Keb 7:7-11
Mzm 90: 12-13.14-15.16-17
Ibr 4:12-13
Mrk
10:17-30
Ikutlah Aku!
Ada seorang bapa yang bercerita
kepadaku pengalaman masa lalunya. Ketika ia masih muda di dalam pikirannya
hanya ada satu keinginan yakni mau menjadi orang kaya. Baginya menjadi orang
kaya adalah segalanya. Dunia seakan menjadi miliknya. Apa yang ia lakukan untuk
mewujudkan cita-citanya ini? Ia bekerja keras namun hasilnya biasa-biasa saja. Oleh
karena itu ia pergi ke tempat-tempat tertentu di gunung, di gua, di hutan untuk
mencari jalan bagaimana menjadi kaya raya. Setelah cukup lama hidup dalam
kenikmatan duniawi, pada suatu kesempatan ia membaca sebuah majalah yang
bercerita tentang Tuhan Yesus. Ia sangat tertarik pada kisah Yesus ini dan
berniat untuk mengenalNya lebih dalam lagi. Ia belajar agama dan dibaptis
menjadi katolik. Sejak saat itu ia berubah dan berusaha untuk bermurah hati
kepada semua orang. Ia melayani Tuhan karena ia merasa hanya di dalam Tuhan
Yesus ia mengalami ketenangan.
Sebuah kisah sederhana dan
menarik perhatian kita. Kadang-kadang orang mencari harta duniawi sebanyak
mungkin, terikat padanya dan lupa Tuhan sebagai sumber segalanya. Orang
berpikir bahwa kekayaan adalah segalanya. Bacaan-bacaan suci dalam perayaan
Ekaristi Hari Minggu Biasa ke XXVIII tahun B ini membantu kita untuk mencari dan
menemukan Tuhan sebagai harta yang paling berharga dan mengikutiNya.
Dalam bacaan pertama, penulis
Kitab kebijaksanaan menekankan bahwa kebijaksanaan adalah nilai yang paling
berharga yang melebihi semua kekayaan di dunia ini. Kekayaan akan lenyap,
dimakan ngengat tetapi kebijaksanaan tidak akan lenyap karena itu adalah
anugerah istimewa dari Tuhan. Bagaimana memperoleh kebijaksanaan? Jawabannya
sederhana: dengan berdoa tanpa henti. Dalam doa orang memperoleh Kebijaksanaan.
Oleh karena itu hal-hal lain yang menggiurkan tidak memiliki makna apa-apa.
Misalnya tongkat Kerajaan, takhta, permata, kesehatan dan keelokan rupa.
Semuanya ini fana. Lalu apa yang paling bernilai dari semua yang menyenangkan
ini? Jawabannya tetap kebjikasanaan. Dibandingkan dengan roh kebijaksanaan,
kekayaan tidak memiliki apa-apa karena akan hancur. Sekali lagi kebijaksanaan
Tuhan di peroleh melalui doa.
Dalam bacaan Injil, penginjil
Markus bercerita tentang seorang yang datang dengan berlari-lari kepada Yesus
dan sambil berlutut ia bertanya tentang
hidup kekal kepada Yesus. “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?” Yesus tidak menjawab secara langsung syaratnya
tetapi Ia justru bertanya kepadanya tentang usaha menghayati 10 perintah Allah.
Ia dengan jujur mengatakan semua kebaikan yang sudah dilakukan kepada sesama.
Setelah menjelaskan semuanya ini, Yesus memandang orang ini dengan penuh kasih
dan berkata kepadanya,”Hanya ada satu yang kurang yaitu pergilah, juallah apa
yang kaumiliki, dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin maka engkau akan beroleh harta di surga. Kemudian datanglah
kemari dan ikutlah Aku” Orang itu pergi dengan kecewa karena memiliki banyak
harta.
Orang ini datang kepada Yesus
dengan berlari dan berlutut sambil memohon kepada Yesus. Dia melakukan
perintah-perintah Tuhan dengan sempurna. Namun kekurangannya adalah masih
melekat pada harta kekayaannya. Ia masih berpikir sudah cukup menghayati perintah-perintah
Tuhan, berdoa dan merindukan Yesus. Yesus mengatakan hal itu belum cukup. Kalau
serius mengikutiNya maka orang harus memiliki sikap lepas bebas. Artinya, orang
harus berani melepaskan diri dari harta duniawi yang mengikat hatinya. Kalau mau
mengikuti Yesus, orang harus menjual segala milikinya, hasil penjualan
diberikan kepada orang miskin setelah itu pergi dan mengikuti Yesus.
Sikap orang yang datang berlari
dan berlutut di hadapan Yesus, ternyata kemudian meninggalkan Yesus dengan
penyesalan karena banyak hartanya. Ia sulit untuk berbagi dengan sesama. Hal ini menjadi peluang bagi Yesus untuk
menjelaskan makna mengikutiNya dari dekat. Ia berkata, “Alangkah sukarnya orang
yang beruang masuk kedalam Kerajaan Allah. Alangkah sukarnya masuk ke dalam
Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang
kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Para murid sempat mempertanyakan tentang
siapa yang layak di hadirat Allah sehingga bisa masuk surga. Tetapi Yesus
berkomentar, “Bagi manusia, hal itu tidak mungkin, tetap bukan demikian bagi
Allah. Sebab bagi Allah segala sesuatu adalah mungkin”.
Kadang-kadang dalam hidup sebagai
pengikut Kristus kita cepat puas dengan hal-hal lahiria. Kita rajin ke gereja,
melakukan praktek kesalehan, mentaati sepuluh perintah Allah dan lima perintah
Gereja. Semua ini belum menjadi jaminan bahwa kita akan masuk ke Surga. Hal
terpenting dalam mengikutiNya adalah usaha untuk menjadi serupa dengan Yesus
dari hari ke hari. Serupa dalam hal apa dengan Yesus? Serupa dalam hal keberanian
untuk melepaskan diri dari segala sesuatu yang dapat menghalangi relasi kita
denganNya. Misalnya melepaskan diri dari harta yang kita miliki, orang-orang
yang kita kasih dan memiliki perhatian terhadap kaum papa dan miskin. Jadi kita
tidak hanya melepaskan diri dari harta supaya bersatu dengan Kristus, tetapi
kita juga berusaha untuk bersatu dengan sesama.
Kalau demikian apa yang harus
kita lakukan?
Penulis kepada umat Ibrani
memberi kepada kita jalan untuk menjadi serupa dengan Yesus dan mengikutiNya.
Kita diajak untuk kembali kepada Tuhan dan FirmanNya. Firman Tuhan itu hidup
dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua. Firman Allah dapat
membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Di hadapan Tuhan, manusia itu
transparan. Orang tidak dapat bersembunyi di hadapan Tuhan tetap berusaha untuk
mempertanggungjawabkan hidupnya. Jika orang menutup dirinya dari Firman Tuhan
maka hukuman mati akan menimpa dirinya. Orang akan selamat kalau terbuka pada Firman
Tuhan. Firman adalah Yesus sendiri yang menjelma menjadi manusia.
Sabda Tuhan hari ini mengajak
kita untuk memandang, mengaggumi dan mengikuti Yesus. Dia adalah Putera Allah
yang menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Meskipun Allah namun Ia rela
menjadi manusia yang miskin. Ia rela melepaskan diri dari harta kekayaan
padahal Dia adalah Allah yang memiliki segalanya. Kalau Allah saja memilih
menjadi miskin dalam diri Yesus Kristus, mengapa manusia menjadi gila harta?
Kita semua juga diajak untuk
mencari kebijaksanaan yang tidak lain adalah Tuhan sendiri. Kebijaksanaan itu
dapat diperoleh sebagai buah dari doa-doa pujian dan syukur tanpa hentinya
kepada Tuhan. Apakah anda pernah bersyukur kepada Tuhan atas hidupmu seadanya?
Doa: Tuhan, SabdaMu adalah pedang
bermata dua. Semoga SabdaMu menghidupkan kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment