Thursday, September 26, 2013

Renungan 26 September 2013

Hari Kamis, Pekan Biasa XXV
Hag 1:1-8
Mzm 149:1-2.3-4.5-6a.9b
Luk 9:7-9

Bangunlah dan Kuduskanlah Rumah Tuhan!


Ada seorang Pastor Paroki di pedalaman yang kreatif dan memiliki visi ke depan tentang parokinya. Setelah setahun bekerja di Paroki itu, ia melihat bahwa bangunan gereja paroki sudah tidak layak pakai sebagai tempat tinggal Tuhan. Pada suatu hari Minggu ia menyampaikan idenya kepada umat dan mengajak mereka untuk membangun sebuah gereja baru yang lebih layak bagi Tuhan. Pada umumnya umat setuju tetapi masalahnya adalah pada dana untuk membangun gereja. Umat di paroki itu hanya petani sederhana dan tidak akan mampu membangun sebuah gereja besar dan bagus seperti diimpikan pastornya. Ia mengumpulkan para pengurus gereja dan mengatakan bahwa meskipun parokinya miskin tetapi kekuatan untuk membangun gereja itu berasal dari Tuhan. Kalau Tuhan mau memiliki rumah yang lebih layak maka Ia akan memb uka jalan dan banyak orang akan memberi dana. Bagi Pastor Paroki, gedung gereja yang akan dibangun ini berasal dari umat, oleh umat dan untuk umat. Jadi semuanya harus dilakukan oleh umat di paroki. Untuk itu mereka membuat panitia dan program pembangunan yang melibatkan semua warga paroki. Setelah tiga tahun mereka berhasil membangun sebuah bangunan gereja yang besar dan bagus. Dari situ ada rasa memiliki yang tinggi dari pihak umat karena bangunan gereja itu berasal dari keringat mereka sendiri. 

Menjadi pastor di daerah terpencil memang mengandaikan keberanian, kemampuan untuk mengambil hati umat dan mengubahnya dari malas menjadi rajin, pelit menjadi murah hati, memiliki visi dan misi yang konkret. Banyak umat masih terbuai dengan para misionaris yang “memanjakan” umat tempo doeloe. Umat hanya tahu datang ke gereja untuk mengikuti perayaan Ekaristi tanpa mengetahui dari mana dan dengan dana dari siapa untuk membeli hosti, anggur, lilin, pakaian ibadat dan buku-buku. Kini situasi sudah berubah. Mental santai, enak dan gampang dalam beriman harus diubah menjadi mental yang berjuang, bekerja keras serta rela berkorban. Kita patut mendoakan para pastor di daerah terpencil yang menjadi nabi zaman ini untuk membangun iman dan juga tempat untuk beribadat. 

Pada hari ini kita membaca kitab Hagai. Hagai adalah nabi pertama setelah masa pembuangan. Ia hidup bersama dua nabi yang lain yakni Zakharia dan Maleakhi dan sama-sama mewartakan sabda kepada jemaat dalam zaman yang sama sekali baru. Kalau dibandingkan dengan nabi-nabi sebelumnya, nabi-nabi itu mencela dosa-dosa Israel dan menyampaikan tentang masa penghakiman yang akan mereka alami. Nabi-nabi setelah masa pembuangan seperti Hagai, Zakharia dan Malekahi lebih menekankan tentang adanya bangunan Bait Allah yang dapat mempersatukan setiap pribadi yang percaya kepada Allah. Di samoing itu orang-orang Yahudi harus dibantu untuk menyadari bahwa mereka memiliki harga diri sebagai suatu bangsa dan usaha untuk membangun Bait Allah yang nantinya akan mempersatukan setiap pribadi dengan Tuhan. 

Itulah sebabnya dalam tahun kedua pemerintahan Darius, raja Persia, Tuhan bersabda kepada Hagai untuk menyampaikannya kepada Zerubabel, Putra Sealtiel dan Yosua putra Yozadak. Tuhan mengatakan keingininanNya supaya umat Israel setelah mendiami kembali Yerusalem, mereka juga harus mendirikan Bait Allah. Pada saat itu sudah banyak orang yang memiliki rumah papan, tetapi rumah Tuhan tetaplah sebuah reruntuhan karena mereka berprinsip belum saatnya membangun rumah Tuhan. Hagai dengan tegas berkata: “Kamu telah menabur banyak, namun menuai sedikit, kamu makan dan minum tetapi tidak menjadi puas.Kamu berpakaian tetapi masih merasa kedinginan dan seorang pekerja menyimpan uangnya dalam pundi-pundi yang sobek.” (Hag 1:6). Setelah mengatakan demikian, Tuhan memerintahkan Zerubabel dan Yosua untuk pergi ke gunung supaya mencari kayu untuk membangun kembali Bait Allah. Dengan membangun kembali bait Allah maka Tuhan akan merasa bahagia dan dihormati.

Membangun Kenisah memang merupakan kehendak Tuhan yang dilakukanNya dengan menggerakkan hati para raja kafir di Persia. Maka hal ini juga menjadi tugas utama seluruh bangsa untuk menyadari kembali penyertaan Tuhan yang mengeluarkan mereka dari Babel. Ingatan yang harus mereka miliki adalah Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Seberat apa pun pengalaman mereka di Babel, kasih Tuhan itu jauh lebih besar. Mereka masih diberi hidup, disayangi oleh para raja asing bahkan menyuruh mereka keluar dari Babel untuk membangun Bait Allah di Yerusalem. 

Tuhan menghendaki supaya ada rumah
bagiNya. Kalau ini adalah kehendak Tuhan maka manusia harus menguduskan tempat bersemayamNya Tuhan. Saya merasa senang ketika melihat para saudara dari Gereja Kristen, para saudara Muslim yang pergi beribadat dengan mengenakkan pakaian yang khusus sebagai tanda hormat, sembah bakti kepada Tuhan. Hanya di Gereja Katolik yang umatnya belum sadar tentang tempat beribadah. Ada yang datang ke Gereja seperti pergi ke mall, restoran, bioskop atau berpiknik. Ada juga yang duduk di dalam Gereja, melipat kaki dan suntuk dalam gadget yang ia bawa ke Gereja. Kehadiran yang sebenarnya bukanlah kehadiran karena kesempatan untuk berdoa sangatlah kecil persentasinya. Ini tandanya orang belum sadar bahwa Tuhan yang mahakudus itu menghendaki adanya rumah khusus untuk Dia! Maka rumah khusus untuk Tuhan itu harus dikuduskan karena tempat tinggal Dia yang kudus! Pikirkanlah berapa kali anda tidak menguduskan rumah Tuhan dengan pakaianmu, dengan pikiran dan perkataanmu?

Di dalam bacaan Injil, kita mendengar bagaimana Herodes merasa cemas dengan perbuatannya terhadap Yohanes Pembaptis. ia sudah memenjarakan bahkan memenggal kepala Yohanes. Kini ia juga banyak mendengar tentang Yesus dari Nazaret dan berpikir bahwa Dia adalah Yohanes Pembaptis yang sudah dibunuhnya dan kini bangkit dari antara orang mati.Ia juga berpikir bahwa Yesus adalah seorang nabi lain yang bangkit. Semakin lama mendengar tentang Yesus, semakin ia pun ingin bertemu denganNya. Mereka memang tidak petrnah bertemu secara pribadi, hanya pada saat menderita sengsara barulah Yesus dihadapkan kepada Herodes.Namun sikap Herodes ini menarik perhatian kita yang mengaku diri pengikut Kristus. Ia tertarik untuk melihat Yesus meskipun motivasinya keliru karena ia tidak mengimani Yesus. Bagaimana dengan anda dan saya? Kita memiliki gedung gereja yang bagus tetapi banyak yang tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan Yesus. Tidak ada lagi keinginan orang yang sudah dibaptis untuk berdoa dan bersatu dengan Yesus. Janganlah kita menjadi seperti Herodes yang ingin berjumpa dengan Yesus tetapi hanya mau menunjukkan rasa bencinya atau ambisi manusiawinya. Iman dan cinta kasih kita kepada Yesus tidak boleh berubah.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menguduskan Gereja, tempat Engkau bersemayam dan tempat untuk kami berdoa dan mengucap syukur kepadaMu. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment