Pemimpin yang memaafkan...
Kisah Saul dan Daud berlanjut. Saul tetap memiliki rasa iri hati dan dendam terhadap Daud. Salah satu hal yang memicu adalah beda apresiasi terhadap Saul dan Daud. Saul mengalahkan beribu-ribu musuh sedangkan Daud mengalahkan berlaksa-laksa musuh.Hal-hal sepeleh ini membuat Saul memanggil 3000 pasukan untuk mencari Daud dan membunuhnya. Saul boleh merasa iri hati dan marah terhadap Daud tetapi Daud tidak membalasnya. Daud justru memaafkan Saul, menyapanya dengan kebaikan karena ia percaya bahwa Tuhan telah mengurapi Saul. Ini berarti Tuhan juga hadir dalam diri Saul. Ini sebuah model leadership: pemimpin yang bisa memaafkan lawan politiknya.
Yesus sebagai pemimpin sejati memilih di antara para muridNya dua belas orang yang menjadi Rasul-Rasul sesuai dengan kehendakNya. Para Rasul ini bertugas untuk mewartakan Injil dan mengusir roh-roh jahat. Mereka semua dengan nama yang jelas membentuk satu keluarga yang baru bersama Yesus. Nantinya Yesus juga menegaskan tentang pentingnya damai sejahtera bagi mereka.
Memaafkan atau mengampuni itu berarti melupakan orang yang melakukan kesalahan dan dosa terhadap diri kita. Tuhan sendiri melakukannya ketika mengampuni dosa-dosa kita, ketika membuang dosa-dosa ke tubir-tubir laut (Mikha 7:19).
Selagi kita mengatakan mengampuni tetapi tetap mengingat-ingat kesalahan orang kita juga akan tetap hidup dalam rasa benci dan iri hati terhadap mereka yang bersalah. Apa untungnya hidup dalam alam kebencian dan iri hati? Mengapa bukan hidup dalam kasih dan pengampunan yang berlimpah?
Tuhan Yesus memanggil dan memilih para rasul untuk menjadi pemimpin. Ia memilih sesuai dengan kehendakNya dan memberi tugas istimewa untuk mewartakan Injil dan mengusir roh-roh jahat. Panggilan dan pilihan ini menuntut komitmen orang yang dipanggil dan dipilih untuk melayani Tuhan dan sesama sampai tuntas. Seberapa besar panggilan anda membuatmu berubah dalam komitmen pribadi dan skala prioritas dalam hidupmu untuk melayani dan mengasihi?
PJSDB
No comments:
Post a Comment