Yos 3:7-10a.11.13-17
Mzm 114:1-2.3-4.5-6
Mat 18:21-19:1
Allah tak pernah ingkar janji!
Kisah Musa
dan penyertaannya terhadap umat Isarel sudah berakhir. Namanya tetap dikenang
oleh umat Israel. Sebelum meninggal ia masih sempat memanggil Yosua dan
memberkatinya. Setelah memberikati, ia berkata kepadanya untuk tetap teguh dan
mempercayakan dirinya kepada Yahwe. Ia juga jangan patah hati karena Tuhan
Allah tetap menyertainya. Dengan kata-kata ini Musa tutup usia tepat diusianya
yang ke 120 dan perkabungan dilakukan selama 30 hari. Yosua pun menerima
tongkat estafet dari Musa dan memimpin mereka memasuki tanah terjanji. Pergantian
kepemimpinan ini memang sesuai dengan rencana Tuhan.
Pada suatu
kesempatan Tuhan bersabda kepada Yosua: “Pada
hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata semua orang Israel, supaya
mereka tahu seperti dahulu Aku menyertai Musa, demikian juga Aku akan menyertai
engkau.” Yosua, sebuah nama yang berarti Allah menyelamatkan. Allah
sungguh-sungguh berkarya di dalam diri Yosua untuk menyelamatkan umat
kesayanganNya. Yosua memimpin umat Israel untuk memasuki tanah terjanji.
Prosesnya adalah mengundang para imam untuk mengangkat tabut perjanjian. Mereka
harus berdiri di tengah-tengah sungai Yordan dan air sungai yang besar dan
meluap itu akan berhenti mengalir dan menjadi seperti sebuah bendungan. Umat
Israel pun akan melewati tempat yang kering untuk memasuki tanah terjanji.
Setelah semua orang menyeberangi sungai itu, maka para imam pengangkat Tabut
Perjanjian pun keluar dari dalam sungai Yordan.
Pengalaman
memasuki tanah terjanji melewati sungai Yordan yang berhenti mengalir
mengingatkan kita pada penyertaan Tuhan bagi umat Israel ketika mereka melewati
laut merah. Ketika keluar dari Mesir mereka melewati laut merah, ketika
memasuki tanah terjanji mereka melewati sungai Yordan. Bagi orang Yahudi, air
itu memang simbol chaos, menakutkan karena mereka mengingat kisah tentang air bah.
Demikian juga laut merah, di mana nenek moyang mereka menyaksikan kuasa Allah
yang menenggelamkan para prajurit Mesir. Tetapi pemikiran baru yang sedang
dialami oleh umat Israel adalah air itu ternyata menyelamatkan. Nenek moyang
mereka melewati tanah yang kering di laut merah dan sekarang mereka juga
merasakan tanah kering di sungai Yordan. Mereka mau disadarkan Tuhan untuk
merasakan keselamatan yang datang dari Allah sendiri. Pengalaman ini juga mau mengingatkan mereka
bahwa meskipun mereka selalu menggerutu melawan Tuhan, tetapi kini Tuhan
menepati janjiNya dan mereka akan memiliki tanah baru yang penuh susu dan
madunya. Tuhan tidak pernah ingkar janji!
Dalam
kacamata Kristiani, pengalaman umat Israel memasuki tanah terjanji melewati laut merah dan sungai Yordan itu sama dengan
pengalaman umat kristiani dikuduskan pada hari pembaptisan. Memang ketika dibaptis dalam nama Tritunggal
Mahakudus, kita semua dikuduskan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus. Kristus telah wafat
bagi kita, kita juga mati karena dosa-dosa kita. Yesus Kristus bangkit, kita juga bangkit bersama Dia.
Sakramen pembaptisan sebagai saat dikuduskan harus selalu dikenang. Banyak di antara kita pasti lupa
hari pembaptisannya. Padahal hari pembaptisan adalah hari di mana kita pertama
kali dikuduskan di dalam Tuhan. Kita masuk menjadi satu keluarga dengan Tuhan sendiri.
Tuhan sangat
memperhatikan umat Israel. Ia melupakan semua dosa dan salah
yang sudah pernah dilakukan oleh mereka. Memang Tuhan tidak pernah memperhatikan
dosa-dosa kita, ia hanya melihat iman kita kepadaNya. Sebagai manusia banyak
kali kita membuat perhitungan-perhitungan tertentu dalam melayani dan mengasihi sesama.
Masih ada niat untuk mengingat masa lalu, dosa-dosa dan sulit untuk mengampuni
sesama yang telah berdosa terhadap kita. Inilah letak perbedaan antara Tuhan dan
manusia: Tuhan mengampuni tanpa batas, kita mengampuni dengan perhitungan tertentu. Mari kita belajar menjadi serupa dengan Tuhan yang menampuni tanpa batas.
Dalam bacaan Injil hari ini, Penginjil Matius menceritakan bahwa Petrus datang kepada Yesus dan bertanya: “Tuhan, sampai berapa kalikah aku
mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadapku? Sampai tujuh kalikah?” Perhatikanlah, Petrus sedang menggunakan perhitungan secara matematis untuk mengampuni saudara yang berdosa. Bagaimana dengan Tuhan? Tuhan Yesus tidak menggunakan
perhitungan matematis. Ia hanya menjawab Petrus, “Bukan hanya sampai tujuh kali,
melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Bagi Tuhan, mengampuni itu tidak
memiliki batas ruang dan waktu. Tuhan mengampuni manusia secara total karena ia
sendiri mahapengampun. Bagaimana
dengan kita? Karena kita pun mengalami pengampunan tanpa batas dari Tuhan, maka tugas
kita sekarang adalah mengampuni sesama tanpa batas. Ingatlah bahwa Tuhan sendiri sudah
mengampunimu maka ampunilah juga saudara yang berdosa terhadapmu. Tuhan
maharahim dan murah hati maka bermurah hatilah terhadap sesama. Bermurah
hatilah terhadap musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Doa: Tuhan,
terima kasih atas kemurahan hatiMu, yang selalu mengampuni dan memelihara kami.
Hantarlah kami untuk ikut menikmati tanah terjanji yang sudah Engkau janjikan melalui Yesus PutraMu terkasih, yakni Surga di mana kami berada bersama Engkau selama-lamanya. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment