Mzm 98: 1.7-8.9
Yoh 1:35-42
Apakah yang kamu cari?
Ketika masih bertugas di Paroki St. Yohanes Bosco Sunter, Jakarta Utara, saya selalu menggunakan pertanyaan ini “Apa yang kamu cari di dunia” kepada seseorang untuk berefleksi. Ketika bertemu dengan Bambang, seorang sahabat, aku selalu bertanya, “Hai Mr. Bambang, apa yang engkau cari di dunia ini”. Dia menjawab, “Kalau dahulu saya mencari duit dan harta kekakayaan. Sekarang saya mencari Tuhan dan melayaniNya”. Wah ini sebuah jawaban yang bagus. Namun demikian kita juga tahu bahwa banyak orang di kepalanya hanya duit dan lupa Tuhan. Hari Minggu juga hari mencari duit, Nanti kalau mengalami kesulitan, sakit penyakit baru mendekatkan diri pada Tuhan.
Pada hari ini Yohanes Pembaptis sedang bersama-sama dengan Yohanes dan Andreas. Mereka berdua mendapat pembinaan yang bagus dari Yohanes Pembaptis. Sore itu kira-kira jam 4 sore, waktu suci berdasarkan Kitab Suci, Yesus lewat di depan mereka bertiga. Yohanes Pembaptis berkata kepada Yohanes dan Andreas, “Lihatlah Anak domba Allah”. (Yoh 1:36). Yohanes dan Andreas meninggalkan Yohanes Pembaptis guru mereka dan mengikuti guru yang baru. Ketika Yesus menoleh dan melihat mereka ia bertanya, “Apakah yang kamu cari?”(Yoh 1:38). Yesus tidak bertanya “Siapakah” yang merujuk pada diriNya tetapi “Apakah” yang merujuk pada benda atau harta. Tetapi Yohanes dan Andreas juga menjawab dengan pertanyaan, “Guru di manakan Engkau tinggal?” Yesus juga tidak menjawab “di sini atau di sana” tetapi Ia justru mengajak: “Mari dan lihatlah”. Yohanes dan Andreas datang dan tinggal bersama Yesus. Pengalaman tinggal bersama Yesus membuat Andreas terpesona dan mengajak Simon Petrus saudaranya dengan berkata, “Kami telah menemukan Mesias”. Ia pun membawa saudaranya kepada Yesus dan nama baru diperolehnya, “Engkau Simon, anak Yohanes, Engkau akan dinamakan Kefas” (Yoh 1:42).
Perikop ini menarik untuk kita renungkan bersama sebagai pengikut Kristus. Yesus selalu berjalan atau bergerak di dalam lorong kehidupan kita. Dia adalah Putera Allah yang berinisiatif untuk menyelamatkan umat manusia. Mengikuti Yesus berarti siap mengambil konsekuensi logis yaitu berkorban demi kebaikan orang lain. Berkorban ditunjukkan dengan karya-karya nyata sebagaimana diteladani Yesus sendiri.
Dalam konteks panggilan, Tuhan memiliki inisiatif untuk memanggil tetapi manusia memiliki sikap bebas untuk menjawabi panggilan. Kita ingat perkataan Yesus, “Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:16). Konsekkuensi panggilan dan pilihan Yesus maka orang terpanggil akan tinggal bersama Dia. Ekspresi “Mari dan lihatlah”. “Mari” adalah ajakan atau panggilan kasih Yesus bagi orang yang dikehendakiNya dan “Lihatlah” kata melihat dalam pikiran Yohanes sama dengan tinggal atau berdiam. Konsekuensinya adalah tinggal dalam kasih Yesus menjadikan orang terpanggil untuk membawa kasih Yesus kepada sesama dan memanggil mereka untuk datang pada Yesus.
Maka kembali ke pertanyaan semula, “Apa yang kamu cari” Pertanyaan Yesus ini berlaku umum bagi siapa saja yang berkehandak baik untuk mencari Yesus. Semua orang diarahkan pada satu fokus penting yaitu tinggal bersama Yesus atau tinggal di dalam kasih Yesus.
Pertanyaan lain yang muncul adalah, apa yang harus kita perbuat? Yohanes dalam bacaan pertama memberi rumusan-rumusan tertentu yang patut kita renungkan. Kita diajak untuk berjalan dalam Kebenaran bersama Yesus bukan dalam kesesatan bersama iblis. Orang yang hidup bersama Tuhan akan selalu berbuat yang benar. Mengapa? Karena ia lahir dari Allah. Orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa lagi karena benih ilahi tetap ada di dalam dia. Orang yang tidak lahir dari Allah, ia akan hidup bersama iblis dalam dosa dan tidak membuat kebenaran.
Dosa selalu diperlawankan dengan kasih Tuhan. Dosa juga merupakan suatu kenyataan di dalam dunia dan dalam pribadi manusia. Dari perkataan Yohanes, dosa tidak berdaya di hadapan orang yang sudah menerima Tuhan. Ketika menerima sakramen pembaptisan orang yang sudah mati karena dosa memiliki hidup baru karena Kristus. Benih ilahi ada di dalam diri setiap orang yang percaya kepada Tuhan.
Sabda Tuhan membantu kita berpikir tentang kasih Tuhan. Ia yang punya inisiatif untuk memanggil dan memilih kita sebagai abdi-abdiNya. Apakah kita pernah menyadari panggilan sebagai sebuah anugerah? Anda sebagai orang tua adalah anugerah bukan karena keinginan sebagai pria dan wanita. Anugerah yang memiliki benih ilahi di dalamnya.
Doa: Tuhan, terima kasih atas rahmat panggilanMu bagiku. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment