Saturday, December 22, 2012

Renungan 22 Desember 2012

22 Desember
1Sam 1:24-28
Mzm (1Sam) 2: 1.4-5.6-7.8abcd
Luk 1:46-56

Segala keturunan menyebut aku bahagia!

Ada sebuah benih kecil yang tercecer dan tidak dipedulikan orang. Keadaan ini membuat benih juga merasa rendah diri dan kehilangan rasa percaya diri. Pada suatu hari ada angin kencang di daerah itu maka benih pun diterbangkan angin ke suatu tempat yang baru. Kini ia berada di sebuah lahan terbuka dan mengalami panasnya matahari, dan dinginnya hujan. Setelah dua puluh tahun, pada suatu hari benih yang sudah menjadi sebatang pohon besar itu mendengar ucapan seorang pria di dekatnya: “Tuhan, saya mengucap syukur kepadamu di siang hari ini. Engkau telah memberikannya sebagai pelindung bagiku”. Pohon itu mendengar dan bertanya kepadanya: “Apa yang anda katakan?”  Benih yang sudah menjadi pohon itu berpikir bahwa sang pria itu sedang mengolok-oloknya. Ia berkata, “Saya ini hanya sebutir benih kecil, bagaimana mungkin anda mengatakan bahwa saya telah melindungimu untuk beristirahat?” Pria itu bertanya, “Benih? Apakah anda  sedang bercanda? Anda bukan lagi sebutir benih tetapi sudah menjadi sebatang pohon besar. Anda bukan lagi sebutir benih kecil dan tidak diperhatikan, tetapi sudah menjadi sebatang pohon yang diperhatikan banyak orang”

Kalau masuk dalam pengalaman hidup setiap hari, kita juga pernah menjadi benih kecil yang tidak diperhatikan. Saya sendiri dapat membandingkan diri saya sendiri sebelum masuk seminari hingga menjadi imam. Sebelumnya orang juga tidak mengenal, ada yang mengenal tetapi dengan ragu-ragu mengatakan, “Apakah dia bisa?” dan ada yang mengenal dan percaya bahwa Tuhan betul-betul memanggil saya menjadi imam. Ini adalah pengalaman benih yang terlupakan dan sekarang sudah menjadi pohon yang melindungi. Anda juga pernah menjadi benih, pernah mengalami panas teriknya matahari kehidupan, hujan dan badai tetapi kini menjadi pohon yang melindungi bahkan memberi makan banyak orang.

Bacaan-bacaan suci pada hari ini menghadirkan figur dua ibu yang melahirkan anak-anak yang istimewa. Di bacaan pertama,  Samuel menceritakan masa lalunya. Hana, ibunya pernah merasa memiliki beban sebelum Samuel dilahirkan. Ia berdoa dan bernazar di rumah Tuhan di Silo bahwa kiranya Tuhan memperhatikan doanya dan berjanji akan membaktikan anak itu kepada Tuhan. Maka beberapa saat setelah Samuel, anaknya lahir, ibunya membawanya ke rumah Tuhan di Silo, untuk mewujudkan janjinya kepada Tuhan. Anak itu akan tinggal dengan imam Eli dan ia akan  melayani Tuhan.  Persembahan seperti lembu  berusia 3 tahun, satu tepung efa dan sebuyung anggur. Luar biasa Hanna, ibunda Samuel. Dia sungguh-sungguh mewujudkan kaulnya di hadirat Tuhan. Samuel artinya “dia yang berasal dari Allah” Tindakan orang tua Samuel membuat kita semakin berpasrah dan memberi diri sepenuhnya kepada Tuhan. Kita berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya.

Dalam bacaan Injil Figur Bunda Maria ditampilkan. Setelah berdialog dengan Elizabeth maka Maria mengagungkan Tuhan dengan Magnificatnya. Dalam Magnificat ini Bunda Mara melihat masa lalunya ibarat benih di atas. Dia hanya wanita sederhana di Nazareth, tidak terkenal tetapi Tuhan berkenan memanggilnya menjadi ibu Yesus sang penebus. Maria berkata, “Sesungguhnya mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia? Mengapa Maria akan disebut berbahagia? Maria patuh kepada Tuhan maka secara turun temurun orang mengenal dan mencintainya. Kita pun dalam sapaan doa Salam Maria kita mau mengatakan bahwa Bunda Maria berbahagia. Kebahagiaan terbesar adalah karena dia rela menjadi Bunda bagi Yesus sang Penebus.

Mari kita mengikuti teladan Hanna dan Bunda Maria. Mereka telah membuktikan bahwa iman itu penting sebagaimana dikatakan Yesus di dalam Injil bahwa iman sebesar biji sesawi pun dapat memindahkan gunung (Mat 17:20). Biji sesawi sekecil apa pun benihnya akan menjadi pohon besar. Demikian iman kita hendaknya bertumbuh menjadi semakin besar, hari demi hari. Sabda Tuhan juga membantu menyadari bahwa kita berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya. Dialah Allah kita dan kita umat yang disayangiNya.

Kita juga patut bersyukur kepada Tuhan karena pengalaman kita hari ini berbeda dengan pengalaman kemarin. Kemarin kita hanya benih kecil, sekarang sudah menjadi pohon besar, yang melindungi dan memberi diri untuk kebahagiaan orang lain. Apakah anda bahagia dalam melayani sesama? Ingat, jadilah pribadi terbaik sehingga semua orang dapat menyapamu "berbahagia". 

Doa: Tuhan, semoga hari ini menjadi hari bahagia bagi kami. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment