Tuesday, January 31, 2012

Renungan 31 Januari 2012

St. Yohanes Bosco 
2Sam 18:9-10. 14b.24-25a.30-19.3; Mzm 86: 1-2.3-4.5-6; Mrk 5:21-43 




Orang tua yang berhati manusia... 


Kisah Absalom berlanjut. Dia bersama pasukannya bertempur melawan pasukan ayahnya Daud. Malang bagi Absalom karena dia tewas di tangan Yoab yang berpihak pada Daud. Situasi berubah seketika. Ketika mendengar kematian Absalom, Daud bukan mengatakan syukur karena anak yang menjadi musuhnya itu tewas melainkan ia menangisi kematian Absalom dengan hati sebagai seorang bapa."Anakku Absalom, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku! raja bersusah hati karena anaknya." Dua hal yang saling bertentangan muncul dalam kisah ini. Yoab dan dua pembawa berita kematian Absalom berpikir bahwa kematian Absalom adalah kemenangan raja Daud terhadap musuhnya tetapi Daud tetaplah seorang bapa. Ia melihat kematian Absalom sebagai kematian anaknya. 

Tuhan Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat manusia dengan segala kemalangan bahkan kematian. Kisah seorang perempuan yang sakit pendarahan bertahun-tahun disembuhkan dengan cara yang sederhana yakni menyentuh ujung jubah Yesus dan memperoleh kekuatan yang menyembuhkan dari Yesus. Anak perempuan Yairus yang sudah meninggal dunia juga dibangkitkan olehNya. Pengalaman disembuhkan oleh Yesus karena orang-orang ini percaya pada kuasa Yesus. "Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Mereka juga memiliki harapan bahwa Yesus pasti mengasihi dan menyelamatkan mereka. 

Orang tua tetaplah pribadi yang paling hebat! Anak-anak boleh melawan bahkan memberontak terhadap mereka tetapi mereka masih punya segudang maaf, segudang ampun dan segudang kasih yang tiada habisnya. Di banyak tempat, orang selalu mengatakan bahwa orang tua adalah wakil Tuhan Allah di dunia karena sikap pemaaf, pengampun dan pengasih yang besar kepada anak-anaknya. 

Sabda Tuhan hari ini menjadi peneguhan bagi orang tua yang menderita karena ulah anak-anaknya. Kuatkanlah hatimu sebagai orang tua! Jadikanlah dirimu seperti Don Bosco yakni menjadi orang tua, sahabat dan guru bagi anak-anak. 

St. Yohanes Bosco, Doakanlah kami. 

PJSDB

Monday, January 30, 2012

Renungan 30 Januari 2012

2Sam 15:13-14.30; 16:5-13a; Mzm 3:2-7; Mrk 5:1-20

Kuasa Yesus adalah segalanya... 


Kisah Daud berlanjut. Ia adalah raja dan penentu strategi organisasi kerajaan, seorang berdosa yang berniat untuk bertobat. Kata-kata profetis dari nabi Nathan tentang perjalanan keluarga kerajaan selanjutnya terbukti dengan tampilnya Absalom yang mengancam kekuasaan Daud. Absalom adalah saudara Tamar dari isteri Daud bernama Maaka. Dengan ancaman itu maka Daud bersama pegawai-pegawainya melarikan diri meninggalkan Yerusalem. Daud mendaki bukit Zaitun dengan kaki kosong sambil menangis. Di samping itu Daud juga dikutuk oleh Simei bin Gera salah seorang sanak raja Saul. Dikatakannya bahwa Daud adalah penumpah darah dan dursila. Di saat yang sulit itu Daud masih mengingat adanya Tuhan: "Mungkin Tuhan akan memperhatikan kesengsaraanku dan membalas yang baik kepadaku" 

Penderitaan dan kesengsaraan tidak hanya dialami oleh Daud sebagai raja yang mengalaminya dari anaknya sendiri. Setiap pribadi memiliki penderitaan sendiri-sendiri. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat prihatin dengan penderitaan manusia. Ia tidak hanya menyembuhkan mereka yang sakit tetapi dengan kuasa dan wibawanya mengusir roh-roh jahat yang mengganggu manusia. Kisa pengusiran roh jahat menandakan kekuasaan Yesus untuk mengalahkan dosa dan kejahatan. Kuasa dosa dan kejahatan dilukiskan dengan tempat yang menyeramkan: tingggal di gua, makam, dan binatang najis seperti babi. Setiap orang yang mengalami kesembuhan memiliki tugas khusus yaitu memberi kesaksian tentang Yesus dan kuasaNya. Dan kesaksian bahwa Kerajaan Allah itu Kerajaan sukacita, kegembiraan dan penuh kebahagiaan. 

Hidup ini selalu diwarnai dengan pengalaman-pengalaman seperti ini: kadang-kadang pengalaman penderitaan pribadi berasal dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Mungkin dia adalah keluarga atau sahabat akrab. Ibarat musuh di dalam selimut. Pengalaman dikutuk, difitnah, dianggap tidak mampu, mereka yang suka mencari kesalahan-kesalahan kita berasal dari orang-orang dekat. Akibatnya kita dibuang dan dianggap hina. Ketika mengalami seperti ini ingatlah bahwa Tuhan adalah satu-satunya sandaranmu. Daud pernah mengalaminya dan ia tegar karena Tuhan menyertainya. 

Hal yang penting bagi kita adalah keterbukaan pada Tuhan dan pertobatan diri. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Setiap pribadi bisa saja dikuasai oleh roh jahat. Meskipun roh jahat seharusnya ada pada binatang najis seperti babi bukan pada manusia yang diciptakan segambar dengan Tuhan. Mari kita berbalik kepada Tuhan. bertobatlah, baharui hatimu. 

PJSDB

Sunday, January 29, 2012

Homili Minggu Biasa IV/B

Ul 18:15-20; Mzm 95: 1-2.6-7c.7d-9; 1Kor 7:32-35; Mrk 1:21-28

AjaranNya baru dan kuasaNya luar biasa!


Umat yang telah dipilih Allah berpedoman pada Firman Tuhan Allah. Tuhan juga membangkitkan seseorang menjadi nabi yang akan berbicara atas namaNya dan umat diharapkan untuk mendengarnya. Melalui Musa Tuhan mengisyarakan bahwa Dia akan membangkitkan seorang nabi dan Dia sendiri akan menaruh FirmanNya ke dalam mulutNya. Mengapa perlu nabi? Nabi berbicara atas nama Tuhan, umat terpilih dapat mendengarNya.

Paulus mengingatkan orang-orang Korintus supaya jangan hidup tanpa kekuatiran. Cinta kasih Allah secara definitif berlaku selama-lamanya. Oleh karena itu setiap pribadi perlu memusatkan perhatiannya hanya kepada Tuhan. Menurut Paulus, "Orang yang tidak beristri memusatkan perhatian kepada Allah. Orang yang beristri memusatkan perhatian pada dunia. Anak-anak gadis memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Perempuan yang bersuami memusatkan hidupnya pada perkara dunia." Dengan peran masing-masing ini, orang dapat melayani Tuhan tanpa gangguan.

Tuhan mengajar dan kuasaNya luar biasa. KuasaNya yang luar biasa ditunjukkan dengan mengusir roh-roh jahat. Yesus adalah sumber segala kebaikan dan senantiasa berusaha untuk menyelamatkan umat kesayanganNya. Ketika ia berbicara semuanya pasti digenapi. Roh jahat pun takluk.Yesus sendiri ditampilkan sebagai tokoh yang dicari-cari, diharapkan, diikuti, dipertanyakan, ditolak dan bahkan dimusuhi. Ia memberikan RohNya yang kudus untuk menyelamatkan manusia.

Mencintai Yesus berarti mengaggumi PribadiNya. Ia mengajar dengan penuh wibawa dan kuasa sehingga banyak orang menjadi percaya. Roh jahat saja merasa takut ketika mendengar Injil dan Kerajaan yang diwartakan Yesus.Terkadang orang gampang sekali main kuasa untuk membenarkan diri karena mereka tidak berwibawa di depan Tuhan dan manusia. Kalau mau mengubah dunia ubalah diri sendiri terlebih dahulu supaya anda memiliki wibawa dan dengan demikian dapat memiliki kuasa dari Tuhan.

PJSDB

Saturday, January 28, 2012

Renungan 28 Januari 2012

St. Thomas Aquinas
2Sam 12: 1-7a.10-17; Mzm 51:12-17; Mrk 4:35-41

Siapakah orang ini sehingga angin dan danau juga taat? 

Daud secara tidak langsung membunuh Uria supaya bisa mendapatkan Betsabea istri Uria. Sikap Daud ini memang sesuai kebiasaan orang-orang pada zaman itu yang mengklaim diri sebagai penguasa bagi kelompok masyarakat tertentu. Sebagai penguasa dia berbuat apa yang ia mau perbuat. Tetapi sebagai raja Israel, perbuatan Daud ini tidak dapat ditolerir dan harus mendapat keadilan dari Tuhan sendiri. Untuk dapat mengakui dosa-dosanya Daud perlu mendengar Sabda Tuhan melalui nabi Nathan. Daud akhirnya menyadari dosanya dan berkata: "Aku telah berdosa melawan Tuhan" dan dengan kata-kata ini Ia diampuni oleh Tuhan. Hasil perkawinan Daud dan Betsabea ini melahirkan salah seorang putranya yaitu Salomo yang nantinya dikenal sebagai raja yang bijaksana. Dosa bisa berubah menjadi ramat kalau orang sungguh-sungguh bertobat. 

Kisah angin sakal dan gelora danau Galilea dalam Injil mengingatkan kita akan bahaya kematian dan chaos pada awal penciptaan dunia. Dikisahakan bahwa para murid sangat ketakutan dengan fenomena alam ini, sementara Yesus tidur dengan pulas. Inilah momen yang tepat untuk menunjukkan bahwa mereka membutuhkan Yesus: "Guru, apakah Anda menginginkan kita semua mati di sini?" Ungkapan dengan nada ketakutan ini adalah sebagai doa saat bergumul. Yesus menghardik angin itu dan angin berhenti, danau menjadi tenang. Semua murid takjub: "Siapakah orang ini sehingga angin dan danau pun takluk padaNya?" 

Hidup kita selalu dihiasi dengan dosa-dosa tertentu. Dosa terjadi karena kita terlalu menjadikan diri kita sebagai pusat segala-galanya. Akibatnya sesama bahkan Tuhan sendiri diabaikan. Kita perlu mengakui dosa dengan berseru seperti Daud: "Aku telah berdosa melawan Tuhan". Keterbukaan hati inilah yang mendatangkan pengampunan. Santo Paulus menulis: "Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah" (Rom 5:20). Orang berdosa yang bertobat dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Daud berdosa dengan Betsabea tetapi mereka melahirkan Salomo yang nantinya menjadi raja yang bijaksana. 

Pertobatan di hadirat Tuhan menjadi sempurna ketika orang betul-betul membutuhkan Tuhan dalam hidupnya. Tuhan hadir dan meneduhkan badai yang bergelora serta pergumulan-pergumulan yang menakutkan di dalam hidup kita. Dua hal yang perlu kita miliki adalah iman kepadaNya dan jangan pernah berhenti berharap kepadaNya melalui doa. Angin dan danau saja takluk padaNya, apakah kita juga takluk padaNya sebagai pertobatan pribadi kita? 

PJSDB

Friday, January 27, 2012

Renungan 27 Januari 2012

St. Angela Merici
2Sam 11:1-4a.5-10.13-17;Mzm 51:3-4.5-7.10-11; Mrk 4:26-34 


Kerajaan Allah itu seumpama... 


Seorang yang dipilih untuk menduduki jabatan tertentu selalu mengucapkan janji dan mengakhirinya dengan mengatakan kesetiaan dalam pelayanan itu "Demi Allah dan Kitab Suci" Raja Daud dipilih oleh Tuhan ketika dia masih muda, sebagai pengembala ternak. Semangat kepemimpinannya ditunjukkan ketika memimpin pasukan untuk berperang melawan orang-orang Amalek dan orang-orang Filistin, dan berhasil. Itu sebabnya tua-tua bangsa Israel tanpa ragu mengangkatnya menjadi raja Israel. Daud sendiri mengakui bahwa Tuhan menyertainya. Namun apakah ini menjadi jaminan bahwa ia setia kepada Tuhan? Ternyata tidak. Ia menyalahgunakan kuasanya. Ia menjalin hubungan kasih dengan Batsyeba isteri Uria orang Het yang menjadi salah seorang stafnya. Ia tega menempatkan Uria dalam peperangan dan ia tewas sehingga Daud leluasa mengambil Batsyeba sebagai isteri. Kekuasaan demi Allah dan Kitab Suci diingkari. 

Kerajaan Allah dilukiskan Yesus seumpama benih baik yang ditaburkan dan dengan kekuatan yang mengaggumkan bertumbuh dengan baik. Benih yang kecil tumbuh menjadi tanaman yang besar. Semua yang terjadi pada proses pertumbuhan dari benih yang ditaburkan, mati, bertumbuh menjadi tanaman besar adalah karya Tuhan. Demikian yang terjadi dengan Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus. Bermula dari komunitas yang kecil bersama Yesus kemudian berkembang sampai ke ujung dunia sebagai wujud nyata penugasan Yesus kepada para rasulNya. 

Hidup kita selalu dihiasi dengan pengalaman-pengalaman tertentu yang sifatnya mendidik. Terkadang kita sendiri tidak setia dengan apa yang kita janjikan di hadapan Allah dan Kitab Suci sebagai pedoman hidup. Kecenderungan untuk main kuasa, menindas, mencari keuntungan diri sendiri selalu ada dalam diri setiap pribadi. Dalam kelemahan seperti ini kita butuh Tuhan untuk menguatkan dan mengubah hidup kita menjadi baru. 

Semua janji yang kita janjikan demi Allah dan Kitab Suci adalah bagian rencana Tuhan untuk mewartakan serta mengembangkan KerajaanNya di atas dunia. Tentu kita tidak berjalan sendiri karena kasih karuniaNya selalu menyertai kita. Laksana benih yang dtabur dan biji sesawi yang kecil tumbuh menjadi pohon yang besar demikian Dia membiarkan benih kasihNya bertumbuh menjadi besar di dalam hati setiap orang yang percaya. Kita semua diteguhkan dalam pergumulan hidup ini karena rahmatNya menyertai kita. Seberapa besar anda menyadari rahmat Tuhan dalam dirimu? 

PJSDB

Thursday, January 26, 2012

Renungan 26 Januari 2012

St. Timotius dan Titus 
2Sam 7:18-19.24-29; Mzm 132: 1-5.11-14; Mrk 4:21-25 




Pelita tetap menyala... 




Daud merasakan penyertaan Tuhan. Ia berdoa dengan rasa syukurnya yang mendalam: "Siapakah aku ini, ya Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?Engkau telah mengokohkan bagiMu umatMu Israel menjadi umatMu untuk selama-lamanya, dan Engkau ya Tuhan menjadi Allah mereka?" Daud juga memohon agar Tuhan menepati janjiNya kepadanya dan juga seluruh keturunannya. Dalam doa syukur ini, Daud juga percaya bahwa Firman Tuhan adalah kebenaran. Doa syukur Daud ini menjadi penting dalam hubungannya dengan Mesias yang dijanjikan Tuhan dari keturunan Daud. Ini adalah inisiatif Tuhan untuk menjadi manusia dari keturunan Daud dalam diri Yesus. Nantinya Yesus juga dipanggil sebagai Anak Daud (Mat 1:1 dst) 

Firman Tuhan yang diakui Daud sebagai kebenaran merupakan pelita bagi setiap orang. Bagi Yesus, Anak Daud, pelita diletakkan di atas kaki dian untuk menerangi rumah dan isinya. Tidak ada yang tersembunyi dan tidak ada rahasia. Yang Yesus maksudkan dengan pelita adalah Firman Tuhan sendiri. Firman itu laksana pelita yang menerangi setiap pribadi sehingga mereka tidak hanya mendengar tetapi melaksanakannya di dalam hidup yang nyata secara bebas dan penuh kepercayaan. Dengan wafat dan kebangkitan Kristus maka mulailah saat baru untuk mewartakan di hadapan umum misteri Kerajaan Allah. Para Rasul memiliki tugas sebagai pewarta. 

"FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" (Mzm 119:105), "Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; Tuhan, Allahku, menyinari kegelapanku" (Mzm 18:28). Ini adalah petikan Mazmur yang selalu didoakan atau dinyanyikan. Bagi orang yang sungguh-sungguh percaya, Firman Tuhan adalah pelita yang menyala dan menerangi hidupnya. 

Firman Tuhan menjadi Firman yang hidup di dalam diri kita ketika dengan sadar, bebas dan penuh iman kita menerimanya dan mengakuinya sebagai kebenaran. Firman yang kita dengar memampukan kita untuk menjadi pelaku dan pewarta bagi sesama. Apakah kita menyadari bahwa Firman Tuhan itu pelita bagi hidup kita? Apakah kita percaya bahwa Firman Tuhan itu kebenaran yang menghidupkan dan menyelamatkan kita? 

PJSDB

Wednesday, January 25, 2012

Sahabat Sejati...

Sahabat sejati... 


Dua orang sahabat melakukan perjalanan melewati sebuah padang gurun. Dalam perjalanan penuh perjuangan dan pergumulan ini keduanya berkelahi karena masing-masing mempertahankan pendapat tentang jalan mana yang harus mereka lewati. Karena tidak dapat mengontrol diri maka salah seorang sahabat itu menampar pipi sahabatnya. Dalam rasa sakit yang dia alami, ia menulis di atas pasir berdebu itu: "Hari ini sahabat akrabku pertama kali menampari pipiku. Sakit rasanya!" 

Mereka berdua melanjutkan perjalanan dan tiba di sebuah oasis yang berbentuk kolam. Mereka berdua mandi dan ternyata airnya cukup dalam sehingga sahabatnya yang tadinya ditampar nyaris tenggelam tetapi diselamatkan oleh sahabat yang tadinya menampar. Kali ini ia menulis di atas batu: "Sahabat akrabku menyelamatkan aku di kolam ini. Aku tetap hidup karena dia menolongku!" 

Sahabatnya bertanya mengapa menulis di atas pasir dan batu? Dengan berani ia mengatakan, hidup kita sebagai sahabat akan bermakna ketika kita disakiti dan kita berani menulis di atas pasir berdebu. Angin maaf akan datang dan menghapus tulisan itu. Dan yang tersisa hanya pasir tanpa bekas tulisan luapan sakit hati. Pengalaman yang baik ditulis di atas batu supaya tetap diingat bahwa sahabat yang baik selalu hadir di saat kita mengalami kesulitan dalam hidup. Dia tidak hanya tertawa saat kita tertawa tetapi ikut menangis saat kita menangis. Batu itu adalah hati kita. Luar biasa penjelasan sahabat ini. Mereka berpelukan dan melanjutkan perjalanan melewati padang penuh pergumulan. 

Mari kita membangun rasa empati sebagai sahabat. Mari kita menulis segala kelemahan sahabat kita di atas pasir supaya angin maaf dan ampun cepat menghapusnya. Mari kita menulis kebaikan sahabat kita di atas batu hati kita supaya kita tetap ingat sahabat sejati yang selalu hadir dalam hidup ini. Milikilah sahabat yang empati! 

PJSDB

Renungan 25 Januari 2012

Pertobatan Santo Paulus 
Kis 22:3-16 (atau Kis 9:1-22); Mzm 117:1-2; Mrk 16:15-18 



Saulus menjadi Paulus!



Pesta Pertobatan Santu Paulus dipopulerkan di Italia dan Gallia pada abad ke-VIII. Pada waktu itu ada pemindahan reliki beberapa Rasul. Pesta ini masuk dalam kalender liturgi pada akhir abad ke-X dengan ditetapkannya tanggal 25 Januari sebagai hari peringatannya. Dasar pemikiran pesta ini adalah inti ajaran Paulus tentang kuasa rahmat ilahi, kemampuan untuk berubah dari Saulus sang penganiaya menjadi Paulus Rasul agung Kristus. Dia menjadi motivator penginjilan bagi bangsa-bangsa asing yang belum mengenal Tuhan. Pesta ini juga menjadi puncak perayaan pekan doa untuk persekutuan umat kristani. 

Paulus dengan polos mengisahkan perjalanan panggilannya. Ia mengakui dirinya sebagai orang Yahudi, dan mengenyam pendidikan yang baik dengan Gamaliel. Ia menganiaya para pengikut Yesus dari Nazaret dan memenjarakan mereka. Tetapi dalam perjalanan ke Damsyik ia berjumpa dengan cahaya yang menyilaukan matanya dan suara yang memanggilnya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" Ia kemudian dibaptis, dosanya diampuni dan mengemban misi: "memberi kesaksian tentang apa yang ia lihat dan dengar". 

Memberi kesaksian merupakan perutusan yang diberikan Yesus kepada para muridNya: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk." Bagi mereka yang percaya akan dibaptis dan yang tidak percaya akan dihukum. Tugas lainnya adalah mengusir setan demi namaNya, berbicara dengan bahasa yang baru, tetap hidup sekalipun memegang ular dan meminum racun maut, memberkati orang sakit dan menyembuhkannya. 

Menjadi rasul adalah sebuah anugerah Tuhan. Tuhan memiliki inisiatif pertama untuk memberikan anugerah itu kepada orang yang sudah Ia tentukan sebelum dunia dijadikan, memanggil dan memilihnya. Tuhan juga menyertai orang tersebut dalam mewujudkan perutusanNya. Dari pihak manusia, dibutuhkan jawaban yang pasti dan komitmen. Jawaban dan komitmen perutusan ini menjadi sempurna kalau dibangun di atas dasar cinta kasih yang tidak terbagi kepada Kristus dan pertobatan yang terus menerus di hadirat Tuhan. Apakah kita mampu? 

PJSDB

Tuesday, January 24, 2012

Renungan 24 Januari 2012

St.Fransiskus dari Sales
2Sam 6:12b-15.17-19; Mzm 24:7.8.9.10; Mrk 3:31-35

Menjadi Saudara Yesus 

Daud menjadi raja. Ia memulai kepemimpinannya dengan merasakan penyertaan Tuhan bagi diri dan bangsanya. Ia mengambil Tabut Perjanjian di rumah Obed-Edom dan bersama orang-orang Israel mengaraknya ke kota Yerusalem. Daud menunjukan sukacitanya dengan menari sekuat tenaga di hadapan Tuhan. Banyak hewan kurban yang dipersembahkan untuk memuliakan Tuhan. Suasana sukacita dialami dan dirasakan oleh semua orang Israel setiap kali Tabut Perjanjian diangkat. Daud menutup upacara meriah ini dengan berbagi makanan. Semua orang merasakan persaudaraan sejati. 

Yesus meneruskan pengajaranNya tentang Kerajaan Allah. Banyak berdatangan untuk mendengar Yesus. Mereka membentuk sebuah persaudaraan yang hari demi hari mendengarNya. Ibu dan saudara-saudaraNya juga datang dan bergabung dengan orang-orang yang setia mendengarNya. Mereka juga mau mengambilNya karena para ahli Taurat menganggapNya tidak waras, bersekutu dengan Belzebul si penghulu setan. Itu sebabnya Yesus berkata: "Barang siapa melakukan kehendak Allah, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah IbuKu." Mendengar Yesus berarti mencintaiNya, melakukan FirmanNya. 

Persaudaraan sejati adalah sebuah panggilan. Orang-orang yang berbeda-beda berkumpul dan mendengar Tuhan. Hal ini kita rasakan ketika berekaristi bersama. Kita semua mendengar Sabda yang sama dan juga Tubuh dan Darah Yesus yang sama. Persaudaraan sejati menjadi kekuatan bagi Gereja untuk menunjukkan salah satu sifatnya yaitu Gereja itu satu. Konsekuensinya adalah sikap saling berbagi yang perlu dihayati oleh setiap pribadi. "Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam dengan rukun." demikian nyanyian ziarah Daud (Mzm 133:1). Hidup rukun sebagai saudara kiranya ini menjadi kekuatan kita dalam peziarahan hidup ini. Dengan demikian kita juga menjadi saudara-saudara Yesus yang mendengar Firman dan melakukan kehendakNya dalam hidup kita. 

Hiduplah sebagai saudara dalam sukacita. 

PJSDB

Monday, January 23, 2012

Renungan 23 Januari 2012

2Sam 5:1-7.10; Mzm 89:20-22.25-26; Mrk 3:22-30


Mengandalkan Allah


Sejarah umat pilihan Allah berlanjut. Saul telah gugur bersama Jonathan puteranya? Yehuda dan Israel mengalami sede vacante. Maka segala suku Israel datang kepada Daud di Hebron untuk memintanya menjadi raja. Memang sebelumnya Daud sudah menjadi leader dalam gerakan Israel untuk membela negeri tersebut dari orang-orang Amalek. Tetapi mereka juga percaya bahwa Tuhan menginginkan Daud menjadi raja Israel dan memerintah sebagai seorang gembala. Kuasa Daud pun makin besar karena Tuhan Allah semesta alam menyertai Dia. 

Yesus menunjukkan kuasaNya yang besar. Pengajarannya menakjubkan karena berwibawa dan penuh kuasa, kemampuanNya untuk menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat. Bahkan roh jahat pun takluk padaNya. Namun semua perbuatan baik Yesus inintidak dihargai. Yesus tidak hanya disebut "tidak waras" tetapi dikatakan Dia juga kerasukan Beelzebul dan dengan penghulu setan, Ia mengusir setan. Yesus berusaha menjelaskan kepada mereka bahwa iblis tidak dapat melawan atas dirinya sendiri. Iblis akan terbagi-bagi dan itu tanda bahwa kuasanya tuntas. Yesus pada akhirnya mengatakan bahwa dosa melawan Roh Kudus itu tidak dapat diampuni. 

Kadang-kadang kita lupa bahwa Tuhan menyertai kita.Padahal kita mengakui Imanuel artinya Allah beserta kita. Penyertaan Tuhan itu memampukan kita dapat melakukan karya-karya besar. Maka yang harus kita sadari adalah Tuhanlah yang melakukan karya-karya itu bukan kita dengan kekuatan manusiawi. Seperti raja Daud yang memimpin Israel dalam penyertaan Tuhan, kita pun mengandalkan Tuhan di dalam hidup kita. Pengalaman Yesus dalam Injil membuat kita sadar dan dan mawas diri untuk selalu berbuat baik kapan dan di mana saja. Kadang perbuatan baik itu tidak diapresiasi bahkan dicela tetapi itu semua tidak harus mengurangi keinginan kita untuk selalu berbuat baik. Yesus sendiri menunjukkan teladan itu kepada kita. Maka jangan lelah atau berhenti berbuat baik. 

PJSDB

Sunday, January 22, 2012

Homili Hari Minggu III/B

Yun 3:1-5.10; Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9; 1Kor 7: 29-31; Mrk 1:14-20


Kamu akan Kujadikan Penjala Manusia... 


Yunus mendengar panggilan Tuhan. Ia diperintahkan untuk menyeruhkan seruan tobat kepada orang-orang Niniwe. Orang-orang Niniwe yang berdosa di hadapan Tuhan mendengar ancaman bahwa kota mereka akan dihancurkan. Mereka pun berpuasa dan menggunakan kain kabung sebagai tanda pertobatan. Sikap berubah kiblat hidup inilah yang membuat Tuhan juga mengubah rencanaNya untuk tidak menghancurkan Niniwe. Perubahan kiblat hidup hanya kepada Tuhan disadari oleh Paulus sehingga ia menyeruhkan kepada orang-orang Korintus untuk menghayati hidup rohani seolah-olah ini adalah hari terakhir dalam hidup mereka (1Kor 10:11). Oleh karena itu mereka juga dituntut untuk memiliki sikap lepas bebas. Artinya ketika seseorang merasa bahwa saat ini adalah saat terakhir ia harus berani melupakan segalanya dan memprioritaskan Tuhan. Komitmen seperti inilah yang dituntut oleh setiap pribadi dihadirat Tuhan. Panggilan juga dirasakan oleh para rasul. 

Ketika Yesus menyusur pantai danau, Ia memanggil para murid pertama. Mereka adalah para nelayan yang lincah. Tentu saja setelah mereka sendiri mendengar Ia mengatakan: "Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percaya kepada Injil" maka mereka tergerak untuk masuk dan menjadi bagian dari Yesus. Mereka menjadi semakin yakin ketika masing-masing dipanggil: "Ikutlah Aku, Kamu akan Kujadikan penjala manusia." Konsekuensi dari panggilan adalah komitmen baru dalam hidup untuk segera mengikuti Yesus dengan sikap lepas bebas yakni meninggalkan segala-galanya dan semuanya hanya untuk Tuhan. Para murid perdana yakni Petrus dan Andreas, Yakobus dan Yohanes adalah nelayan-nelayan yang lincah dan mahir. Melihat Pribadi Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah, seruan tobat dan Injil membuat mereka segera mengikuti dan menjadi bagian dari Yesus. Yesus adalah wujud Kerajaan Allah yang ada di hadapan mereka. Proses beralih dari hidup keseharian sebagai nelayan menjadi murid ini bolehndikatakan sebagai pertobatan. Dalam arti terjadi perubahan kiblat hidup dari semua pekerjaan duniawi kepada Tuhan saja. Perubahan kiblat hidup ini juga yang mendorong mereka untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia dengan suka cita. 

Ada dua hal yang penting di sini. Pertama, pangilan itu pertama-tama adalah inisiatif Tuhan. Dia memanggil, memilih dan mengutus. Manusia diharapkan mendengar, menjawab, dan melaksanakan seluruh kehendakNya. Komitmen yang dibangun adalah sikap lepas bebas sehingga orang itu dapat setia mewujudkan panggilan dan pilihannya di depan Tuhan. Artinya bahwa Kerajaan Allah dan Injil adalah harga mati atau urgensi yang tidak dapat ditawar-tawar. 

Kedua, Wujud nyata panggilan adalah menjadi penjala manusia. Penjala manusia bukan berarti mencari sebanyak-banyaknya orang untuk diinjil, dibaptis sehingga jumlah pengikut Kristus bertambah. Penjala manusia berarti menangkap manusia dan membawa mereka kepada kehidupan. Artinya para rasul ini bertugas untuk memelihara, menuntun, memimpin dan menguatkan sehingga manusia itu betul-betul memiliki hidup. Manusia bisa menemukan sendiri jalan untuk mewujudkan hidupnya. Kita bersyukur kepada Tuhan atas anugerah panggilan dan perutusan bagi kita sebagai orang-orang yang dibaptis. Tugas kita amat mulia yaitu membawa orang kepada Kristus. Mari kita berjuang mewujudkan cita-cita ini. 

 PJSDB

Saturday, January 21, 2012

Renungan 21 Januari 2012

2Sam 1:1-4.11-12.19.23-27; Mzm 47: 2-3.6-7.8-9; Mrk 3:20-21


Ia tidak waras lagi... 


Saul dan Jonathan puteranya tewas. Daud menang dalam pertempuran orang-orang Amalek. Dua pribadi yang berbeda dengan kepekaan hidup yang berbeda pula. Artinya bahwa iri hati dan dengki menghiasi relasi Saul dan Daud. Setiap niat jahat berasal dari pihak Raja Saul. Daud sendiri seperti "orang yang tidak waras". Dia dibenci oleh Saul, hendak dibunuh tetapi Daud sendiri tetap berpikiran positif. Ia menghormati Saul bahkan ketika berita duka ini tiba di telinga Daud, ia bersama orang-orang kepercayaannya menyatakan berkabung hingga matahari terbenam. Daud juga menghargai Jonathan. Baginya, cinta Jonathan kepadanya melebihi cinta seorang perempuan. Saul dan Jonathan dianggap oleh Daud sebagai pahlawan. 

Sikap misioner Yesus sangatlah mendesak. Ia menghadirkan Kerajaan Allah dengan pengajaran yang memukau banyak orang, dengan aneka penyembuhan atas sakit penyakit dan mengusir roh-roh jahat. Karena sikap misionerNya yang tak kenal lelah, makan dan minum tidak teratur, maka Ia dianggap tidak waras lagi dan diminta supaya saudara-saudaranya menjemputnya ke rumah. Firman Tuhan ini membicarakan hal-hal yang nyata dalam hidup kita. Banyak pengalaman Saul dan Daud dialami dalam membangun relasi antar pribadi. Ada orang yang cenderung seperti Saul dengan rasa iri hati dan dengki yang menggebu-gebu. Kalau toh berdamai, itu hanya formalitas dan sesaat saja. Tetapi ada juga yang bersifat seperti Daud. Kebijaksanaannya terletak pada sikapnya: pendamai,pemaaf, berpikiran positif terhadap Saul, menganggap Saul dan Jonathan sebagai pahlawan. 

Yesus tak kenal lelah mewartakan Injil dan menyembuhkan banyak orang yang sakit. Itu sebabnya makan pun ia tidak dapat. Orang tidak melihat perbuatan baik yang dilakukan Yesus tetapi hanya mau mengadili Yesus dengan berkata "Ia tidak waras lagi" Kejahatan dan orang jahat jauh lebih dihargai dari pada orang yang melakukan perbuatan-perbuatan baik. Apa yang harus kita lakukan? Belajar untuk berpikiran positif terhadap orang lain. Jangan hanya melihat cashing-nya dan langsung mengatakan orang itu tidak waras. Kita dipanggil untuk berbuat baik dan melihat dalam diri sesama nilai-nilai hakiki dari Injil. Kita juga dipanggil untuk membawa damai dan sukacita kepada sesama. Mengapa orang cenderung negative thinking dari pada positive thinking? Selidikilah bathinmu! 

PJSDB

Friday, January 20, 2012

Bijaksana versus Bebal

Bijaksana versus Bebal! 


Pernah dua siwa Sekolah Menengah Pertama di pedalaman Sumba berkelahi di jalan usai kegiatan Belajar di sekolah. Masalahnya sederhana. Mereka mendiskusikan kata bijaksana dan bebal di ruangan kelas sebelumnya. Kebetulan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKN) menjelaskan kedua kata ini kepada mereka dengan mengambil contoh praktis yang tidak bijaksana. Dari kedua siswa itu ada satu yang pintar secara akademis maka dikatakan dia contoh orang bijaksana sedangkan yang satunya memiliki nilai yang berada di bawa standard dan dicontoh sebagai orang bebal. 

Mengherankan ketika selesai melerai dan mendengar kisah sedih di siang hari itu. Tetapi saya ingat bahwa guru saya pun pernah memarahi kami para siswa tempo doeloe: "Kamu bodoh sekali!" Sekarang saya baru berpikir, kalau saat itu saya mengerti maka saya akan mengatakan karena saya bodoh maka saya butuh sekolah! Tetapi kata bijaksana dan bebal, pintar dan bodoh, cerdas dan dungu selalu dipakai oleh orang-orang dewasa sebagai perisai untuk membela diri. Gampang menutupi kelemahan di hadapan mereka yang lemah dengan kata-kata ini. Mudah sekali seorang guru mengatakan kepada muridnya bodoh atau bebal dan sulit untuk mengakui muridnya pintar dan cerdas. Padahal tugas guru adalah mendampingi anak itu untuk menjadi manusia yang dapat memaksimalkan akal budinya. Gampang sekali orang tua menutupi kesalahannya dengan bentakan: Bego lho....bloon banget! Gampang sekali seorang anak merasa bangga dan cenderung menjadi sombong ketika mengatakan temannya otaknya kaya keledai! 

Tuhan memberi kita akal budi yang membuat kita bermartabat. Mari kita menerima sesama apa adanya. Baik orang bijaksana maupun orang bebal, orang cerdas dan dungu semuanya disayang Tuhan. Saya teringat kata-kata dari Kitab Amsal ini: "Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal itu lebih banyak dari pada bagi orang itu" (Amsal 26:12) Mari kita mengganti kata-kata kasar di atas dengan kata-kata yang menghibur,yang meneguhkan: anda hebat! anda luar biasa! Anda pasti mampu melakukannya. 

PJSDB

Renungan 20 Januari 2012

1Sam 24:3-21; Mzm 57:2.3-4.6.11; Mrk 3:13-19

Pemimpin yang memaafkan... 

Kisah Saul dan Daud berlanjut. Saul tetap memiliki rasa iri hati dan dendam terhadap Daud. Salah satu hal yang memicu adalah beda apresiasi terhadap Saul dan Daud. Saul mengalahkan beribu-ribu musuh sedangkan Daud mengalahkan berlaksa-laksa musuh.Hal-hal sepeleh ini membuat Saul memanggil 3000 pasukan untuk mencari Daud dan membunuhnya. Saul boleh merasa iri hati dan marah terhadap Daud tetapi Daud tidak membalasnya. Daud justru memaafkan Saul, menyapanya dengan kebaikan karena ia percaya bahwa Tuhan telah mengurapi Saul. Ini berarti Tuhan juga hadir dalam diri Saul. Ini sebuah model leadership: pemimpin yang bisa memaafkan lawan politiknya. 

Yesus sebagai pemimpin sejati memilih di antara para muridNya dua belas orang yang menjadi Rasul-Rasul sesuai dengan kehendakNya. Para Rasul ini bertugas untuk mewartakan Injil dan mengusir roh-roh jahat. Mereka semua dengan nama yang jelas membentuk satu keluarga yang baru bersama Yesus. Nantinya Yesus juga menegaskan tentang pentingnya damai sejahtera bagi mereka. Memaafkan atau mengampuni itu berarti melupakan orang yang melakukan kesalahan dan dosa terhadap diri kita. Tuhan sendiri melakukannya ketika mengampuni dosa-dosa kita, ketika membuang dosa-dosa ke tubir-tubir laut (Mikha 7:19). 

Selagi kita mengatakan mengampuni tetapi tetap mengingat-ingat kesalahan orang kita juga akan tetap hidup dalam rasa benci dan iri hati terhadap mereka yang bersalah. Apa untungnya hidup dalam alam kebencian dan iri hati? Mengapa bukan hidup dalam kasih dan pengampunan yang berlimpah? Tuhan Yesus memanggil dan memilih para rasul untuk menjadi pemimpin. Ia memilih sesuai dengan kehendakNya dan memberi tugas istimewa untuk mewartakan Injil dan mengusir roh-roh jahat. Panggilan dan pilihan ini menuntut komitmen orang yang dipanggil dan dipilih untuk melayani Tuhan dan sesama sampai tuntas. Seberapa besar panggilan anda membuatmu berubah dalam komitmen pribadi dan skala prioritas dalam hidupmu untuk melayani dan mengasihi? 

PJSDB

Thursday, January 19, 2012

Menjadi biji mata Tuhan

Mazmur Siang: 

Menjadi biji mata Tuhan... 


"Siapakah aku ini Tuhan. Jadi biji mataMu..." Demikian sepenggal lagu populer Ir. Niko Njotorahardjo yang dinyanyikan anak tetanggaku. Sebenarnya suaranya biasa-biasa tetapi rasanya jadi beda terutama ketika refrain lagu berjudul Kasih Setia ini diulangi kembali. Saya melihatnya dari jendela kamarku. ia menggunakan hp dan earphone sambil menyanyikan lagu ini. Karaoke ala kampung! Dari Kitab Kejadian, kita dikuatkan dan berbangga karena diciptakan oleh Tuhan sewajah denganNya: "Allah menciptakan manusia menurut gambarNya" (Kej 1:27). 

Ini berarti betapa mulianya kita di hadirat Tuhan dibandingkan dengan segala ciptaan yang lain. Perhatikanlah doa dari Mazmur berikut yang juga menunjukkan mulianya manusia di hadirat Tuhan: "Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan, Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mzm 8: 3-4) Kutipan-kutipan ini membuat kita berbangga sebagai ciptaan yang bermartabat,yang bernilai di hadapan Tuhan. Dia memperhatikan kita sebagai biji mataNya. Artinya cinta kasihNya begitu besar bagi kita yang sewajah atau segambar denganNya. 

Perhatikan lagi doa Mazmur berikut: "Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayapMu." (Mzm 17:8). Apakah kita masing-masing pernah sadara bahwa kita adalah biji mata Tuhan? 

 PJSDB

Renungan 19 Januari 2012

1Sam 18:6-9.19:1-7; Mzm 6:2-3.9-10a.10b-11.12-13; Mrk 3:7-12


Engkau Anak Allah Kecemburuan! Ini kata yang cukup tepat untuk mengatakan relasi antara Raja Saul dan Daud. Setelah Daud mengalahkan Goliat dan orang-orang Filistin dipukul mundur olehnya, Daud tentu mengalami pujian banyak orang. Para wanita Israel sendiri membandingkan Saul dan Daud: Saul mengalahkan beribu-ribu musuh sedangkan Daud mengalahkan berlaksa-laksa musuh. Tentu saja sebagai raja, Saul merasa direndahkan di hadapan seorang gembala muda yang paras eloknya itu. Saul pun ingin membunuh Daud. Tetapi atas anjuran Jonathan putra Saul bahwa Daud adalah hamba Tuhan yang tak bersalah maka Ia pun kembali diterima untuk bekerja. Daud menjadi pusat perhatian banyak orang karena Tuhan berkarya pada dirinya. 

Tuhan Yesus, Anak Daud, Anak Allah pun menjadi pusat perhatian banyak orang karena pengajaran dan tanda-tanda yang Dia lakukan. Orang-orang berdatangan dari Galilea, Yudea, Yerusalem, Idumea, seberang sungai Yordan, Tirus dan Sidon untuk disembuhkan. Roh-roh jahat pun mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Dilihat dari daerah asal orang-orang itu, Markus hendak mengatakan bahwa Tuhan Yesus menyelamatkan semua orang. Kecemburuan adalah bagian dari hidup manusia secara pribadi dan sosial. Orang menjadi cemburu ketika melihat dalam dirinya ada kekurangan sedangkan orang lain memiliki kelebihan. Orang cemburu dengan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh sesama. Pengalaman Saul yang cemburu dan berencana untuk membunuh Daud membuka pikiran kita untuk mawas diri dalam membangun relasi dengan sesama. Selalu berbuat baik kepada sesama itu nilainya lebih luhur. 

Manusia menjadi sungguh-sungguh manusia ketika ia berbangga dengan kelebihan sesamanya dengan tidak merasa inferior di hadapan sesamanya itu. Orang beriman hendaknya berbangga dengan kelebihan sesama dan bukannya berusaha untuk menghancurkannya. Orang-orang berdatangan kepada Yesus untuk disembuhkan dan menjadi percaya. Roh jahat saja mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Apakah anda yang bangga sebagai orang beriman itu sungguh-sungguh percaya pada Tuhan? Apakah anda yang bangga sebagai orang percaya sungguh-sungguh beriman? Selidikilah bathinmu! 

PJSDB

Wednesday, January 18, 2012

Kebiasaan buruk ibarat pohon...

Renungan 18 Januari 2012

1Sam 17:32-33.37.40-51; Mzm 144: 1.2.9-10; Mrk 3:1-6

Hukum kasih perlu ditegakan 


Kisah kepahlawanan Daud melawan Goliat. Daud seorang muda, tidak memiliki banyak pengalaman dalam peperangan harus mewakili Israel untuk melawan Goliat dan orang-orang Filistin. Kehadiran Daud sebagai orang muda tanpa pengalaman dalam perang melawan Goliat ini tentu amat mengherankan. Secara fisik ia sudah kalah bersaing dengan Goliat, dari segi pengalaman ia tidak pernah berperang karena ia hanya seorang penggembala ternak. Manusia boleh melihat fisik secara lahiriah tetapi Tuhan melihat kedalaman hidup dan jati diri manusia. Itu sebabnya kuasa Tuhan menaungi Daud sehingga ia berhasil mengalahkan Goliat dan kaum Filistin. Daud sendiri berkata bahwa ia mengandalkan nama Tuhan sebagai kekuatannya. Kuasa Tuhan tidak hanya dirasakan oleh Daud dalam mengalahkan Goliat dan kaum Filistin. 

Orang-orang sakit juga merasakan kuasa Tuhan sehingga mereka menjadi sembuh. Kisah orang yang mati sebelah tangannya dan disembuhkan Yesus pada hari Sabat menunjukkan betapa Tuhan Yesus menunjukkan kasihNya kepada manusia yang menderita. Tentu saja orang tidak melihat perbuatan baik Yesus dalam menyembuhkan orang sakit tetapi bahwa Yesus tidak mengindahkan hari Sabat. Hukum manusiawi ditegakan sedangkan hukum kasih dikorbankan. Sungguh dangkalnya pengalaman rohani seperti ini. Setiap individu itu berbeda satu sama lain.Itu sebabnya gampang sekali orang saling meremehkan dan yang menjadi korban adalah orang-orang kecil dan lemah. Mereka menjadi korban pelecehan dan ketidakadilan sosial dalam masyarakat. 

Kisah Daud yang mengalahkan Goliat menunjukkan betapa Tuhan menaruh kuasaNya kepada orang-orang yang dianggap remeh. Mereka justru memiliki potensi besar untuk mengubah dunia dengan kuasa Tuhan. Jadi mengapa selalu saling meremehkan? Hukum kasih adalah segalanya. Memang dalam masyarakat sosial ada aturan tertentu tetapi semua aturan itu berfungsi untuk membuat manusia menjadi sungguh-sungguh bermartabat. Adalah suatu kekeliruan fatal ketika aturan tertentu itu mengalahkan cinta kasih yang nilainya lebih universal. Tuhan memilih cinta kasih sebagai hukum untuk menyadarkan manusia bahwa Dialah sumber keselamatan. Jadi mengapa harus mengorbankan martabat manusia? Mengapa harus mengorbankan cinta kasih? 

 PJSDB

Tuesday, January 17, 2012

Mazmur Siang ini

Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu... 


"Kasihilah Tuhan, hai semua orang yang dikasihiNya! Tuhan menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjarnya dengan tidak tanggung-tanggung. Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap pada Tuhan" (Mzm 31:23-24) 

Tadi pagi saya dibangunkan oleh musik dari tetangga suara Maria Shandi dan Mieke (idiol) dengan penggalan lagu ini: ...Kuatkanlah hatimu, lewati setiap persoalan, Tuhan Yesus selalu selalu menopangmu, jangan berhenti harap padaNya: Tuhan pasti sanggup,TanganNya tak'kan terlambat 'tuk mengangkatmu.Tuhan masih sanggup, percayalah Dia tak tinggalkanmu... Tanpa sadar aku tergoda untuk ikut menyanyikannya dan merenungkan lagu ini. Ternyata sangat mendalam. Setiap orang memiliki persoalan sendiri-sendiri padahal impiannya adalah hidup bahagia dan sejahtera. Bebas dari berbagai persoalan hidup: sakit dan penyakit, utang piutang, komunikasi yang tidak beres juga ketidakharmonisan dalam keluarga dan lain sebagainya. 

Kemarin sambil menjaga mamaku di rumah sakit, seorang pasien di kamar yang lain meninggal dunia.Tangisan histeris membangunkan sebagian pasien. Aku menatap wajah mamaku. Kelihatan dia ketakutan juga. Saya tanya kepadanya kenapa wajahnya berubah. Dia hanya mengatakan tangisan orang itu membangunkan dan menakutkan. Itulah warna-warni kehidupan manusia. Apa yang harus kita lakukan? Berharaplah pada Tuhan. Dia mengasihi orang yang dikasihiNya. Dia menjaga orang yang setia kepadaNya. Orang memang harus memiliki hati yang kuat dan teguh kepadaNya karena Dia pasti sanggup melakukan segalanya dalam hidup manusia. Bagaimana sikapmu sebagai orang beriman dalam mengatasi persoalan-persoalan hidupmu? 

 PJSDB

Renungan 17 Januari 2012

St. Antonius Abas

1Sam 16:1-13; Mzm 89: 20.21-22.27-28; Luk 2: 23-28  

Tuhan memilih...   

Raja Saul ditolak karena tidak mendengar dan memperhatikan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Tentu saja Samuel bersedih.Tetapi Tuhan mengingatkan Samuel untuk tidak tenggelam dalam kesedihan melainkan pergi dan pengurapi Raja baru pilihan Tuhan. Samuel takut dengan mantan raja Saul tetapi tetapi Tuhan memberanikannya dengan dalil mempersembahkan sesajian kepada Tuhan. Samuel bertemu dengan keluarga Isai, dan melihat siapa puteranya yang dapat dipilih menjadi raja. Ternyata Tuhan tidak memilih berdasarkan besarnya fisik. Tuhan justru memilih berdasarkan kehendakNya. Daud adalah si bungsu, penggembala, wajahnya elok dan menyukakan Tuhan. Tuhan memilih manusia sesuai keinginan ilahiNya bukan berdasarkan penglihatan manusia.   

Kriteria dan cara pandang manusia seharusnya serasi dengan cara pandang Tuhan karena manusia diciptakan sewajah dengan Tuhan. Namun kesombongan manusia membuatnya berbeda dengan Tuhan. Semua aturan dan adat istiadat agama Yahudi memang dibuat untuk membantu umat Allah serasi atau sepadan dengan Tuhan. Tetapi aspek manusiawi yang dangkal lebih menguasainya. Ini adalah kesombongan rohani yang sebetulnya bertententangan dengan kehendak Tuhan. Misalnya soal berpuasa. ini hal yang baik tetapi terlampau menekankan aspek lahiria puasa sampai melupakan nilai rohaninya. Hari Sabat juga atuaran yang baik untuk menguduskan hari Tuhan tetapi terlampau mengobservasi sampai nilai rohaninya menjadi dangkal. Tuhan justru menjadi nomor dua sementara aturan hari Sabat menjadi nomor satu. Bukankah Anak manusia adalah Tuan atas hari Sabat?   

Manusia di hadirat Tuhan memiliki keluhuran martabat. Ia bernilai di hadirat Tuhan melampaui penampilan lahirianya. Itu sebabnya pilihan Tuhan selalu memilih pribadi-pribadi yang tidak terkenal menjadi terkenal. Abel, Yusuf anak Yakub, Raja Daud, Bunda Maria, adalah contoh orang-orang kecil yang tidak terkenal menjadi terkenal selamanya. Untuk itu jangan pernah merendahkan sesama di hadirat Tuhan. Mereka ciptaan yang mulia.   Sifat superfisial atau dangkal sering menjadi topeng manusia kalau berhubungan dengan hal-hal rohani. Kadang mengutamakan aturan ini atau itu demi nama baik manusia. Tuhanlah yang punya kuasa menyelamatkan manusia bukan aturan dan adat istiadat. Maka hendaknya aturan di dalam agama, tata liturgi membawa orang kepada kekudusan bukan keharuman nama manusia. 

 PJSDB

Monday, January 16, 2012

Parenting

Menjadi orang tua yang....? 

Seorang sahabat datang ke pastoran dan share dengan saya suka dan dukanya sebagai orang tua dari seorang putera semata wayang. "Pastor, susah banget jadi orang tua ya." Demikian ia berkata. "Berapa jumlah anakmu?" "Satu putera" jawabnya. "Usianya 12 tahun, kelas 2 SMP." lanjutnya. Saya bertanya,"Susahnya di mana? Bukankah punya anak itu membahagiakan?" Ia menjawab, "Bahagia tentu saja, tetapi saat ini dia tidak lagi seperti dulu. 

Melawan orang tua, malas belajar, selalu membantah, boros." Setelah banyak mendengar sharingnya saya mengatakan bahwa kita semua pernah melewati masa remaja. Masa remaja dulu berbeda dengan masa remaja sekarang. Karena itu jadilah orang tua yang baik! Pesan yang tersembunyi dari sharing ini adalah bagaimana menjadi orang tua yang sungguh-sungguh Bapa dan Mama bagi anak-anak. Saya teringat dalam Kitab Amsal tertulis demikian: "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan mendatangkan sukacita kepadamu." (Amsal 29:17) Firman Tuhan ini mempertegas panggilan sebagai orang tua dan tugas utama sebagai pendidik. Mendidik anak secara efektif di dalam keluarga akan memberikan ketentraman dan sukacita kepada orang tua. 

Apa yang harus dilakukan orang tua? National Institute of Child Health and Human Development (NICHHD) memberikan metode RPM3. RPM3 merupakann singkatan dari: Responding (menjawabi dengan tepat kehidupan anak), Preventing (mencegah perilaku-perilaku beresiko negatif), Monitoring (mengawasi interaksi anak dan lingkungannya), Mentoring (membantu secara efektif anak untuk memiliki perilaku-perilaku ayang dikehendaki), Modelling (diri orang tua sebagai model yang positif dan konsiten bagi anak-anak). Pendekatan ini mengatakan bagaimana melakukan sesuatu untuk anak-anak. Orang tua yang efektif dapat mempengaruhi anak dan perilakunya. Orang tua yang konsisten dapat menempatkan diri di mana apa yang dikatakannya sama dengan apa yang diperbuatnya. Orang tua yang aktif selalu hadir dalam kehidupan anaknya. Orang tua yang atentif selalu menaruh perhatian pada semua kebutuhan dan hal-hal yang terjadi dalam diri anaknya. Hai para orang tua di mana posisimu? 

PJSDB

Renungan 16 Januari 2012

1Sam 15:16-23; Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23; Mrk 2:18-22

Anggur baru di dalam kantong yang baru


Saul telah diurapi oleh Samuel menjadi Raja Israel. Tentu saja Israel mengharapkan perubahan terutama dalam mewujudkan hukum kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Demikian pula raja Saul diharapkan melindungi Israel dari para musuh. Hal-hal ini diharapkan Tuhan dalam diri Raja Saul. Namun Saul dan rakyat Israel tidak mendengar suara Tuhan. Ketika menaklukan orang-orang Amalek, mereka mengambil jarahan dan melakukan kejahatan di hadapan Tuhan. Hasil jarahan itu mereka persembahkan kepada Tuhan. Samuel menegur Saul dengan mengatakan bahwa yang terpenting adalah mendengar dan memperhatikan bukan korban bakar hasil jarahan itu dan lemak-lemaknya. 

Usaha menghayati hukum-hukum Tuhan kadang-kadang dilakukan secara dangkal. Dengan melakukan hal-hal lahiria maka orang berpikir sudah cukup dalam melakukan hukum-hukum Tuhan. Seharusnya segala sesuatu untuk Tuhan itu berasal dari dalam hati dan dilandasi oleh kasih yang sempurna. Berpuasa adalah hal pokok yang diperbincangkan oleh orang-orang yang melihat murid-murid Yohanes dan kaum Farisi berpuasa sedangkan murid-murid Yesus tidak berpuasa. Yesus menyebut diriNya sebagai mempelai yang sedang hadir dan membawa sukacita maka layaklah untuk tidak berpuasa. Berpuasa ketika mempelai diambil dari mereka. Kehadiran Kristus adalah sukacita besar sedangkan penderitaanNya adalah saat di mana orang berpuasa dan bertobat. Laksana anggur baru yang seharusnya menempati kantong yang baru demikian Yesus hendaknya memiliki tempat dalam hati yang baru, hati yang sudah bertobat. 

Hidup baru! Ini adalah harapan dari orang yang dibaptis, dan yang mengulangi janji babtisnya untuk mengikuti Yesus dari dekat. Konsekuensinya adalah orang harus memiliki kemampuan untuk mendengar Tuhan dan memperhatikan hukum-hukumNya terutama hukum kasih. Persekutuan dengan Tuhan Yesus sang Mempelai sejati hendaknya dirasakan sebagai sukacita yang besar. Dia laksana anggur baru yang diisi di dalam kantong baru. Anggur adalah simbol kasih Tuhan yang hendaknya memiliki tempat dalam hidup baru manusia. 

Betapa agungnya martabat manusia ketika mengenal dirjnya dengan baik dan bertobat secara radikal di hadirat Tuhan. Betapa indahnya hidup manusia ketika diselimuti oleh kasih dan pengampunan Tuhan yang tiada batasanya. Hidup baru berarti layak dihadirat Tuhan. Hidup baru berarti ada sukacita dan pengampunan Tuhan. Apakah anda merasakannya saat ini?  

PJSDB

Sunday, January 15, 2012

Homili hari Minggu II/B

1Sam 3:3b-10.19; Mzm 40: 2.4ab.7-8a.8b-9.10;1Kor 6:13c-15a.17-20; Yoh 1: 35-42


Apa Yang Kamu Cari? 


Sejak masih dalam kandungan, Samuel telah dipersembahkan Hana ibunya kepada Tuhan. Samuel diantar ibunya ke Silo. Di sana Samuel tinggal bersama Imam Eli. Dia dibesarkan dalam suasana religius. Ini adalah suatu model mencari dan menemukan Tuhan. Samuel menunjukkan pengalaman iman yang menakjubkan. Pencariannya akan Tuhan bermakna ketika dia dipanggil dan ia mendengar panggilan Tuhan. "Bersabdalah ya Tuhan, hambaMu mendengarkan." Orang yang mencari Tuhan dan menemukannya akan tinggal bersama dan dengan demikian Tuhan juga tinggal di dalam dirinya. Santo Paulus mengingatkan supaya setiap pribadi hidup murni dengan menjauhkan diri dari napsu-napsu yang mangganggu kemurnian hidup. Kesadaran yang perlu dibangun adalah setiap pribadi yang telah dibaptis adalah tempat tinggal Roh Kudus. 

Yohanes pembaptis menyiapkan para muridnya untuk mengikuti Yesus sang Anak Domba Allah. Andreas dan Yohanes mengikuti Yesus dari dekat dan Yesus bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu cari?" Sebuah sapaan yang penuh persaudaraan dan keakraban. Itu sebabnya Andreas dan Yohanes tidak takut untuk tinggal bersama Yesus bahkan mereka mencari saudara-saudara untuk datang dan tinggal bersama Yesus (misalnya Petrus). 

Hidup kita selalu ditandai dengan usaha mencari, menemukan dan memiliki. Para murid perdana memiliki pengalaman iman yang luar biasa. Mereka terbuka pada kehendak Tuhan, dan membiarkan diri mereka dibimbing oleh Tuhan. Itulah pengalaman mencari, menemukan dan memiliki Tuhan. Dia juga menyapa kita terus menerus: "Apa yang kamu cari?" Dan jawaban kita seperti para murid perdana: "Dimana Engkau tinggal? Mari kita pergi melihat dimana Ia tinggal dan kitajuga tinggal bersamaNya. 

Hidup kita juga menjadi indah ketika kita menyadari bahwa Tuhan ada di pihak kita. Dialah Imannuel, Allah beserta kita. Dengan demikian kita juga merasa bahwa Tubuh kita adalah tempat tinggal Roh Kudus. Kesadaran inilah yang mendorong kita untuk bersatu dengan Tuhan dalam segala situasi hidup kita. Permenungan kita: "Apa yang kamu cari di dunia ini?" 

PJSDB

Saturday, January 14, 2012

Renungan 14 Januari 2012

1Sam 9: 1-4.17-19.10.1a; Mzm 21:2-3.4-5.6-7; Mrk 2:13-17


Dipanggil untuk melayani


Bangsa Israel menghendaki seorang manusia menjadi raja mereka. Maka melalui Samuel Tuhan bersabda: “Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.” (1Sam 8:22). Dengan kata-kata ini tidak berarti Tuhan memilih diam. Dialah yang berinisiatif memilih raja dan yang dipilih dan diangkatNya adalah Saul, Putra Kish yang elok rupanya menjadi raja atas umatNya Israel. Pekerjaannya adalah sebagai seorang gembala keledai ayahnya. Saul diurapi oleh Samuel. Dia akan memegang tampuk pemerintahan atas umat Tuhan dan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh disekitarnya.

Tuhan memiliki inisiatif yang terus menerus untuk memanggil orang-orang tertentu sebagai mitra kerjaNya. Lewi si pemunugut cukai dipanggil Yesus untuk menjadi muridNya: “Ikutlah Aku”. Lewi sedang bekerja sebagai pemungut cukai mendengar panggilan Yesus, berdiri dan segera mengikuti Yesus. Sebagai tanda panggilan dan perubahan radikal Lewi dalam hidupnya, Yesus makan bersama di rumahnya. Ini mengundang pertentangan di antara orang Farisi karena melihat Yesus akrab dengan orang berdosa dan pemungut cukai. Tetapi Yesus menegaskan bahwa Ia datang untuk memanggil orang berdosa dan menyelamatkannya.

Dua kisah yang menggambarkan bagaimana Tuhan memiliki inisiatif pertama untuk memanggil dan memilih orang-orang tertentu untuk menyelamatkan banyak orang. Saul seorang pemuda yang baik dan berani menjawabi panggilan Tuhan untuk menjadi raja Israel. Raja adalah pelayan bagi umat Tuhan. Lewi berubah menjadi Matius. Ini sebuah panggilan dan perubahan yang radikal dalam hidup pribadinya. Ia menjadi salah satu rasul dan namanya diabdikan sebagai penulis injil. Sikapnya yang patut dicontohi adalah mendengar panggilan, segera mengikuti Yesus dan persaudaraan dalam perjamuan.

Tuhan juga memiliki inisiatif pertama untuk memanggil kita sesuai keadaan hidup kita yang nyata. Dia menentukan kita untuk menjadi diri kita yang sebenarnya di hadapanNya. Dia mengurapi kita dengan kasihNya tanpa batas untuk melayani sesuai dengan kehendakNya. Maka bersyukurlah atas panggilan dan pilihan Tuhan dalam hidup. Entah menjadi apa diri kita, itu adalah kehendak Tuhan bukan kehendak kita sendiri. Teguh dan setialah dalam panggilanmu. Apakah anda mau?

PJSDB

Friday, January 13, 2012

Kesaksian Hidup


Kesaksian hidup:





"Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkanNya, Aku akan membentenginya,sebab ia mengenal namaKu" (Mzm 91:14)



Seorang sahabatku dikagetkan dengan hasil pemeriksaan dokter yang mengatakan dia mengalami penyakit kanker darah stadium 4. Dia merasa seperti mimpi buruk. Dia sempat merasa sakit tapi tidak percaya bahwa ada penyakit yang berbahaya dan mematikan seperti itu. Dia kembali ke rumah dengan beban yang berat dan langsung menurun drastis fisiknya. Di saat yang sulit itu Ia merasa bahwa hanya pada Tuhan ia dapat berlindung dan memperoleh kesembuhan. Siang dan malam ia berdoa dan berharap Tuhan pasti sanggup melepaskannya dari sakit penyakit yang ia alami.



Dia juga berjanji untuk berdevosi kepada Bunda Maria, dan menerima komuni kudus setiap hari. Hanya ada satu harapan: Tuhan pasti sanggup menyembuhkannya!



Enam bulan kemudian, ia pergi memeriksa kembali kesehatannya dan dokter mengatakan: Aneh! Saya tidak menemukan satu penyakit apa pun di dalam darahmu. Padahal 6 bulan sebelumnya dokter itu mengatakan dia "hanya menghitung hari".



Ketika kembali ke rumah ia mengingat mazmur ini:



"Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkanNya, Aku akan membentenginya,sebab ia mengenal namaKu" (Mzm 91:14)



Dia merasa selama ini hatinya melekat pada Tuhan dan Tuhan telah meluputkannya.



Tuhan kita mahapengasih dan penyayang. Ia sanggup melepaskan sakit penyakit kita. Percayalah karena Dia tidak akan meninggalkanmu.



PJSDB

Renungan 13 Januari 2012

1 Sam 8:4-7.10-22a;Mzm 88:16-19; Mrk 2:1-12



Saling mengampuni dan menyembuhkan

Generasi pelupa. Manusia cepat lupa diri. Inilah kalimat-kalimat yang sering didengar  dalam masyarakat. Ternyata dari dulu salah satu sifat manusia yang menonjol adalah gampang lupa akan kebaikan orang. Bangsa Israel pun memiliki pengalaman yang sama. Setelah mereka dipimpin oleh para hakim, muncullah pikiran mereka untuk membentuk sebuah bangsa yang dipimpin oleh seorang raja. Raja mereka adalah seorang manusia biasa. Ini berarti mereka dapat mengatur diri mereka sendiri tanpa perlu pertolongan dari Tuhan. Bangsa Israel melupakan jati diri mereka bahwa mereka milik Tuhan. Tuhanlah yang mengeluarkan mereka dari perbudakan Mesir. Tuhanlah yang memimpin dan mendampingi mereka dalam hidup mereka setiap hari.

Penginjil Markus terus menampilkan Yesus sebagai tabib yang benar. Reputasi Yesus  sangat cepat menyebar dari Galilea ke seluruh pelosok karena Ia mampu menyembuhkan dan mengampuni dosa-dosa manusia. Seperti ada “gossip net work” karena ketika mendengar bahwa Yesus berada di rumah (mungkin rumahnya Petrus) semua orang yang sakit berdatangan seperti domba tanpa gembala. Ini menandakan bahwa Kerajaan Allah yang ditawarkan kepada manusia adalah Kerajaan kasih dan pengampunan. Ada kepedualian yang mendalam dari pihak Allah bagi manusia yang sakit dan berdosa. Ini juga yang menjadi kerinduan bagi banyak orang untuk mengalami Kerajaan kasih dan pengampunan.

 Satu hal yang menarik dari peristiwa penyembuhan ini adalah iman. Empat orang yang membawa orang lumpuh itu memiliki iman kepada Yesus dan mereka percaya bahwa Yesus akan menyembuhkan teman mereka. Berbagai usaha mereka lakukan untuk dapat bertemu dengan Yesus. Yesus melihat iman mereka sehingga Dia dapat menyembuhkan dan mengampuni orang lumpuh itu.

Hidup kristiani menjadi bermakna ketika setiap pribadi  dapat masuk dan merasakan sendiri Kerajaan kasih dan pengampunan Tuhan. Ini berarti setiap pribadi harus mengimani Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan juru selamat. Dialah yang melihat iman kita sehingga tergerak oleh belaskasih Ia mau menyembukan dan mengampuni kita.

Hidup kristiani juga semakin bermakna ketika semua orang merasa sebagai saudara dan saling menyembuhkan. Pemazmur berkata: “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” (Mzm 133:1). Mari kita belajar menjadi saudara yang saling menyembuhkan dan mengampuni. Mungkinkah anda melupakan kasih dan pengampunan Tuhan?

PJSDB

Thursday, January 12, 2012

Renungan 12 Januari 2012

1Sam 4:1-11; Mzm 44:10-11.14-15.24-25; Mrk 1:40-45 


Tuhan Setia selamanya 


Israel dan Palestina. Dua bangsa yang memiliki konflik berkepanjangan hingga saat ini. Akar konfliknya adalah kesombongan manusiawi.Di satu pihak Israel mengklaim bahwa teritori yang mereka tempati adalah pemberian dari Tuhan kepada nenek moyang mereka. Sementara Palestina juga berangapan bahwa teritori yang mereka tempati adalah warisan leluhur mereka. Selagi tidak ada titik temu yang jelas maka konflik itu akan tetap ada. 

Kitab Pertama Samuel memberi kesaksian akan konflik yang dialami oleh nenek moyang kedua bangsa ini. Kaum Filistin berseteru dengan kaum Ibrani. Peperangan antara kedua etnis yang bermigrasi ke tanah Kanaan ini dimenangkan oleh kaum Filistin. Banyak korban jiwa dari pihak kaum Ibrani. Pengalaman ini membuat para tua-tua Ibrani mengingatkan seluruh bangsanya untuk membangun kembali kesetiaan kepada Yahve yang hadir di tengah-tengah mereka. Simbol yang menunjukkan kehadiran Yahve adalah Tabut Perjanjian.  

Injil Markus mengisahkan penyembuhan seorang yang sakit kusta. Orang kusta zaman itu biasanya dibuang dari komunitas karena penyakit kulit yang mereka alami. Penyakit kulit itu menajiskan. Dia dengan berani datang pada Yesus dan memohon kesembuhan dan Yesus menyembuhkannya. Yesus lalu mengingatkan dia supaya menunjukkann diri pada imam dan mempersembahkan pesembahan sesuai hukum Taurat. Dengan demikian ia bisa diterima kembali dalam komunitas. Namun dia justru mewartakan bahwa Yesuslah yang menyembuhkannya. Akibatnya Yesus ditolak dan harus tinggal diluar kota. 

Menjadi orang yang setia selama-lamanya itu tidak mudah. Kita boleh berjanji dihadapan Allah dan Injil untuk setia dalam hidup sesuai dengan panggilan tetapi selalu ada tantangan untuk menggagalkan kesetiaan. Banyak di antara kita yang tidak setia dalam panggilan. Sangat mudah mengingkari janji setia kita di hadapan Tuhan. 

Apa yang harus kita lakukan? Hendaknya kita merasa membutuhkan Tuhan. Tuhan itu setia selamanya kepada kita meskipun kita tidak setia. Mari membuka diri kita di hadiratNya dan biarkanlah Dia berkarya di dalam hidup kita. Dia melakukan segalanya bagi kita. Renungkanlah: Apakah anda setia dalam panggilanmu? 


 PJSDB

Wednesday, January 11, 2012

Renungan 11 Januari 2012


1Sam 3:1-10.19-20; Mzm 40:2.5.7-10; Mrk 1:29-39


Semua orang mencari Engkau!


Kisah Samuel berlanjut. Sesuai dengan janjinya, Hana mempersembahkan Samuel kepada Yahve. Maka sejak kecil Samuel tinggal di Silo bersama imam Eli. Siang dan malam Samuel melayani Tuhan namun ia sendiri belum mengalami pewahyuan Tuhan. Ia mendengar suara yang yang memanggil namanya tetapi ia sendiri memerlukan imam Eli untuk memahami panggilan itu. Imam Eli membantu Samuel untuk mengerti panggilan Tuhan. Samuel makin besar dan Tuhan menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firmanNya itu gugur. Dia menjadi nabi di Israel.

Yesus tidak hanya memiliki kuasa dalam mengajar dan membebaskan orang dari kuasa roh jahat. Ia juga membebaskan umat manusia dari sakit penyakit yang mereka alami. Ia selalu siap melakukan karya penyembuhan ketika orang juga terbuka untuk percaya bahwa dirinya dapat disembuhkan oleh Yesus. Ibu mertua Petrus adalah contoh orang yang terbuka pada Yesus. Ia disembuhkan dan sebagai jawaban atas kesembuhannya ia pun melayani Yesus.

Karya penyembuhan dan pembebasan dari roh jahat membuat semakin banyak orang datang pada Yesus untuk disembuhkan. Melihat itu Simon Petrus mengatakan kepada Yesus: "Semua orang mencari Engkau". Yesus mempertegas misinya dengan mengatakan kesiapannya untuk berkeliling mewartakan Injil dan menyembuhkan banyak orang. Meskipun sangat sibuk dengan karya-karyaNya, Yesus tetap bersatu dengan Bapa. Segala puji dan syukur dipersembahkanNya kepada Bapa diSurga.

Hidup ini menjadi sempurna bukan semata-mata usaha dan kekuatan diri pribadi kita. Sesama di sekitar kita memiliki kekuatan tersendiri untuk membantu kita berkembang menjadi manusia. Contoh, Samuel dapat menjadi nabi di Israel karena Tuhan menggunakan imam Eli untuk menyadarkannya akan panggian Tuhan. Ibu mertua Petrus menjadi sembuh karena ada orang di sekitarnya yang memberitahukan Yesus sehingga Yesus menyembuhkannya.

Kita juga belajar dari Yesus yang selalu bersyukur kepada Bapa setiap kali melakukan suatu karya tertentu. Ia mencari keheningan dan bersatu dengan Bapa dalam doa. Terkadang kita lupa bersyukur kepada Tuhan karena kita berada di zona nyaman. Hidup berkelimpahan, tak memiliki masalah apa pun. Kita akrab dengan Tuhan ketika pergumulan hidup dan masalah-masalah menguasai hidup kita. Dalam setiap saat kehidupanmu, bersyukurlah senantiasa. 

PJSDB

Tuesday, January 10, 2012

Renungan 10 Januari 2012

1Sam 1:9-20; Mzm 1 Sam 2:1.4-8; Mrk 1:21-28



Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa



Kitab I Samuel diawali dengan kisah kelahiran Samuel. Elkana berasal dari Ramataim Zofim daerah pegunungan Efraim. Ia memiliki dua isteri yaitu Hana dan Penina. Penina mempunyai anak sedangkan Hana tidak mempunyai anak. Akibatnya Penina seringkali menyakiti hati Hana. Hana lalu pergi ke imam Eli di Silo untuk berdoa memohon supaya  Tuhan memberikan kepadanya seorang anak laki-laki yang nantinya dapat dipersembahkan kepada Tuhan. Hana hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki dan dinamai Samuel artinya aku telah memintanya dari Tuhan.


Penginjil Markus mengisahkan Yesus yang penuh dengan Roh Kudus bersama para murid perdanaNya masuk ke dalam sinagoga di Kapernaum pada hari Sabat. Ia tampil sebagai seorang guru dan pembebas. Sebagai guru ia mengajar dan banyak orang menjadi takjub mendengar pengajaranNya. Sebagai pembebas, Ia menunjukkan kuasaNya dengan mengalahkan roh jahat yang menguasai seorang di dalam Sinagoga. Roh jahat itu mengakui Yesus sebagai Yang Kudus dari Allah. Kuasa Yesus ditunjukkan dengan membentak roh itu dan mengusirnya keluar. Peristiwa ini mengundang pembicaraan banyak orang sekaligus ketakjuban banyak orang atas kuasa Yesus.


Hendaknya hidup kristiani ditandai dengan kepasrahan diri pada rencana Tuhan di dalam diri setiap pribadi. Patuh kepada kehendak Tuhan mendatangkan sukacita yang besar sebaliknya kesombongan manusiawi akan mendatangkan maut. Kepatuhan pada kehendak Tuhan membuat orang dapat bersyukur atas segala anugerah yang diterima dari Tuhan.


Hidup Kristiani menjadi bermakna ketika setiap pribadi yang mengikuti Kristus merasa bahwa menjadi pengikut adalah sebuah panggilan bukan karena alasan-alasan lahiria belaka. Panggilan itu membuat orang berkomitmen untuk percaya, takjub dan patuh kepadaNya. Panggilan itu juga membuat setiap pribadi siap menularkan ketakjubannya akan Yesus Kristus kepada semua orang  dan segala ciptaan. Buktikanlah ketakjuban anda akan Yesus saat ini juga!

PJSDB 

Monday, January 9, 2012

Homili Pembaptisan Tuhan/B

Pembaptisan Tuhan
Yes 55:1-11 atau Kis 10:34-38; Mzm 29: 1-2.3-4.9-10; Mrk 1:7-11



Engkaulah AnakKu yang Kukasihi



Pesta Pembaptisan Tuhan merupakan hari terakhir dalam masa natal. Semua peristiwa natal yang diceritakan dalam Injil, pesan-pesan natal yang disampaikan lewat homili baik dalam ekaristi maupun ibadat natal bersama perlu diterapkan secara nyata dalam hidup pribadi maupun hidup bersama.

Sabda Tuhan dalam perayaan Pembaptisan ini membantu kita untuk mengerti dengan baik misi Yesus di atas dunia. Yesaya mengingatkan kita bahwa untuk dapat masuk dalam Perjanjian Kekal orang perlu memiliki kesadaran bahwa di hadirat Tuhan ia miskin dalam Roh, haus akan Firman Tuhan, lapar akan kehadiran Tuhan. Sikap bathin seperti ini membuat kita hanya punya satu harapan akan penyelenggaraan Tuhan di dalam hidup ini. Tuhanlah yang memenuhi semua kebutuhan hidup kita. Tuhan adalah andalan kita.

Pembaptisan Tuhan Yesus bagi Markus adalah sebuah “Epifania” baru karena menunjukkan bahwa Yesus sebagai Anak yang dikasihi Allah. Ia berusia 30 tahun dan harus mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan kehendak Bapa. Untuk itu Dia datang dari Galilea ke Yudea kepada Yohanes untuk dibaptis. BagiNya, Yohanes adalah seorang yang sederhana, jujur, bermatiraga dan layak menjadi contoh bagi banyak orang. Ia bergabung dengan orang-orang berdosa untuk dibaptis dan nantinya Dialah yang akan membaptis dengan Roh. Di sini, Allah selalu memiliki rencana untuk menyelamatkan manusia melalui manusia sebagai pintu masukNya. Peristiwa Pembabtisan Yesus juga ditandai dengan hadirnya Roh Kudus yang turun dalam rupa burung merpati. Dan suara dari Bapa di Surga lebih mempertegas identitas Yesus: “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan.”

Pembaptisan Tuhan membuat kita menjadi sadar akan kasih Allah tanpa batas. Ia memberikan segalanya bagi kita. Iman kepada Allah Tritunggal juga diteguhkan. Yesus sang Putera dibaptis, Roh Kudus menunjukkan Pribadi Yesus dan Bapa yang mengakuiNya sebagai Anak yang Ia kasihi dan semua kasih itu ada padaNya. Kita adalah ahli waris kasih itu sendiri. Mari kita menerima Yesus dalam hidup ini. Mari kita menerima Roh yang menguduskan kita. Mari kita menerima Bapa yang mengasihi tanpa batas, yang selalu berkata kepada kita masing-masing juga: "Engkaulah anak yang Kukasihi.."
PJSDB

Sunday, January 8, 2012

Homili Pesta Penampakan Tuhan/B

Epifania
Yes 60:1-6; Mzm 71:1-2.10-11.12-13;Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12


Kami telah melihat bintangNya di Timur

Hari ini Gereja merayakan pesta penampakan Tuhan. Sebutan lainnya adalah Pesta Tiga Raja, Epifani dan Pesta Natal Bangsa-Bangsa. Para Sarjana dari Timur datang mencari Yesus dengan sukacita untuk menyembahNya. Mereka pun membawa bahan persembahan untuk bayi Yesus berupa emas, kemenyan dan mur. Yesus adalah Raja Damai yang memanggil para Sarjana dengan cahaya bintangNya. Para Sarjana ini mewakili bangsa-bangsa yang berjalan dalam kegelapan menuju kepada cahaya sejati dan abadi.

Bangsa Israel mengalami pengalaman pahit di Babel. Dengan bantuan Tuhan mereka kembali ke Yerusalem. Ini merupakan pengalaman akan Allah bagi mereka. Terang kemuliaan Tuhan terbit atas mereka. Oleh karena itu Yesaya mengingatkan bahwa mereka dipanggil untuk memberi kesaksian sehingga bangsa-bangsa dapat menyembah dan memashyurkan Tuhan. Bangsa-bangsa bukan Yahudi berduyun-duyun ke Sion tempat Tuhan bertakta dan menyinarkan terangNya. Paulus mempertegas nubuat Yesaya ini bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh serta peserta dalam janji yang diberikan  dalam Kristus Yesus.” Karena iman kepada Kristus, kita juga telah menerima Roh Kudus. Dengan demikian kita menjadi milik Allah dan dipanggil untuk memuji kemuliaanNya. Karena Kristus, semua orang menjadi satu.

Hari ini kita merayakan Natal para bangsa. Bangsa-bangsa diwakili oleh ketiga sarjana yang dikenal dengan nama Gaspar, Melkhior dan Baltazar bersukacita karena mereka juga memiliki hak untuk menyembah Yesus di Bethlehem. Persembahan-persembahan mereka sangat bermakna. Emas yang dipersembahkan menunjukkan kemuliaan Yesus sebagai Raja. Dupa menunjukkan martabat ilahiNya dan Mur menunjukkan bahwa Yesus juga akan wafat (Mur dipakai untuk merawat jenasah). Yesus mempersatukan semua bangsa. Iman akan Yesus menyatukan semua orang.

Kita semua menyerupai para majus yang melihat cahaya bintang Yesus dan datang untuk menyembahNya. Kita mempersembahkan diri kita seadanya, kelebihan dan kekurangan kita dengan penuh sukacita. Mari kita menampakan cahaya Kristus bagi sesama.
PJSDB

Saturday, January 7, 2012

Renungan 7 Januari 2012

1Yoh 5:14-21; Mzm 149:1-6a.9b; Yoh 2:1-12

Berbicara tentang atau berbicara dengan?



Kana atau sekarang dikenal dengan nama Kafr Kana adalah sebuah kampung yang letaknya tidak jauh dari Nazaret. Di tempat itulah Tuhan Yesus membuat mujizat pertama sekaligus menyatakan kemuliaanNya. Tokoh yang bekerja di belakang layar sehingga terjadi mujizat ini adalah Bunda Maria. Ia peka dengan situasi pesta terutama tuan pesta yang “kehabisan anggur.” Meskipun Yesus berkata “saatku belum tiba” tetapi Maria percaya bahwa Puteranya akan melakukan sesuatu maka ia berkata kepada para pelayan: “Apa yang ia katakan kepadamu, buatlah!” Yesus membawa anggur baru di dalam keluarga baru.

Anggur adalah simbol cinta kasih Tuhan. Persekutuan antar pribadi di dalam keluarga diikat oleh cinta kasih Tuhan sendiri. Anggur membuat pesta sukacita ini menjadi lebih bermakna: “Engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang”. Demikian juga kehadiran Kristus sebagai sumber cinta kasih membuat keluarga atau komunitas lebih bermakna. Dikatakan demikian karena setiap pribadi merasa dipersatukan atau diikat oleh cinta kasih Tuhan. Jadi meskipun mereka adalah pribadi-pribadi yang berbeda namun cinta kasihlah yang menghancurkan perbedaan-perbedaan  sehingga yang ada hanyalah persekutuan.

Rasul Yohanes melihat di dalam komunitasnya terdapat pribadi-pribadi yang berbeda. Ada pribadi yang tulus dan layak di hadapan Tuhan, ada yang anti kristus, ada yang membuat dosa yang tidak mendatangkan maut dan ada juga yang membuat dosa yang mendatangkan maut. Terhadap mereka ini, Yohanes menasihati supaya saling mendoakan. Yohanes mengajak untuk mendoakan orang berdosa karena ia menyadari bahwa kita semua lahir dari Allah dan tidak mengenal dosa. Apalagi Yesus sendiri datang ke dunia menebus dosa-dosa kita.

Hidup kita akan bermakna ketika kita saling mendoakan dan meneguhkan. Maka kalau anda mengetahui seseorang yang memiliki kelemahan atau dosa, doakanlah supaya ia kuat dalam mengatasi kelemahannya. Berikanlah peneguhan kepadanya. Memang gampang sekali kita berbicara tentang pribadi dan kelemahannya kepada orang lain dan sulit sekali berbicara dengan pribadi itu untuk berubah. Anda sekarang dihadapkan pada dua pilihan: berbicara tentang pribadi itu atau berbicara dengan pribadi itu.
PJSDB