Monday, December 24, 2012

Homili Misa Malam Natal Tahun A-B-C

Misa Malam Natal
Yes 9:1-6
Mzm 96:1-3.11-13.
Tit 2:11-14
Luk 2:1-14

Berjumpa dengan sang Bayi Yesus!

Sebuah keluarga merindukan kelahiran anak pertama. Siang dan malam ibunya mengelus perutnya sambil berkata, “Aku sayang engkau anakku”. Kadang-kadang kontak bathin ibunya membuat anak di dalam rahimnya melonjak kegirangan. Ia menghitung hari kehamilannya dengan sukacita. Oleh karena sangat mengasihi anak di dalam rahimnya maka ibu itu harus menjaga dirinya baik-baik, makanan yang dimakan juga istimewa, konsumsi obat-obatan juga selalu dengan kontrol dokter. Ibu menjaga anak dalam rahim seperti ia menjaga dirinya sendiri. Ini sebuah model kasih yang benar: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im 19:18). Ketika anak itu dilahirkan, ibunya memperhatikan perbedaan dan kesamaan dengan dirinya. Ada sukacita terpancar dari matanya. Semua orang berdatangan dan menyalaminya. Bayi yang lahir mempersatukan semua orang. Ia laksana terang yang menerangi seluruh keluarga dan kerabat.

Pada malam hari ini saat yang dinanti-nantikan akhirnya tiba juga. Kalau dalam dunia Perjanjian Lama, orang menanti kedatangan Mesias berabad-abad. Tuhan berulang kali berbicara dengan manusia dengan perantaraan para nabiNya. Pada akhirnya janji Tuhan itu terlaksana sempurna dalam diri Yesus Kristus. Pada saat ini di dalam liturgi Gereja kita memiliki masa adventus yang lamanya hanya empat minggu. Dalam masa adventus kita mengisinya dengan pertemuan untuk mendalami iman katolik di lingkungan-lingkungan, melakukan perbuatan amal kasih dan pertobatan pribadi. Terkadang hanya dalam waktu empat minggu umat katolik protes atau lelah menunggu. Tidak aktif dalam pertemuan untuk mendalami iman dengan seribu dua alasan. Padahal permenungan untuk mendalami iman katolik itu berfungsi untuk menyiapkan kita secara pribadi merayakan natal dengan sukacita. Sukacita dalam arti memiliki hati yang bersih.

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama menggambarkan bagaimana situasi umat terpilih yang masih diliputi suasana dosa. Mereka dipimpin oleh raja yang tidak beriman kepada Tuhan. Yesaya menyamakan mereka dengan sebuah bangsa yang berjalan dalam kegelapan. Dalam situasi yang tidak menentu ini maka Tuhan menjanjikan keselamatan dengan kelahiran seorang Putra. Kelahirannya ini laksana terang yang menerangi mereka semua. Yesaya menulis: “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan, telah melihat terang yang besar; terang telah bersinar atas mereka yang berdiam di negeri kekelaman”. Berita tentang terang membuat semua orang bersukacita di hadapan Tuhan. Tuhan menjadi Mesias yang membebaskan bangsa terpilih ini dari aneka belenggu.

Berita sukacita yang lebih besar lagi, bukan hanya sekedar terang adalah kelahiran seorang anak, seorang Putera yang diberikan Tuhan kepada umat kesayanganNya. Ia memiliki kekuasaan istimewa dan akan disebut: Penasihat Allah, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai. Kuasanya akan besar dan tanpa akhir. Memang Tuhan adalah penguasa segalanya. Dialah Alfa dan Omega bagi segala ciptaan.

Nubuat Tuhan melalui nabi Yesaya bukan hanya sekedar kata-kata kosong. Nubuat itu terpenuhi dan menjadi nyata di dalam diri Yesus Kristus. Paulus dalam suratnya kepada Titus menulis, “Saudaraku terkasih, sudah nyatalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia. Kasih karunia itu mendidik kita agar meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan agar kita hidup bijaksana adil dan beribadat sambil menantikan penggenapannya dalam diri Yesus Kristus.” Bagi Paulus, Yesus sendiri menunjukkan teladan dengan menyerahkan diriNya bagi manusia. Dia menguduskan semua orang berdosa untuk layak di hadirat Tuhan. Pokok pikiran yang mau ditegaskan Paulus di sini adalah bahwa kasih karunia Allah sudah nyata bagi semua orang!

Betul, kasih karunia Allah nyata di dalam diri Yesus Kristus, Putra Allah. Rencana Allah untuk menyelamatkan manusia menjadi nyata dalam sejarah. Penginjil Lukas menulis warta kelahiran Yesus sesuai keadaan sosial politik yang terjadi saat itu. Artinya bahwa Allah sungguh masuk dalam sejarah kehidupan manusia. Dia berinkarnasi, menjadi manusia yang miskin supaya manusia menjadi kaya di hadirat Bapa. Situasi penuh kesederhanaan digambarkan sebagai warta sukacita hingga kita semua pada zaman ini. Para saksi kelahiran hanya Bunda Maria, seorang wanita sederhana, Yusuf sang tukang kayu yang nantinya menjadi Bapa pemelihara, para gembala dan ternak mereka.

Kelahiran Yesus merupakan suatu kesukaan besar. Tanda yang nyata sebagai kesukaan besar adalah diri Yesus sebagai bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaring di dalam palungan. Kelahiran Yesus menjadi kesukaan besar juga karena dengan demikian Allah dimuliakan di tempataNya yang mahatinggi, Damai sejahtera di bumi juga menjadi milik orang-orang yang berkenan padaNya.

Pertanyaan bagi kita saat ini adalah apa makna Natal bagi kita?

Pertama, Natal bukan hanya sekedar sebuah pesta yang sudah bercampur dengan nilai-nilai komersil. Barang-barang di toko diselimuti warna-warni tertentu bertuliskan Merry Christmas akan berubah nilai jualnya. Apalagi kalau ada gambar Santa Klaus maka nilai jualnya semakin berubah. Natal seperti ini sangat duniawi dan tidak kristiani. Natal adalah peristiwa keberpihakan Allah bagi manusia yang berdosa. Manusia yang oleh Yesaya, hidup dalam kegelapan akan melihat terang yang datang dari Tuhan sendiri (Bacaan I). Manusia menyadari kasih karunia yang nyata  bagi semua orang (Bacaan II). Manusia sederhana yang terbuka, yang memiliki damai yang tidak berkesudahan dari Tuhan (Injil).

Kedua, Natal adalah peristiwa manusia yang merasakan kasih karunia Tuhan berbela rasa dengan sesama yang menderita. Paulus dalam bacaan kedua mengatakan kepada Titus supaya setiap orang percaya meninggalkan kefasikan, keinginan-keinginan duniawi, hidup bijaksana, adil serta beribadat. Natal memiliki daya mengubah secara radikal pola pikir dan pola tindak manusia. Apakah ada rasa empati bagi orang yang mengalami natal dengan sesama yang saat ini sakit, mengalami musibah banjir, yang mengalami ketidakadilan sosial dalam masyarakat?

Ketiga, Natal membawa damai dari Tuhan bagi semua orang percaya. Tuhan berjanji dalam bacaan pertama akan memberi seorang anak dengan gelar: Penasihat Allah, Allah Yang Perkasa, Bapa yang kekal, Raja damai. Yesus adalah Raja damai, kesukaan besar bagi umat manusia. Damai bagi orang yang berkenan mengalami damai Tuhan.

Kiranya natal tahun ini membawa kita ke jalan yang benar. Kita menjadi pribadi-pribadi yang tidak mengkomersilkan Tuhan tetapi menjadi pribadi yang sederhana sebagaimana diteladani Yesus sendiri. Natal juga membuat kita lebih solder lagi dengan sesama kita. Celakalah kalau dalam masa natal ini kita tertawa di atas penderitaan orang lain! Mari kita mewartakan kesukaan besar kelahiran Yesus bagi umat manusia.

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau lahir bagiku. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment