Hari Sabtu, Pekan Bisa XXII
Kol 1:21-23
Mzm 54:3-4.6.8
Luk 6:1-5
Bertekunlah dalam iman
Pada tanggal 1 September 2013 yang lalu, Paus Fransiskus meminta seluruh dunia untuk bergabung bersamanya melakukan puasa dan doa untuk penyelesaian konflik di Siria. Sudah banyak orang tak bersalah yang tewas. Paus Fransiskus mengecam pertikaian Siria dengan mengatakan bahwa Allah dan sejarah akan mengadili orang-orang yang menjadi penjahat dalam perang". Ia berkata: "Kekerasan tidak akan mendukung perdamaian dunia. Perang akan menjadi perang, kekerasan juga akan menjadi kekerasan". Semoga doa dan puasa dunia hari ini membawa perkembangan yang positif untuk perdamaian di Siria. Kiranya semua orang merasakan perdamaian, sekaligus kehangatan sebagai saudara.
Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose mengingatkan kita dalam bagian Kidung Kristologi tentang Yesus Kristus sebagai Yang Sulung dari segala yang diciptakan dan menjadi kepala tubuh yaitu jemaat atau Gereja. Dia juga memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di Sorga dengan darahNya yang mulia. Pengorbanan diri Kristus ini menunjukkan ketekunan diriNya sebagai Putera Allah yang datang untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia. Pengalaman penebusan seperti apa yang ada di dalam pikiran Paulus?
Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose mengingatkan kita dalam bagian Kidung Kristologi tentang Yesus Kristus sebagai Yang Sulung dari segala yang diciptakan dan menjadi kepala tubuh yaitu jemaat atau Gereja. Dia juga memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di Sorga dengan darahNya yang mulia. Pengorbanan diri Kristus ini menunjukkan ketekunan diriNya sebagai Putera Allah yang datang untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia. Pengalaman penebusan seperti apa yang ada di dalam pikiran Paulus?
Pada hari ini Paulus
mengingatkan jemaat di Kolose akan masa lalu mereka ketika masih hidup dalam
dosa. Pengalaman penebusan yang mereka alami adalah pertobatan total supaya
dapat mengalami Allah di dalam hidup mereka. Paulus berkata: “Kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan
yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu
yang jahat, sekarang diperdamaikanNya di dalam tubuh jasmani Kristus oleh
kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di
hadapanNya” ( Kol 1:21-22). Tuhan Yesus Kristus mempersatukan atau
memperdamaikan pribadi dengan pribadi dan pribadi dengan Tuhan. Upaya perdamaian
dengan Tuhan mengantar orang untuk bertumbuh menjadi kudus. Hidup tanpa cacat dan cela di hadirat Tuhan
merupakan panggilan luhur untuk bersatu dengan Tuhan yang kudus.
Apa yang
harus dilakukan untuk memelihara kekudusan hidup? Paulus mengatakan kita harus
bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, jangan mau digeser dari
pengharapan Injil yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh
alam di bawah langit dan aku Paulus telah menjadi pelayanNya. Bagi Paulus, iman
dan tobat merupakan tawaran kasih Allah bagi umat manusia. Allah sendiri yang
memiliki kehendak untuk mempersatukan yang tercerai berai, mendamaikan semua
orang ke dalam satu persekutuan yang dipimpin oleh sang gembala utama yakni
Yesus Kristus. Ia rela wafat di kayu salib untuk menunjukkan betapa besarnya
kasih Allah bagi manusia.Tindakan Yesus dengan menumpahkan darahNya di atas
kayu salib membawa dampak positif bagi pengudusan umat Tuhan. Sakramen-sakramen
dicurahkan Allah di dalam Gereja melalui Yesus Kristus puteraNya.
Di dalam
bacaan Injil, Lukas mengisahkan bagaimana orang-orang Farisi datang kepada
Yesus untuk bertanya kepadaNya alasan mengapa para muridNya tidak berpuasa
tetapi justru makan pada hari Sabat dengan memakan bulir gandum karena mereka
kelaparan. Perilaku para murid ini menjadi alasan bagi mereka untuk berlaku
kasar terhadap Yesus karena tidak mengindahkan Hari Sabat. Yesus tidak bereaksi
frontal. Ia hanya mengingatkan mereka untuk membaca kembali 1Sam 21:1-6).
Diceritakan bahwa Daud bersama para tentara kelaparan. Mereka masuk ke dalam
bait Allah, mengambil roti dan memakannya, padahal Daud bukanlah seorang imam.
Pada akhirnya Yesus mengatakan: “Anak manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat”.
Seringkali
orang bersifat legalistik. Mereka lebih mengutamakan hukum sebagai hukum
padahal isi hukum itu membuat manusia menjadi sungguh-sungguh manusia. Isi
hukum harus benar-benar memperhatikan keadilan dan belas kasih bagi manusia.
Dengan demikian hukum dan peraturan janganlah menjadi penghalang untuk
mempersatukan manusia dengan Tuhan sendiri karena manusia selalu ingin bersatu
dengan Allah dan sesama dalam kasih. Jadi hukum dan peraturan adalah sarana
yang membantu manusia untuk bertumbuh menjadi lebih baik, semakin bertekun
dalam iman dan bersatu sebagai saudara. Realitas menunjukan bahwa sejak dahulu
kala hukum dan peraturan selalu mengekang, menakutkan manusia.
Sabda Tuhan
pada hari ini mengantar kita untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus Yang Mahakudus. Kita
menyadari bahwa melalui Sakramen Pembaptisan, kita dipanggil untuk bertumbuh
menjadi kudus. Mari kita mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus yang Mahakudus dan
memohon rahmat istimewa untuk menyerupaiNya. Yesus sendiri bersabda: "Hendaklah kamu sempurna seperti BapaMu di Surga sempurna adaNya" (Mat 5:48). St. Petrus menulis: "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (1Pt 1:16; Im 11: 44-45). Untuk mencapai kekudusan, hidup tanpa cela di hadirat Tuhan maka butuh ketekunan dalam iman. Pertanyaan bagi kita adalah apakah kita sungguh-sungguh beriman? Kalau kita memang beriman, apakah kita juga bertekun dalam iman seperti diminta oleh Paulus kepada jemaat di Kolose?
Doa: Tuhan bimbinglah kami untuk bertumbuh dalam kekudusan. Engkau sendiri Kudus maka kuduskanlah diri kami untuk menjadi serupa dengan diriMu sendiri. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment