Hari Jumat, Pekan Adven II
Yes 48: 17-19
Mzm 1:1-2.3.4-6
Mat 11:16-19
Akulah yang menuntun engkau!
Hari ini kita memperingati St.
Yohanes dari Salib. Yohanes dari Salib lahir di Fontiveros, Spanyol, 24 Juni
1542. Ketika masih kecil ia dikenal dengan nama Juan de Yepes. Masa kecilnya
indah karena berada dalam suasana rohani yang bagus. Ia dibantu ibunya untuk
mengenal Bunda Maria dan mencintainya, Ekaristi untuk mengenal lebih dalam
Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi. Pada usia 21 tahun ia diterima sebagai
anggota awam biara Karmelit. Dia banyak bermatiraga dan berdoa. Kemampuan
intelektualnya sangat bagus maka ia melanjutkan pendidikannya di Salamanca. Ia
ditahbiskan menjadi imam pada usia 25 tahun.
Ia bersahabat dengan Theresia
dari Avila yang tertarik pada cara hidup untuk membaharui Ordo Carmel. Yohanes
diangkat menjadi prior pertama dengan nama barunya Yohanes dari Salib. Ia
sempat di penjara selama 9 bulan oleh para konfrater yang tidak menghendaki pembaharuan radikal Yohanes dalam biara
Karmel. Dari banyak hal yang terkenal dalam hidup Yohanes, ada empat ajaran
rohani yang diwariskannya bagi gereja hingga saat ini: Mendaki Gunung Karmel,
Malam Gelap, Madah Rohani dan Nyala Cinta yang Hidup. Ajaran-ajarannya ini merupakan
gambaran peziarahan hidup setiap orang untuk bersatu dengan Tuhan. Ia meninggal
dunia pada tanggal 14 Desember 1591 dan dimakamkan di Segovia. Dia termasuk salah satu Pujangga Gereja Katolik.
Hal yang menarik dalam diri
Yohanes adalah ia berani melawan arus. Untuk membaharui biara Karmel, Yohanes
mulai dengan membaharui dirinya. Ia kembali ke semangat awal sebagai pribadi
yang taat, miskin dan murni. Pengalaman akan Allah dalam diri Yohanes adalah
kemampuannya untuk merasakan bimbingan Tuhan hari demi hari untuk mencapai
kekudusan. Membaca kehidupan Yohanes ini sangat inspiratif untuk membantu kita
memahami bacaan-bacaan Suci pada hari ini.
Tuhan melalui nabi Yesaya
berfirman dengan mengakui diriNya: Tuhan, Penebus, Yang Mahakudus, Allah
Israel. Dengan nama-nama atau sapaan-sapaan seperti ini kita langsung memahami
betapa Tuhan itu berbeda dengan kita. Dia bertindak sebagai Penebus. Pada saat
itu bagi umat pilihanNya yang menderita di Babel. Kini ia menjadi Penebus umat
manusia dalam diri Yesus Kristus. Dialah yang Mahakudus. Tidak ada kekudusan
lain yang menandingi Tuhan kita. Dialah Allah Israel bukan Allah lain, Dialah
Allah nenek moyang mereka yang hidup di tengah-tengah bangsa pilihanNya.
Tuhan berkata melalui Yesaya, “Akulah Tuhan Allahmu, yang mengajarkan
hal-hal yang berfaedah bagimu, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.
Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan
seperti sungai yang tidak pernah kering, kebahagiaanmu akan terus berlimpah
seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti. Keturunanmu akan
seperti pasir dan anak cucumu akan seperti kersik banyaknya. Nama mereka takkan
dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapanmu” (Yes 48:17-19).
Kata-kata Tuhan ini sangat
membahagiakan bukan hanya orang-orang pada zaman Yesaya tetapi masih tetap
aktual bagi kita saat ini. Di saat umat pilihanNya sedang menderita dan
merindukan Sion, Tuhan hadir dengan janji yang sangat membahagiakan. Ia mengakui
diriNya sebagai Tuhan bagi Israel. Ia menjadi guru yang mengajar mereka hal-hal
yang berfaedah. Ia penuntun yang setia. Tugas sebagai guru dan pembimbing
sangat penting bagi para orang tua dan anak-anak. Sabda Tuhan memiliki daya
yang luar biasa untuk damai sejahtera dan kebahagiaan. Tuhan juga hadir dalam
tanda-tanda kehidupan kita hanya kita sulit membuka diri untuk menerimanya.
Seandainya kita seperti Yohanes dari
Salib maka kita akan mengubah diri dan mengubah sesama.
Bacaan Injil hari ini menyadarkan
kita yang banyak kali bersikap masa bodoh dengan tanda-tanda zaman yang Tuhan
berikan kepada kita. Tuhan mengutus para utusannya tetapi pengajaran mereka
tidak diterima, mereka bahkan ditolak dan dianiaya. Yesus sendiri datang kepada
milik kepunyaannya tetapi tetap saja ditolak. Mari kita membenahi diri kita
yang sering menolak kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Saya mengakhiri renungan hari ini dengan doa dalam kesetiaan dari St. Yohanes dari Salib: "Ya Allah, Engkau tidak akan menarik kembali apa yang sudah Engkau anugerahkan kepadaku melalui Putera-Mu yang tunggal, Yesus Kristus. Dalam Dia, Engkau berikan kepadaku segala sesuatu yang dapat kurindukan! Maka aku akan merasa gembira, bila Engkau tidak menunda, asal aku setia menanti. Amen
Saya mengakhiri renungan hari ini dengan doa dalam kesetiaan dari St. Yohanes dari Salib: "Ya Allah, Engkau tidak akan menarik kembali apa yang sudah Engkau anugerahkan kepadaku melalui Putera-Mu yang tunggal, Yesus Kristus. Dalam Dia, Engkau berikan kepadaku segala sesuatu yang dapat kurindukan! Maka aku akan merasa gembira, bila Engkau tidak menunda, asal aku setia menanti. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment