Hari Kamis
Pekan Biasa XXII
Kol 1:9-14
Mzm
98:2-3ab.3cd-4.5-6
Luk 5:1-11
Penebusan berlimpah Hanya Dalam Yesus Kristus
Pada suatu kesempatan rekoleksi bersama para orang tua,
saya bertanya kepada mereka sebuah pertanyaan yang sederhana: “Apakah sebagai
orang tua mereka mendoakan anak-anak mereka?” Ada banyak reaksi dari para
peserta rekoleksi ketika menjawab pertanyaan saya. Ada yang mengatakan selalu
mendoakan anak-anaknya. Ada yang mengatakan jarang mendoakannya karena sibuk. Ada yang lebih jujur lagi mengatakan tidak pernah mendoakan karena seharusnya anaklah yang mendoakan
orang tua sebagai tanda hormat. Saya mendengar semua komentar para orang tua
dan merasa kaget dan heran mendengar orang tua yang tidak mendoakan
anak-anaknya. Sekarang coba ingat kembali, apakah pada saat ini anda sudah mendoakan
anak-anak yang ada di rumah? Syukur kepada Tuhan kalau sudah
mendoakan, dan berdoalah bagi mereka yang belum mendoakannya. Banyak kali kita rajin
mendoakan orang lain tetapi penghuni rumah sendiri tidak sempat didoakan, padahal di dalam rumah kita
bertumbuh bersama dan merasakan cinta kasih Tuhan.
Pada hari ini kita bertemu dengan seorang figur pendoa. Dialah St. Paulus. Di dalam bacaan pertama ia mengungkapkan isi hatinya, yakni rasa
syukur yang mendalam kepada jemaat di Kolose. Apa yang ia lakukan? Ia berdoa
dengan tekun bagi jemaat di Kolose. Intensi doa-doanya adalah memohon supaya jemaat
di Kolose menerima segala hikmat dan pengertian
yang benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. Dengan
memahami kehendak Tuhan maka jemaat pun akan hidup layak di hadiratNya dan
berkenan di hatiNya dalam segala hal. Dengan hidup berkenan di hadirat Tuhan
maka mereka akan menghasilkan buah dalam pekerjaan baik dan bertumbuh dalam
pengetahuan yang benar tentang Allah. Tuhan juga memperkuat jemaatNya dengan
kuasa kemuliaan untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar.
Singkatnya, isi doa Paulus adalah supaya jemaat di Kolose sebagai umat baru
dapat menerima dan meraskan penebusan yang berlimpah dalam Yesus Kristus.
Sebagai pewarta Injil Paulus mendoakan
jemaat di Kolose. Sikap Paulus ini mengingatkan kita pada Yesus sendiri yang mendoakan
para muridNya untuk menjadi satu (Yoh 17:20-26). Banyak kali ada pemimpin jemaat hanya
menunggu supaya jemaat mendoakannya, padahal sebenarnya hal pertama yang harus
dilakukan oleh pemimpin jemaat adalah mendoakan jemaat itu untuk layak di hadirat
Tuhan dan merasakan penebusan yang berlimpah hanya di dalam Yesus Kristus. Kita juga mendengar bagaimana
Paulus berusaha supaya jemaat di Kolose juga akrab dengan Tuhan dan hidupnya
diliputi oleh suasana sukacita. Nah, apakah para orang tua, pendidik kaum muda
memiliki waktu untuk membantu anak-anak menjadi akrab dengan Tuhan? Apakah
anak-anak melihat orang tuanya berdoa secara pribadi dan mendoakan sesama?
Orang tua adalah guru doa yang pertama. Orang tua adalah orang pertama yang
mengatakan bahwa hanya di dalam Tuhan Yesus ada penebusan yang berlimpah.
Di dalam tulisan-tulisan Paulus, ia berusaha mengekspresikan pengalaman rohaninya bersama Tuhan dengan mendoakan komunitas-komunitas yang baru berkembang. Doanya selalu bernuansa syukur dan permohonan supaya jemaat dapat bertumbuh dan layak di hadirat Tuhan. Kepada jemaat di Korintus, Paulus menulis: "Kami berdoa kepada Allah supaya kamu jangan berbuat jahat" (2Kor 13:7). Pikirkanlah realitas ini: banyak kali para orang tua mengeluh karena anaknya nakal dan berbuat jahat. Mungkin salah satu faktornya adalah orang tua belum mendoakan anaknya. Di surat yang lain Paulus menulis: "Siang dan malam kami berdoa sungguh-sungguh supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang di dalam imanmu" (1Tes 3:10). Pikirkan juga: mengapa banyak orang mengeluh bahwa iman anak-anak muda dangkal. Salah satu alasannya adalah para orang tua dan pendidik belum memohon supaya Tuhan menambah iman anak-anak yang masih kurang.
Semua doa dan harapan dari Paulus sebenarnya mau mengantar kita semua untuk ber-duc in altum atau bertolak ke tempat yang lebih dalam di dalam membangun relasi dengan Tuhan Yesus sehingga dapat memperoleh penebusan yang berlimpah. Yesus mulai tenar dengan Sabda dan karyaNya. Banyak orang berbondong-bondong mengikutiNya untuk mendengar Sabda dan mengalami karyaNya. Pada suatu kesempatan ia berada di pantai danau Galilea dan berjumpa dengan para nelayan, diantaranya adalah Simon. Ia menyuruhnya untuk menolakkan perahu sedikit jauh dari pantai. Suara Yesus dapat didengar dengan jelas karena dapat dipantulkan dengan sempurna oleh air danau Galilea. Setting tempat pewartaan Yesus juga menarik yakni perahu yang nantinya dapat menjadi simbol Gereja. Yesus selalu ada di dalam GerejaNya, mengajar dan meneguhkan umatNya.
Setelah berbicara, Ia meminta Simon untuk menolakkan perahu ke tempat yang lebih dalam (duc in altum) untuk menebarkan jala dan menangkap ikan. Simon sebagai nelayan lebih tahu keadaan alam karena pengalaman manusiawinya, mengatakan bahwa telah semalaman mereka tidak dapat menangkap apa-apa. Namun ia mengikuti kehendak Yesus untuk menebarkan jala juga. Mereka berhasil menangkap banyak ikan sehingga jala mereka juga mulai koyak. Simon merasa dirinya tidak sempurna karena sebelumnya menyangsikan perkataan Yesus untuk ber-duc in altum, kini memohon pengampunan kepada Yesus. Selain Simon, sahabat-sahabatnya yakni Yakobus dan Yohanes sebagai anak-anak Zebedeus juga ada di pantai itu. Yesus berkata kepada Simon: "Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjadi penjala manusia". Reaksi Simon dan anak-anak Zebedeus adalah mereka meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus.
Apa artinya menjadi penjala manusia (anthropus (esse) zoogroon)? Perkataan Yesus dan karya-karyaNya membuat banyak orang terpesona dan takjub dan mau mengikuti Yesus. Kini Yesus menemukan mitra kerjaNya yakni Simon dan anak-anak Zebedeus. Mereka inilah yang nanti mengabdikan hidupnya dengan ber-duc in altum untuk membawa banyak orang kepada Yesus. Orang-orang yang datang kepada Yesus karena pewartaan Simon tidak hanya sekedar mengimani Yesus, tetapi mereka juga sejahtera secara lahiria. Mereka dibaptis, tahu membuat tanda salib dan juga sejahtera lahirianya. Jadi umat Allah haruslah sejahtera lahir dan bathin untuk mengikuti Yesus. Maka dari awal, Yesus sudah mengingatkan tentang memberdayakan manusia untuk sejahtera lahir dan bathin di hadiratNya. Tentu saja, doa Petrus sang penjala manusia sangat dibutuhkan di dalam Gereja.
Di dalam tulisan-tulisan Paulus, ia berusaha mengekspresikan pengalaman rohaninya bersama Tuhan dengan mendoakan komunitas-komunitas yang baru berkembang. Doanya selalu bernuansa syukur dan permohonan supaya jemaat dapat bertumbuh dan layak di hadirat Tuhan. Kepada jemaat di Korintus, Paulus menulis: "Kami berdoa kepada Allah supaya kamu jangan berbuat jahat" (2Kor 13:7). Pikirkanlah realitas ini: banyak kali para orang tua mengeluh karena anaknya nakal dan berbuat jahat. Mungkin salah satu faktornya adalah orang tua belum mendoakan anaknya. Di surat yang lain Paulus menulis: "Siang dan malam kami berdoa sungguh-sungguh supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang di dalam imanmu" (1Tes 3:10). Pikirkan juga: mengapa banyak orang mengeluh bahwa iman anak-anak muda dangkal. Salah satu alasannya adalah para orang tua dan pendidik belum memohon supaya Tuhan menambah iman anak-anak yang masih kurang.
Semua doa dan harapan dari Paulus sebenarnya mau mengantar kita semua untuk ber-duc in altum atau bertolak ke tempat yang lebih dalam di dalam membangun relasi dengan Tuhan Yesus sehingga dapat memperoleh penebusan yang berlimpah. Yesus mulai tenar dengan Sabda dan karyaNya. Banyak orang berbondong-bondong mengikutiNya untuk mendengar Sabda dan mengalami karyaNya. Pada suatu kesempatan ia berada di pantai danau Galilea dan berjumpa dengan para nelayan, diantaranya adalah Simon. Ia menyuruhnya untuk menolakkan perahu sedikit jauh dari pantai. Suara Yesus dapat didengar dengan jelas karena dapat dipantulkan dengan sempurna oleh air danau Galilea. Setting tempat pewartaan Yesus juga menarik yakni perahu yang nantinya dapat menjadi simbol Gereja. Yesus selalu ada di dalam GerejaNya, mengajar dan meneguhkan umatNya.
Setelah berbicara, Ia meminta Simon untuk menolakkan perahu ke tempat yang lebih dalam (duc in altum) untuk menebarkan jala dan menangkap ikan. Simon sebagai nelayan lebih tahu keadaan alam karena pengalaman manusiawinya, mengatakan bahwa telah semalaman mereka tidak dapat menangkap apa-apa. Namun ia mengikuti kehendak Yesus untuk menebarkan jala juga. Mereka berhasil menangkap banyak ikan sehingga jala mereka juga mulai koyak. Simon merasa dirinya tidak sempurna karena sebelumnya menyangsikan perkataan Yesus untuk ber-duc in altum, kini memohon pengampunan kepada Yesus. Selain Simon, sahabat-sahabatnya yakni Yakobus dan Yohanes sebagai anak-anak Zebedeus juga ada di pantai itu. Yesus berkata kepada Simon: "Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjadi penjala manusia". Reaksi Simon dan anak-anak Zebedeus adalah mereka meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus.
Apa artinya menjadi penjala manusia (anthropus (esse) zoogroon)? Perkataan Yesus dan karya-karyaNya membuat banyak orang terpesona dan takjub dan mau mengikuti Yesus. Kini Yesus menemukan mitra kerjaNya yakni Simon dan anak-anak Zebedeus. Mereka inilah yang nanti mengabdikan hidupnya dengan ber-duc in altum untuk membawa banyak orang kepada Yesus. Orang-orang yang datang kepada Yesus karena pewartaan Simon tidak hanya sekedar mengimani Yesus, tetapi mereka juga sejahtera secara lahiria. Mereka dibaptis, tahu membuat tanda salib dan juga sejahtera lahirianya. Jadi umat Allah haruslah sejahtera lahir dan bathin untuk mengikuti Yesus. Maka dari awal, Yesus sudah mengingatkan tentang memberdayakan manusia untuk sejahtera lahir dan bathin di hadiratNya. Tentu saja, doa Petrus sang penjala manusia sangat dibutuhkan di dalam Gereja.
Doa: Tuhan , kami bersyukur atas segala anugerah yang Engkau berikan kepada kami pada hari ini. Bantulah kami agar dapat ikut mengambil bagian sebagai penjala manusia. Amen.
PJSDB
No comments:
Post a Comment