Sunday, January 27, 2013

Homili Hari Minggu Biasa III/C

Hari Minggu Biasa III/C
Neh 8:3-5a.6-7.9-11
Mzm 19:8.9.10.15
1Kor 12:12-30
Luk 1:1-4.4:14-21


Mendengar Sabda itu Penting dan Harus!

A. de Mello, SJ dalam Bukunya "Burung Berkicau" menceritakan dialog seorang terpelajar dengan Budha. Ia berkata kepada Budha, "Hal-hal yang Tuan ajarkan tidak terdapat dalam Kitab Suci" Budha menjawab, "Kalau begitu masukanlah di dalam Kitab Suci". Orang itu malu sejenak lalu berkata lagi: "Bolehkah saya memberanikan diri mengemukakan bahwa dari hal-hal yang Tuan ajarkan ada yang jelas-jelas bertentangan dengan Kitab Suci?" Budha menjawabnya, "Kalau begitu ubahlah Kitab Suci."

Konon ada usul yang diajukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa agar semua Kitab Suci dari semua agama di seluruh dunia ditinjau kembali. Semua ayat yang mengarah kepada intoleransi, kekejaman dan fanatisme harus dihapus. Segala sesuatu yang mengurangi martabat manusia dan kesejahteraannya harus dihilangkan. Ketika diketahui, bahwa usul itu diajukan oleh Yesus Kristus sendiri, para wartawan bergegas menyerbu tempat kediamanNya untuk minta penjelasanNya lebih lanjut. PenjelasanNya sederhana dan singkat: "Kitab Suci, seperti hari Sabat, adalah untuk manusia. Bukan manusia untuk Kitab Suci"

Bacaan-bacaan Kitab Suci Hari Minggu ini mengarahkan kita untuk memahami makna mendengar Sabda. Kita tidak mengubah Kitab Suci tetapi mendengar Tuhan di dalam Kitab Suci. Memang Yakobus dalam suratnya menulis: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak 1:22), tetapi mendengar Sabda tetaplah menjadi satu faktor yang penting untuk bersatu dengan Tuhan. Dengan mendengar Sabda setiap pribadi menjadi satu kesatuan untuk mengimani Yesus. Dengan mendengar Yesus maka semua mata akan selalu mengarah kepadaNya. Mengarahkan mata kepada Tuhan Yesus dan mencintaiNya selama-selamanya. 

Dalam Bacaan Pertama, Nehemia menggambarkan tentang peribadatan yang dilakukan Bangsa Israel setelah tiba di Yerusalem. Sebagaimana diketahui bahwa Nehemia dan Ezra bertugas untuk menata seluruh kehidupan Bangsa Israel ketika tiba di Yerusalem. Mereka harus menata kehidupan beriman dan membangun Bait Allah yang nantinya mempersatukan semua orang yang beribadah kepada Yahwe. Dikisahkan bahwa pada hari pertama, bulan ketujuh, Imam Ezra membawa Kitab Taurat ke hadapan umat pria dan wanita yang masih sanggup mendengar dan mengerti. Selama setengah hari Imam Ezra membacakannya di depan Gerbang Air dan banyak orang yang mendengar dan mengerti. Ia berdiri di tempat yang tinggi, semua orang memandang kepada Ezra dan mendengar pembacaannya. Ia juga memuji Tuhan dan semua orang yang hadir sambil mengangkat tangan menyahut “Amen! Amen!” Semua orang pun berlutut dan menyembah Tuhan. Bacaan-bacaan yang didengar juga dijelaskan dan semua orang mendengar dan memahaminya dengan baik.

Ini adalah sebuah peribadatan yang dilakukan umat dari Bangsa terpilih. Boleh dikatakan bahwa mereka sedang ber-Lectio Divina. Kita melihat tahapan-tahapan sederhana yang mereka lewati bersama: Ada Alkitab di tangan Imam Ezra. Ia membacakan dan menjelaskan isi Kitab, semua orang mendengar dengan baik. Setelah mendengar Sabda, nama Tuhan dipuji, penyembahan dan pertobatan. Hal yang paling penting di sini adalah kemampuan umat untuk mau mendengar Tuhan melalui SabdaNya dan perasaan terharu ketika mendengar bacaan suci.

Para pemimpin jemaat seperti Nehemia (kepala daerah), Imam Ezra dan orang Lewi yang mengajar jemaat berkata kepada umat yang hadir, “Hari ini adalah kudus bagi Tuhan Allahmu. Jangan kamu berduka cita dan menangis!” Suka cita menjadi sempurna ketika mereka juga diminta untuk saling berbagi. Kita ingat dalam perayaan Ekaristi. Setelah mendengar Sabda, ada perjamuan bersama. Setelah perjamuan, setiap orang yang hadir diutus untuk membawa Tuhan dan segala kebajikanNya kepada sesama. Bacaan pertama ini sangat inspiratif. Di dalam ibadat atau Lectio Divina ini Sabda Tuhan mendapat perhatian istimewa. Sabda Tuhan harus diwartakan tetapi dalam pewartaannya itu perlu dijelaskan dengan baik supaya Sabda itu dimengerti. Sabda yang dimengerti itu juga dapat dicerna dan ditanggapi umat. Setelah itu baru diutus untuk berbagi Sabda. Ezra adalah pralambang Kristus yang akan menyempurnakan hukum. Dia juga akan berbicara secara langsung dan semua mata mengarah hanya kepadaNya. 

St. Paulus dalam Bacaan Kedua mengkonkretkan perutusan dalam Bacaan Pertama sebagai kesempatan untuk berbagi buah-buah Sabda Tuhan yang tekah didengar. Ia menggunakan gambaran tubuh menurut jalan pikiran zamannya untuk menekankan pentingnya solidaritas semua umat (Gereja). Tentang hal ini Paulus berkata, “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan masing-masing adalah anggotanya”. Bagi Paulus, Tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak. Meskipun anggota-anggotanya banyak tetapi tetap membentuk satu tubuh. Kristus juga demikian menurut Paulus. Semua orang dari berbagai suku dan bangsa yang berbeda, orang Yahudi, Yunani, budak dan orang merdeka telah dibaptis  dalam satu Roh menjadi satu tubuh dan juga diberi minum dari satu Roh. Aspek persekutuan sebagai umat Allah mendapat penekanan istimewa. Wujud konkret dari pewartaan Paulus dalam Bacaan kedua ini adalah setiap orang yang dibaptis mengembangkan talenta yang diterima dari Tuhan untuk membangun jemaat sebagai Tubuh Kristus.

Di dalam bacaan Injil, Lukas memulai dengan sebuah katekese historis tentang Yesus dengan tujuan supaya kita percaya kepada Yesus. dan sesudah Yesus dicobai iblis di padang gurun, dalam kuasa Roh, Yesus kembali ke Galilea. Ia mengajar dan menyembuhkan banyak orang. Ia laksana cahaya besar bagi bangsa yang dilingkupi kegelapan. Ia juga kembali ke Nazareth tempat Ia dibesarkan. Pada hari Sabat Ia mengikuti peribadatan di dalam Sinagoga. pada saat itu Ia membaca kutipan dari Kitab Nabi Yesaya: “Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab itu Ia mengurapi Aku untuk menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, dan untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4: 18-19). Mendengar ini, semua mata tertuju kepada Yesus, lebih lagi ketika Ia mengatakan, “Pada hari ini genaplah nas yang tadi kamu dengar” (Luk 4: 21).

Yesus menunjukkan diriNya dalam kotbah perdanaNya di kampung halaman dengan mengungkapkan program hidupNya sebagai sang Pembebas atau Penebus. Sesuai dengan programNya, Yesus membebaskan orang dari sakit penyakitnya, dari kurang paham atau ketidaktahuan hidup beragama, dari ketakutan, dosa bahkan kematian. Yesus tahu bahwa anda dan saya butuh pembebasan dan “Ia telah datang untuk membebaskan kita dari musuh-musuh kita dengan kuasa Roh Kudus dari Allah”

Pertanyaan bagi kita semua adalah, Apakah kita membiarkan Yesus untuk datang dan membebaskan kita dari musuh-musuh atau kita tetap tinggal bersama musuh-musuh kita? Kala kita terbuka pada Yesus, kita akan mengalami kebebasan sebagai anak-anak Allah. Kita belajar dari Maria Magdalena, Paulus, Agustinus dan Fransiskus dari Asisi, Charles de Foucould. Mereka ini “terlambat mencintai Tuhan” tetapi Tuhan tidak terlambat mencintai mereka. Apakah anda juga merasakan pembebasan dan penebusan berlimpah dari Tuhan?

Sabda Tuhan juga mengingatkan kita untuk mendengar Sabda dan melakukannya. Sabda Tuhan yang kita dengar memiliki pengaruh tertentu. Ketika mendengar Sabda kita dapat mengalami Allah di dalam hidup. Kita menyelami dan berusaha mengenal Allah melalui Kitab Suci. Kita mendengar Sabda Tuhan dapat mempersatukan setiap pribadi sebagai orang yang percaya. Orang boleh berbeda tetapi Sabda Tuhan tetap satu dan sama. Dari situ setiap pribadi yang berbeda juga dapat menjadi satu persekutuan atau satu gereja. Dengan mendengar sabda Tuhan, kita dapat menjadi Rasul atau Pewarta Sabda. Kita ingat Santo Paulus berkata, "Iman timbul dari pendengaran oleh Firman Kristus" (Rom 10:17). Apakah anda dan saya dapat menjadi satu gereja, satu iman kepada Kristus?

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau telah mempersatukan kami untuk menjadi saudara. Amen

PJSDB  

No comments:

Post a Comment