Neh
8:3-5a.6-7.9-11
Mzm
19:8.9.10.15
1Kor
12:12-30
Luk
1:1-4.4:14-21
Mendengar Sabda itu
Penting dan Harus!
A. de Mello, SJ dalam Bukunya "Burung Berkicau"
menceritakan dialog seorang terpelajar dengan Budha. Ia berkata kepada Budha,
"Hal-hal yang Tuan ajarkan tidak terdapat dalam Kitab Suci" Budha
menjawab, "Kalau begitu masukanlah di dalam Kitab Suci". Orang itu malu
sejenak lalu berkata lagi: "Bolehkah saya memberanikan diri mengemukakan bahwa dari hal-hal
yang Tuan ajarkan ada yang jelas-jelas bertentangan dengan Kitab Suci?"
Budha menjawabnya, "Kalau begitu ubahlah Kitab Suci."
Konon ada usul yang diajukan kepada Perserikatan
Bangsa-Bangsa agar semua Kitab Suci dari semua agama di seluruh dunia ditinjau
kembali. Semua ayat yang mengarah kepada intoleransi, kekejaman dan fanatisme
harus dihapus. Segala sesuatu yang mengurangi martabat manusia dan kesejahteraannya
harus dihilangkan. Ketika diketahui, bahwa usul itu diajukan oleh Yesus Kristus
sendiri, para wartawan bergegas menyerbu tempat kediamanNya untuk minta
penjelasanNya lebih lanjut. PenjelasanNya sederhana dan singkat: "Kitab
Suci, seperti hari Sabat, adalah untuk manusia. Bukan manusia untuk Kitab
Suci"
Bacaan-bacaan Kitab Suci Hari Minggu ini mengarahkan kita
untuk memahami makna mendengar Sabda. Kita tidak mengubah Kitab Suci tetapi mendengar Tuhan di dalam Kitab Suci. Memang Yakobus dalam suratnya menulis: “Tetapi
hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika
tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak 1:22), tetapi mendengar Sabda
tetaplah menjadi satu faktor yang penting untuk bersatu dengan Tuhan. Dengan mendengar Sabda setiap pribadi menjadi satu kesatuan untuk mengimani Yesus. Dengan mendengar Yesus maka semua mata akan selalu mengarah kepadaNya. Mengarahkan mata kepada Tuhan Yesus dan mencintaiNya selama-selamanya.
Dalam Bacaan Pertama, Nehemia menggambarkan tentang peribadatan yang
dilakukan Bangsa Israel setelah tiba di Yerusalem. Sebagaimana diketahui bahwa Nehemia dan Ezra bertugas untuk menata seluruh kehidupan Bangsa Israel ketika tiba di Yerusalem. Mereka harus menata kehidupan beriman dan membangun Bait Allah yang nantinya mempersatukan semua orang yang beribadah kepada Yahwe. Dikisahkan bahwa pada hari
pertama, bulan ketujuh, Imam Ezra membawa Kitab Taurat ke hadapan umat pria dan
wanita yang masih sanggup mendengar dan mengerti. Selama setengah hari Imam
Ezra membacakannya di depan Gerbang Air dan banyak orang yang mendengar dan
mengerti. Ia berdiri di tempat yang tinggi, semua orang memandang kepada Ezra
dan mendengar pembacaannya. Ia juga memuji Tuhan dan semua orang yang hadir
sambil mengangkat tangan menyahut “Amen! Amen!” Semua orang pun berlutut dan
menyembah Tuhan. Bacaan-bacaan yang didengar juga dijelaskan dan semua orang
mendengar dan memahaminya dengan baik.
Ini adalah sebuah peribadatan yang dilakukan umat dari Bangsa terpilih.
Boleh dikatakan bahwa mereka sedang ber-Lectio Divina. Kita melihat
tahapan-tahapan sederhana yang mereka lewati bersama: Ada Alkitab di tangan
Imam Ezra. Ia membacakan dan menjelaskan isi Kitab, semua orang mendengar
dengan baik. Setelah mendengar Sabda, nama Tuhan dipuji, penyembahan dan
pertobatan. Hal yang paling penting di sini adalah kemampuan umat untuk mau
mendengar Tuhan melalui SabdaNya dan perasaan terharu ketika mendengar bacaan
suci.
Para pemimpin jemaat seperti Nehemia (kepala daerah), Imam
Ezra dan orang Lewi yang mengajar jemaat berkata kepada umat yang hadir, “Hari
ini adalah kudus bagi Tuhan Allahmu. Jangan kamu berduka cita dan menangis!”
Suka cita menjadi sempurna ketika mereka juga diminta untuk saling berbagi.
Kita ingat dalam perayaan Ekaristi. Setelah mendengar Sabda, ada perjamuan
bersama. Setelah perjamuan, setiap orang yang hadir diutus untuk membawa Tuhan
dan segala kebajikanNya kepada sesama. Bacaan pertama ini sangat inspiratif. Di
dalam ibadat atau Lectio Divina ini Sabda Tuhan mendapat perhatian istimewa.
Sabda Tuhan harus diwartakan tetapi dalam pewartaannya itu perlu dijelaskan
dengan baik supaya Sabda itu dimengerti. Sabda yang dimengerti itu juga dapat
dicerna dan ditanggapi umat. Setelah itu baru diutus untuk berbagi Sabda. Ezra
adalah pralambang Kristus yang akan menyempurnakan hukum. Dia juga akan berbicara secara langsung dan semua mata mengarah hanya kepadaNya.
St. Paulus dalam Bacaan Kedua mengkonkretkan perutusan dalam
Bacaan Pertama sebagai kesempatan untuk berbagi buah-buah Sabda Tuhan yang tekah didengar. Ia
menggunakan gambaran tubuh menurut jalan pikiran zamannya untuk menekankan
pentingnya solidaritas semua umat (Gereja). Tentang hal ini Paulus berkata,
“Kamu semua adalah tubuh Kristus dan masing-masing adalah anggotanya”. Bagi
Paulus, Tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak. Meskipun
anggota-anggotanya banyak tetapi tetap membentuk satu tubuh. Kristus juga
demikian menurut Paulus. Semua orang dari berbagai suku dan bangsa yang
berbeda, orang Yahudi, Yunani, budak dan orang merdeka telah dibaptis dalam satu Roh menjadi satu tubuh dan juga
diberi minum dari satu Roh. Aspek persekutuan sebagai umat Allah mendapat
penekanan istimewa. Wujud konkret dari pewartaan Paulus dalam Bacaan kedua ini
adalah setiap orang yang dibaptis mengembangkan talenta yang diterima dari
Tuhan untuk membangun jemaat sebagai Tubuh Kristus.
Di dalam bacaan Injil, Lukas memulai dengan sebuah katekese
historis tentang Yesus dengan tujuan supaya kita percaya kepada Yesus. dan
sesudah Yesus dicobai iblis di padang gurun, dalam kuasa Roh, Yesus kembali ke
Galilea. Ia mengajar dan menyembuhkan banyak orang. Ia laksana cahaya besar
bagi bangsa yang dilingkupi kegelapan. Ia juga kembali ke Nazareth tempat Ia dibesarkan.
Pada hari Sabat Ia mengikuti peribadatan di dalam Sinagoga. pada saat itu Ia
membaca kutipan dari Kitab Nabi Yesaya: “Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab itu
Ia mengurapi Aku untuk menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang miskin, dan
Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, dan untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4: 18-19). Mendengar ini, semua mata tertuju kepada Yesus, lebih lagi ketika Ia
mengatakan, “Pada hari ini genaplah nas yang tadi kamu dengar” (Luk 4: 21).
Yesus menunjukkan diriNya dalam kotbah perdanaNya di kampung
halaman dengan mengungkapkan program hidupNya sebagai sang Pembebas atau
Penebus. Sesuai dengan programNya, Yesus membebaskan orang dari sakit
penyakitnya, dari kurang paham atau ketidaktahuan hidup beragama, dari
ketakutan, dosa bahkan kematian. Yesus tahu bahwa anda dan saya butuh
pembebasan dan “Ia telah datang untuk membebaskan kita dari musuh-musuh kita
dengan kuasa Roh Kudus dari Allah”
Pertanyaan bagi kita semua adalah, Apakah kita membiarkan
Yesus untuk datang dan membebaskan kita dari musuh-musuh atau kita tetap
tinggal bersama musuh-musuh kita? Kala kita terbuka pada Yesus, kita akan
mengalami kebebasan sebagai anak-anak Allah. Kita belajar dari Maria Magdalena,
Paulus, Agustinus dan Fransiskus dari Asisi, Charles de Foucould. Mereka ini
“terlambat mencintai Tuhan” tetapi Tuhan tidak terlambat mencintai mereka.
Apakah anda juga merasakan pembebasan dan penebusan berlimpah dari Tuhan?
Sabda Tuhan juga mengingatkan kita untuk mendengar Sabda dan
melakukannya. Sabda Tuhan yang kita dengar memiliki pengaruh tertentu. Ketika mendengar Sabda kita dapat mengalami Allah di dalam hidup. Kita menyelami dan berusaha mengenal Allah melalui Kitab Suci. Kita mendengar Sabda Tuhan dapat mempersatukan setiap pribadi sebagai
orang yang percaya. Orang boleh berbeda tetapi Sabda Tuhan tetap satu dan sama.
Dari situ setiap pribadi yang berbeda juga dapat menjadi satu persekutuan atau
satu gereja. Dengan mendengar sabda Tuhan, kita dapat menjadi Rasul atau Pewarta Sabda. Kita ingat Santo Paulus berkata, "Iman timbul dari pendengaran oleh Firman Kristus" (Rom 10:17). Apakah anda dan saya dapat menjadi satu gereja, satu iman kepada
Kristus?
Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau telah mempersatukan
kami untuk menjadi saudara. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment