Mana yang "najis" dan "tidak najis" bagi anak-anak?
Perikop Injil hari Minggu ini tentang perintah
Allah dan adat istiadat Yahudi.Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terlalu mementingkan adat
istiadat Yahudi dan lupa prinsip-prinsip dasar tentang martabat manusia, cinta
kasih dan keadilan. Lebih lagi ada pola pikir mereka yang mengatakan bahwa perilaku manusia itu sungguh-sungguh berubah karena pengaruh lingkungan semata-mata. Semua hal yang
terjadi di sekitar zona kehidupan seorang pribadi akan membuatnya jatuh dalam
dosa. Makanan yang dimakan saja akan menajiskan orang kalau alat makan tidak di cuci, tangan untuk mengambil makanan juga tidak dicuci. Terhadap pengalaman ini, Yesus berusaha meluruskan pikiran mereka dengan berkata, “Segala sesuatu dari luar yang masuk ke
dalamm seseorang tidak dapat menajiskannya. Semua makanan halal. Apa yang keluar dari seseorang itulah yang
menajiskannya sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran yang jahat,
percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan,
kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Ini semua
muncuk dari dalam dan menajiskan” (Mrk 7:19-23).
Ya, tentu di sini Yesus berbicara
tentang halal tidaknya makanan di satu pihak dan dosa-dosa yang keluar dari
dalam hati manusia di lain pihak. Nah, sadar atau tidak sadar para orang tua kadang-kadang merencanakan
kejahatan-kejahatan tertentu di depan anak-anaknya. Misalnya seorang ibu karena
saking kesal dengan suami berencana untuk membunuh suaminya. Dia mengutarakan
di depan anaknya sendiri bahwa pada sangat benci sama suaminya dan suatu saat akan menusuknya dengan pisau sampai tewas. Atau seorang bapa yang menunjukkan iri hati dan cemburunya
kepada isterinya di depan anak-anak sampai memukulnya berkali-kali. Anak-anak, apalagi mereka yang masih usia
dini akan save semua pengalaman ini dan di masa depan akan mengulangi
pengalaman masa kecil ini. Jangan heran kalau anak-anak usia dini pun sudah bisa
melakukan kejahatan orang dewasa seperti pembunuhan, pemerkosaan karena pengalaman yang
mereka rasakan di rumah atau dengan peer groupnya.
Anda mau punya generasi yang baik? Mau
punya manusia muda yang memiliki jiwa manusia? Rumah haruslah menjadi taman eden bagi pertumbuhan
mereka, bukan taman edan bagi kehancuran mereka. Mari kita menjaga dan melindungi
generasi manusia baru dengan pendidikan nilai yang baik. Hai para orang tua, kamu pasti bisa memberi yang terbaik bagi anak bukan yang terburuk bagi anak. Dari situ tidak akan ada lagi najis-najis dalam ensiklopedi manusia muda.
PJSDB
No comments:
Post a Comment