St. Maximilianus Maria Kolbe
Hari Rabu, Pekan Biasa XIX
Hari Rabu, Pekan Biasa XIX
Ul 34:1-12
Mzm 66:
1-3a.5.8.16-17
Mat
18:15-20
Pentingnya Koreksi
Persaudaraan
Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan St. Maximilianus Maria Kolbe, Martir. Ia lahir pada tangga 7 Januari 1894 di Lodz, Polandia. Ia dibaptis dengan nama Raymond dan di usia dewasa menjadi Fransiskan dan mengambil nama baru Maximiliaus dan mengucapkan kaul pertama tahun 1911. Pada tahun 1917 mendirikan Militia Immaculata di Roma dan memajukan devosi kepada Bunda Maria. pada tahun 1918 ditahbiskan menjadi imam. Ia pernah menjadi misionaris di Jepang. Ia kemudian kembali ke Polandia. Ditangkap dan masuk camp konsentrasi di Jerman. Ia kerja paksa dan mengalami TBC. Dia menggantikan sersan Gajowniczek yang dijatuhi hukuman mati. ia menjadi martir cinta kasih setelah disuntik dengan carbolic acid. Ia martir yang rebdah hati dan rela berkorban.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk memahami makna kerendahan hati. Kerendahan hati merupakan kebajikan yang berlawanan dengan kesombongan. Kesombongan adalah salah satu akar dosa atau
dosa pokok. Kesombongan menunjuk pada suatu kelekatan tak teratur pada
keunggulan diri sendiri. Orang yang sombong cenderung mencari makna dan
kepenuhan hidup dalam prestasi dan pencapaian diri sendiri. Di dalam
Kitab Suci, dikatakan bahwa dosa manusia pertama adalah dosa kesombongan (Sir
10:14-15, Rm 5:19, Tob 4:14). Menurut Katekismus
Gereja Katolik, Ada dua jenis kesombongan: manusia menilai kemampuannya
terlalu tinggi, dengan berharap bahwa ia dapat mencapai keselamatan tanpa
bantuan dari atas; atau ia berharap terlalu berani bahwa ia dapat menerima
pengampunan dari kemahakuasaan dan kerahiman Allah, tanpa bertobat, dan menjadi
bahagia, tanpa jasa apa pun” (KGK, 2092).
Orang yang sombong memang selalu lupa diri bahwa mereka tidak sendirian
tetapi hidup bersama orang lain dan berada di hadirat Tuhan.

Saya memiliki pengalaman tertentu dalam membina para calon imam dan bruder. Salah satu hal penting yang dilakukan adalah membimbing mereka untuk menjadi pribadi yang matang, yang berani untuk melepaskan kesombongan manusiawi mereka. Satu jalan yang selalu dilakukan adalah memberi koreksi persaudaraan terhadap kekeliruan bahkan dosa-dosa yang dilakukan dengan sadar atau tidak disadari. Nah, bagaimana memberi koreksi persaudaraan kepada seorang saudara-saudari yang berdosa?

Yesus dalam bagian terakhir injil hari ini
menekankan aspek doa untuk sukses dalam memberi koreksi. Yesus berkata: “Jika dua orang di antaramu di dunia sepakat
meminta apa pun, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di surga.
Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul demi namaKu, Aku hadir di
tengah-tengah mereka.” Doa yang dipanjatkan juga bukan hanya doa pribadi atau doa sendiri-sendiri tetapi doa bersama sebagai satu persekutuan. Dalam persekutuan yang penuh keakraban itu Tuhan hadir.
Dari Kitab Ulangan kita mendengar kisah terakhir dari Musa. Ia sudah memimpin umat Israel selama lebih kurang 40 tahun melintasi padang gurun. Banyak pengalaman suka dan duka bersama Umat Israel. Satu hal yang menunjukkan kehebatan Musa adalah sikapnya untuk selalu mendengar Tuhan. Umat Israel selalu menggerutu melawan Tuhan melalui Musa, tetapi ia selalu sabar dan bercakap-cakap dengan Tuhan. Tujuan dia adalah mencari yang terbaik untuk umat Israel yang dipercayakan kepadaNya. Seiring dengan perjalanan waktu, Musa melihat bahwa ia tidak kuat lagi memimpin umat Israel, lagi pula Tuhan sendiri sudah mengatakan bahwa ia tidak akan melewati sunga Yordan. Oleh karena itu Ia menyerahkan kuasanya kepada Tuhan dan hambanya Joshua.
Pada hari ini Musa dikisahkan naik ke atas gunung Nebo, puncak pisga yang berhadapan dengan Yeriko. Tuhan menunjukkan kepadanya seluruh negeri Kanaan daerah Gilead sampai ke kota Dan, seluruh Naftali, tanah Efraim dan Manasye, seluruh tanah Yehuda, tanah negeb, lembah Yordan, lembah Yeriko sampai Zoar. Tuhan menunjukkan kepada Musa negeri yang sudah dijanjikan Tuhan sendiri kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Tuhan mengatakan kepada Musa bahwa negeri itu akan diberikan kepada keturunannya tetapi Musa sendiri tidak akan menyeberang ke sana. Musa meninggal dunia di Moab. Orang Israel menangisi Musa 30 hari lamanya. Tuhan sudah melakukan karya-karya besar di dalam dirinya.
Dari Kitab Ulangan kita mendengar kisah terakhir dari Musa. Ia sudah memimpin umat Israel selama lebih kurang 40 tahun melintasi padang gurun. Banyak pengalaman suka dan duka bersama Umat Israel. Satu hal yang menunjukkan kehebatan Musa adalah sikapnya untuk selalu mendengar Tuhan. Umat Israel selalu menggerutu melawan Tuhan melalui Musa, tetapi ia selalu sabar dan bercakap-cakap dengan Tuhan. Tujuan dia adalah mencari yang terbaik untuk umat Israel yang dipercayakan kepadaNya. Seiring dengan perjalanan waktu, Musa melihat bahwa ia tidak kuat lagi memimpin umat Israel, lagi pula Tuhan sendiri sudah mengatakan bahwa ia tidak akan melewati sunga Yordan. Oleh karena itu Ia menyerahkan kuasanya kepada Tuhan dan hambanya Joshua.

Mari saudara-saudariku, dunia, komunitas kita
akan menjadi indah kalau hari demi hari kita saling mendoakan, saling memberi
koreksi persaudaraan apabila ada yang berdosa. Rasa dendam dan iri hati akan hilang,
asalkan orang itu tidak sombong, mau rendah hati untuk menerima koreksi
persaudaraan. Banyak orang sulit menerima koreksi persaudaraan, karena orang
itu sombong. Di lain pihak, ada juga orang suka memberi koreksi tetapi dirinya
sulit untuk menerima koreksi persaudaraan. Inilah realitas hidup kita maka
hendaknya Tuhan perlu menjadi andalan hidup kita. Satu jalan yang juga dapat menjadi
tawaran penting adalah sakramen tobat. Sering mengaku dosa membuat orang
menjadi rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama.
Doa: Tuhan, kami memohon anugerah istimewa
untuk mematikan kuasa kesombongan di dalam diri kami. Semoga kami boleh menjadi
tanda dan pembawa kasih Allah bagi sesama. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment