tetapi di dalamnya mereka seakan terkotak-kotak. Ada yang lebih menyukai romo A dan tidak suka Romo B atau sebaliknya. Umat seakan mau mengadu kekuatan, dan mengharapkan pihak fans Romo mana yang menang. Ada juga umat yang justru lebih mengagumi Romo di paroki lain. Itu sebabnya setiap hari Minggu mereka tidak pernah ke gereja paroki, mereka juga tidak aktif dalam hidup menggereja. Kita menunggu kalau ada kematian kira-kira Romo mana yang diundang dan umat mana yang mau aktif membantu mereka. Ada juga Romo yang ketika pindah dari paroki, umat kesayangan Romo itu tidak muncul lagi di gereja. Selalu ada alasan, 'Romo saya sudah pindah dan saya tidak mau lagi ke gereja ini karena Romonya sekarang tidak enak.”

Sambil mengingat curhatnya romo ini, saya teringat akan pengalaman Paulus di Korintus. Dia juga mengalami keresahan karena umat di Korintus kelihatan sedang mengalami pengkotakan. Itu sebabnya Paulus mengingatkan mereka, “Saudara-saudara, dahulu aku tidak dapat berbicara dengan kalian sebagai manusia rohani tetapi hanya kepada manusia duniawi yang belum dewasa di dalam Kristus” (1Kor 3:1). Paulus mengenal mereka sehingga berani mengingatkan mereka sekali lagi. Mengapa orang-orang Korintus masih sebagai manusia duniawi? Karena mereka masih hidup dalam suasana iri hati, dan perselisihan. Mengapa mereka iri hati satu sama lain? Karena ternyata orang-orang Korintus juga memiliki pengagum: ada yang mengagumi Paulus, ada juga yang mengagumi Apolos. Untuk mendamaikan kedua kubuh ini, Paulus mengingatkan mereka untuk menjadi manusia rohani bukan manusia duniawi. Paulus juga berkata, “Aku yang menanam, Apolos yang menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Jadi baik yang menanam dan yang menyiram adalah sama, dan masing-masing akan menerima upah sesuai pekerjaannya. Karena kami hanyalah rekan kerja Allah dan kalian adalah ladang dan bangunannya” (1Kor 3:6-9).

Situasi di dalam gereja kiranya mirip dengan curhat romo dan pengalaman Paulus di Korintus. Ada kotak-kotak tertentu yang kadang sifatnya justru memecah belah umat. Orang lebih cenderung melihat perbedaan dari pada unsur-unsur yang dapat mempersatukan setiap pribadi. Kalau orang sungguh-sungguh menyadari panggilannya maka ia akan berprinsip seperti Paulus: “Kami hanyalah rekan kerja Allah dan kalian adalah ladang dan bangunannya”. Prinsip ini kiranya sejalan dengan relasi hamba dan tuan: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna. Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk 17:10). Para murid Kristus dengan kuasa pembaptisan menjadi mitra Yesus untuk mewujudkan visi dan misi Yesus yakni mewartakan Injil dan melayani kaum miskin.

Penginjil Lukas melanjutkan kisah Yesus. Tuhan Yesus meneruskan perjalanan, melewati lorong-lorong kehidupan manusia. Ia menjamah dan menyembuhkan banyak orang. Kali ini Dia meninggalkan Sinagoga menuju ke rumah Petrus. Pada saat itu Ibu mertua Petrus sedang sakit demam dan Yesus diminta untuk menolongnya. Yesus pun berdiri di samping wanita itu dan menghardik demamnya. Hardikan Yesus jitu karena membuat penyakit itu meninggalkan wanita itu. Kita lalu mengingat kejadian sebelumnya, Ia berjumpa dengan orang yang kerasukan roh jahat. Yesus menghardik roh jahat itu dan roh jahat pun meninggalkan orang yang dirasukinya (Luk 4:35). Kali ini Yesus menghardik penyakit demam dan penyakit itu pun meninggalkan orang yang sakit. Yesus “menghardik” menunjukkan bahwa Dia lebih berkuasa dari segala kuasa termasuk roh jahat dan penyakit. Penginjil Lukas memberi kesaksian bahwa roh jahat dan penyakit demam keluar, membuat orang sakit menjadi bebas. Yesus juga menyembuhkan banyak orang dengan meletakkan tanganNya (artinya memberkati) mereka. Berkat Yesus itu memiliki daya menyembuhkan dan membebaskan. Setan-setan yang merasuki manusia takluk sambil mengakui Yesus sebagai anak Allah. Demikian Yesus berkeliling sambil mewartakan Injil dan menyembuhkan banyak orang.

Dari kisah ini ada dua hal penting yang hingga saat ini menjadi opsi penting di dalam gereja. Pertama, Mewartakan Sabda. Pada bagian akhir dari Injil hari ini Yesus berkata, “Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil Allah sebab untuk itulah Aku di utus.” (Luk 4:43). Kita lalu mengingat kembali kutipan Yesus dari Kitab nabi Yesaya, “Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin”(Yes 61:1; Luk 4:18). Kedua, Perhatian kepada orang-orang miskin. Yesus menyadari bahwa Ia diutus untuk mewartakan Injil kepada orang-orang miskin (Luk 4:18). Orang-orang miskin di sini termasuk mereka yang sakit, yang kerasukan roh jahat dan kelaparan. Yesus menujukkan teladan dengan menjalani perutusan istimewa ini dan tentu diharapkan setiap pengikutNya melakukannya juga di dalam hidup setiap hari.

Sabda Tuhan pada hari ini meneguhkan kita semua. Yesus senantiasa berjalan di dalam lorong-lorong kehidupan kita. Ia peduli dan memperhatikan semua duka, kecemasan dan sakit penyakit. Hanya Dia yang sanggup menghardik dan mengangkat sakit penyakit dan kuasa setan di dalam diri kita. Di samping itu kita pun di sadarkan bahwa dengan kuasa pembaptisan kita semua dipanggil untuk menjadi mitra kerja Yesus. Sebagaimana Paulus, kita patut mengenal tugas dan tanggung jawab sebagai orang yang dibaptis yakni kita menjadi mitra atau kawan kerja Allah untuk menyelamatkan saudara-saudara kita. Apakah anda menyadari tugas panggilan ini?

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau menghendaki kami menjadi mitraMu. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment