Why 20:1-4.11; 21:1-2
Mzm 84:3-6a.8a
Luc 21:29-33
Ingin Melihat Yerusalem Baru
Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu Victor Hutabarat mempopulerkan sebuah lagu dari Kidung Jemaat berjudul “O Yerusalem”. Sebagian liriknya bagus untuk direnungkan: “O Yerusalem kota mulia, hatiku rindu ke sana... Tak lama lagi Tuhanku datanglah, bawa saya masuk sana.” Saya teringat akan kota suci ini di mana saya sendiri pernah tinggal untuk belajar selama 4 tahun dari tahun 1997-2001. Secara geografis kota ini terletak di atas bukit dengan ketinggian sekitar 750m di atas permukaan Laut Tengah. Batu putih menjadi warna khas yang membuat "kota damai" ini menjadi putih dan indah. Mungkin juga warna putih menunjukkan “panggilan” bagi para penganut agama monotheis untuk selalu memiliki mata yang tertuju pada kekudusan yang menyerupai Tuhan Allah.
Hari ini, Yohanes dalam Kitab Wahyu membantu kita untuk memandang “Kota Damai” ini. Yohanes memiliki satu visi bahwa pada saat kemenangan akan tiba, seorang malaikat akan turun dari surga dan dengan kuasanya akan membebaskan bumi ini dari kuasa kejahatan selama seribu tahun. Iblis sebagai simbol kejahatan akan dikalahkan. Yohanes juga melihat banyak takhta yang diduduki oleh mereka yang memiliki kuasa untuk mengadili. Roh-roh mereka yang telah dipenggal kepalanya yaitu mereka yang setia kepada Yesus juga dilihat oleh Yohanes. Mereka hidup kembali dan berkuasa bersama dengan Mesias selama seribu tahun.
Istilah seribu tahun membawa kita kepada pemikiran tentang milenialisme atau khiliasme. Paham ini pernah berkembang dan mengatakan bahwa Kristus akan mendirikan Kerajaan di bumi ini 1000 tahun sebelum hari kiamat (Wahyu 20:6). Pada waktu itu segala janji di dalam Perjanjian Lama akan digenapi secara harafiah: kota Yerusalem, takhta Daud, dan Bait Allah akan didirikan lagi, korban-korban akan dibawa lagi. Banyak orang Yahudi akan bertobat dan mengalami zaman kemakmuran di bawah pemerintahan raja Kristus, Anak Daud di Yerusalem. Para penganut paham premilenialisme menfasirkan perikop Wahyu 20:1-6 sebagai gambaran bagi pemerintahan Kristus di bumi selama 1000 tahun, yang akan terjadi segera sesudah kedatanganNya yang kedua kali (Wahyu 19:11-16).
Namun demikian, Wahyu 20:1-6 ini sebenarnya lebih banyak berbicara tentang keadaan nyata Gereja secara historis. Seribu tahun melambangkan kurun waktu di mana Gereja dibebaskan dari penindasan Yahudi dan Romawi dan dengan kemerdekaan itu Gereja menyebar kemana-mana untuk mewartakan Khabar Sukacita. Gereja bertumbuh dan berkembang hingga saat ini menandai melemahnya kuasa iblis atau setan. Iblis dibelenggu. Kemerdekaan Anak-Anak Allah di dalam Yesus Kristus memampukan setiap pribadi untuk memperjuangkan martabat dan hak-hak asasi manusia, hukum kasih ditegakkan dan semua orang menjadi saudara dan saudari yang menghuni bumi.
Perubahan pandangan terhadap manusia itu mirip dengan apa yang dikatakan Yohanes , “Surga dan bumi akan lenyap” (Why 20:11). Pada akhir dunia, akan ada pengadilan terakhir. Kita selalu mengakukan dalam doa Credo: “Yesus akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati”. Yesus sendirilah yang akan membaharui segala sesuatu ketika Dia datang untuk mengadili kita. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berkata, “Langit dan bumi akan lenyap tetapi PerkataanKu tidak akan berlalu”. (Luk 21:33).
Apakah dengan lenyapnya langit dan bumi berarti berakhir segalanya? Ternyata Tuhan memiliki rencana yang lain. Ia memberikan langit dan bumi yang baru. Tuhan juga memberikan Yerusalem yang baru, sebuah kota suci dari surga, dari Allah, dihiasi seperti seorang mempelai perempuan yang disiapkan untuk suaminya.
Langit dan bumi yang baru! Tubuh Kristus yang bangkit dengan mulia membaharui segala sesuatu. Dunia baru menjadi tempat hunian yang nyaman bagi Anak-Anak Allah. Penebusan dari Tuhan sungguh berlimpah bagi semua orang. Cita-cita semua orang adalah mengarah kepada Yerusalem baru, kota damai, di mana semua orang merasakan kedamaian abadi. O Yerusalem, kota mulia..hatiku rindu ke sana!
Doa: Tuhan, selamatkanlah aku. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment