Ibr 10:1-10
Mzm 40: 2.4ab.7-7a.10.11
Mrk 3:31-35
Melakukan Kehendak
Tuhan!
Seorang biarawati (suster) yang sudah merayakan Pesta Emas ditugaskan
untuk memulai misi baru di sebuah daerah yang sulit. Dia dianggap sebagai sesepuh yang
sudah berpengalaman dan diharapkan memulai misi baru itu dengan fundasi spiritualitas yang
kuat. Setelah satu tahun kehadiran di tempat baru itu, kelihatan ia memulai
misi yang sukses. Umat dan masyarakat menyambut kehadiran suster bersama
komunitasnya karena memberi warna baru di daerah tersebut. Satu hal yang khas
adalah para suster itu merakyat. Ketika ditanya rahasia kesuksesan misi di
tempat baru itu, suster hanya menjawab singkat: “Kami datang ke sini untuk melakukan
kehendak Tuhan”. Ketika mendengar kisah pengalaman suster ini saya menyadari
dan mengakui kebenarannya. Kalau seseorang melayani dalam nama
Tuhan, melakukan kehendakNya maka ia akan sukses. Kalau orang
itu mengandalkan diri dan popularitasnya maka ia akan gagal.
Penulis surat kepada umat Ibrani mengingatkan kita bahwa
Yesus Kristus datang untuk mempersembahkan diriNya satu kali untuk selama-lamanya
bagi keselamatan umat manusia. Ia tidak lagi seperti para nabi di dalam
Perjanjian Lama yang mempersembahkan hewan kurban tetapi Ia mempersembahkan
diriNya sendiri untuk keselamatan umat manusia. Memang tidak mungkin darah
lembu atau domba jantan menghapus dosa. Ketika Kristus masuk ke dunia, Ia
berkata, “Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki! Sebagai gantinya
Engkau menyediakan tubuh bagiku”. Kurban bakaran dan kurban penghapus dosa juga dirasa tidak berkenan pada Tuhan. Maka Aku
berkata, “Lihatlah, Aku datang untuk melakukan kehendakMu, ya Allahku”.
Kita melihat satu hal penting dari Yesus yaitu
kehendak bebasNya. Ia menerima kehendak Bapa sebagai sebuah panggilan yang
luhur untuk dilakukan. Itu sebabnya Ia tidak melawan kehendak Bapa tetapi
melakukan kehendak Bapa dengan sempurna. Apa artinya ini bagi kita yang
mengikuti Kristus? Sebagai orang yang dibaptis, kita pun dipanggil untuk
melakukan kehendak Bapa dalam hidup setiap hari. Mewujudnyatakan panggilan
kita dalam karya merupakan cara kita menghayati kehendak Tuhan. Sebuah prinsip
yang bagus adalah “Saya datang untuk melakukan kehendak Bapa”. Kita juga belajar dari Bunda Maria, "Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu" (Luk 1:38)
Hasrat untuk melakukan kehendak Bapa menjadi sempurna dalam
hidup dan karya Yesus. Ia sangat sibuk melayani, berkeliling dan berbuat baik
bagi umat manusia. Orang-orang sakit disembuhkan, orang-orang lumpuh dapat berjalan,
yang tuli dapat mendengar bahkan roh jahat pun takluk di hadiratNya. Dengan
keprihatinan sebagai gembala yang baik maka Ia melakukan segalanya tanpa kenal
lelah. Itu sebabnya keluarganya sendiri merasa bahwa Ia tidak waras lagi dan
mereka hendak menjemputNya.
Penginjil Markus hari ini mengisahkan keluarga Yesus yang
datang kepadaNya. Mereka yang datang adalah ibu dan saudara-saudaraNya.
Kebetulan saat itu Ia sedang mengajar. Orang-orang disuruh untuk memanggil
Yesus. Tetapi Ia menjawab, “Siapakah
ibuKu? Siapakah saudara-saudaraKu? Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah
saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu”. Mungkin
saja kita berpikir, mengapa Yesus menjawab seperti itu? Apakah ini berarti
Yesus tidak sopan dengan ibuNya Maria dan para sepupuhNya (Mrk 6:3)? Yesus mengetahui siapakah Maria, ibunya dan Maria juga pasti mengetahui siapakah Yesus Puteranya. Jadi ke-Allahan Yesuslah yang paling menonjol di sini.
Kita juga membayangkan bagaimana kesibukan Yesus. Di rumah pun Ia
masih mengajar dan orang-orang duduk mengitariNya. Ini sikap murid yang benar:
duduk menghadap sang Maestro dan mendengarNya. Nah, kemampuan mendengar Yesus
dan melakukan pengajaranNya membuat para murid menjadi saudara Yesus tanpa
harus punya relasi kekeluargaan. Keluarga baru terbentuk, lebih luas dan dalam
karena menerima Yesus, mendengar dan mencintaiNya. Ungkapan “di luar”
menggambarkan relasi kekeluargaan. Kalau orang tidak mendengar Yesus maka orang itu juga tidak menjadi saudara Yesus. Sebagaimana dikatakan di atas bahwa perikop Injil kita
tidak bermaksud menghilangkan peran Maria sebagai ibu, tetapi ke-Allahan
Yesuslah yang ditonjolkan. Maria sendiri adalah hamba yang melakukan
kehendak Bapa: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaKu menurut perkataanMu”
(Luk 1:38).
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk menyadari diri kita
sebagai ciptaan dan anak-anak Allah. Tugas kita adalah mendengar Tuhan di dalam
hidup, melakukan kehendakNya yang terungkap dalam kata-kata atau sabda. Dengan
sikap patuh atau taat maka kita mampu melakukan kehendak Tuhan. Dengan demikian kita juga menjadi saudara
dan saudari Yesus. Betapa bahagianya kita sebagai anak-anak Allah karena membawa damai dan menjadi saudara Yesus yang sama-sama menyapa, "Abba"!
Doa: Tuhan, semoga kami selalu bersedia untuk melakukan
kehendakMu. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment