Yer 1:17-19
Mzm 71:1-4a.5-6b.15ab.17
Mrk 6:17-29
Jangan gentar!
Salah satu hal yang sudah menjadi kebiasaan di dalam masyarakat kita adalah orang tidak berani untuk mengoreksi perilaku yang berlawanan dengan kaidah sosial. Misalnya, seorang pejabat publik berbuat mesum. Banyak kali pejabat tersebut leluasa bekerja tanpa ada rasa bersalah dan orang lain di sekitarnya berusaha menutupi perbuatannya. Mungkin saja orang takut kehilangan simpatik, dana, pangkat atau kedudukan. Hanya ada satu dua pejabat publik yang menjadi korban pejabat yang lain sehingga kasus mereka muncul di publik dan dicemooh serta ditertawakan. Kadang media komunikasi sosial juga tidak berani menyampaikan kepada publik kejahatan pejabat tertentu karena orang kuat ada di belakangnya. Media takut berurusan dengan “Bapa” yang berduit atau bersenjata. Demikianlah situasi sosial kita di mana banyak kali dosa itu bertumbuh dan bertambah banyak. Pada zaman dahulu juga ada krisis moralitas yang memalukan. Kasus Herodes Antipas dan perkawinannya merupakan salah satu contoh yang akan kita dengan dalam bacaan Injil hari ini. Kita butuh Yohanes Pembaptis baru atau nabi Yeremia baru saat ini untuk menegur dan mengoreksi pejabat yang mengalami krisisi moral.

Yeremia adalah seorang nabi yang banyak mengalami penderitaan silih berganti dari orang-orang terdekatnya. Ia memang orang yang lurus di dalam pikirannya, selalu memperjuangkan keadilan sosial, mengoreksi para pejabat publik saat itu untuk melayani sesuai kehendak Tuhan. Namun demikian ancaman demi ancaman, penganiayaan demi penganiayaan pun di alami Yeremia. Apakah Yeremia mundur dari tugasnya sebagai nabi? Ternyata tidak. Ia percaya bahwa Tuhan menyertainya sehingga ia tidak gentar terhadap siapa pun. Ia tahan banting, laksana tiang besi dan tembok untuk melawan para pejabat publik yang hidupnya tidak layak dalam masyarakat saat itu. Yeremia mampu bertahan karena ia merasakan pertolongan yang datang dari Tuhan.

Peristiwa perkawinan ini menarik perhatian publik. Yohanes Pembaptis juga mendengarnya dan menegur Herodes Antipas karena perilakunya itu melawan hukum, lagi pula ia sebagai panutan masyarakat Galilea saat itu. Ia berkata kepada Herodes: “Tidak halal engkau mengambil istri saudaramu!” Dengan teguran ini, Herodes berniat membunuh Yohanes Pembaptis. Yohanes dipenjarakan di Macheronte, dekat Laut Mati, sebuah tempat di mana terdapatrumah peristirahatan Herodes. Sebenaranya Herodes sendiri takut karena banyak orang mempercayai Yohanes sebagai nabi. Yohanes bagi Herdes adalah orang suci, ia senang dengan Yohanes tetapi hatinya selalu terombang ambing ketika mendengar Yohanes namun ia melindunginya. Ketika terjadi perjamuan ulang tahun Herodes, putri Herodias menari dan menyukakan hati Herodes. Ia berjanji kepada anak itu, akan memberi apa saja yang dimintanya. Setelah dihasut oleh ibunya Herodias, akhirnya ia meminta kepala Yohanes Pembaptis di atas sebuah talam. Yohanes pun dipenggal kepalanya. Para muridNya mengambil sisah tubuhnya untuk dikuburkan dengan wajar.
Yohanes Pembaptis menjadi martir karena mengajar kebenaran. Ia tidak takut untuk mengoreksi pejabat publik yang menyalahgunakan kuasanya dan yang tidak bermoral. Kemartiran Yohanes menjadi tanda awal di mana Yesus Kristus juga akan mengalami hal yang sama sebagai martir agung. Yesus sendiri mengatakan bahwa Yohanes adalah yang terbesar yang dilahirkan oleh wanita (Mat 11:11). Ia akan memikul salib dan wafat karena dosa umat manusia. Apakah kita juga peka terhadap situasi sosial dalam masyarakat kita yang penuh dosa: korupsi, krisis moral dan kejahatan-kejahatan publik terstruktur lainnya? Apakah ada pengikut Kristus yang berani bersaksi tentang kebenaran? Jangan gentar, bersuaralah seperti Yohanes!
Doa: Tuhan, kami berdoa bagi para pejabat pemerintah di negara kami untuk berlaku jujur dan adil. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment