Yer 23:5-8
Mzm
72:1-2.12-13.18-19
Mat 1:18-24
Namanya Emanuel!
Saya selalu merasa bahagia ketika pasangan suami istri yang
saya berkati pernikahannya di Gereja, memohon supaya bisa memilih Nama Baptis
bagi putra atau putri mereka. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa nama Baptis
itu istimewa karena kita memilih nama orang kudus atau santo dan santa menjadi
nama kita. Artinya bahwa kekudusan orang kudus itu menjadi milik kita, dengan
sendirinya membantu kita untuk bersatu dengan Allah yang Kudus. Memang setiap
nama memiliki makna tertentu yang selalu berhubungan dengan kekudusan Allah.
Itu sebabnya anak-anak yang dibaptis perlu diberi nama yang berhubungan dengan Allah
bukan dengan artis atau public figure tertentu.
Kemarin tanggal 17 Desember, kita mendengar Penginjil Matius memamparkan
Silsilah Yesus Kristus. Pada dasarnya Silsilah Yesus Kristus mau mengatakan
bahwa misteri Inkarnasi itu sungguh-sungguh terlaksana dalam hidup manusia.
Allah rela menjadi manusia, masuk dalam keturunan manusia terutama keturunan
Abraham dan Daud. Ada nama-nama wanita pendosa dan asing, juga orang-orang yang
berdosa seperti Daud Bapa leluhur Yesus. Yosef, Bapa Pemelihara Yesus berasal dari
keturunan Daud juga memiliki perasaan malu tertentu ketika mengetahui bahwa
Maria, tunangannya sudah hamil. Yosef menunjukkan kemanusiaannya dengan
berpikir untuk menceraikan Maria secara diam-diam supaya jangan memalukan Bunda
Maria.
Bagi Yosef, tidak ada pilihan lain selain menceraikan Maria
dengan diam-diam. Tetapi Tuhan punya rencana lain. Melalui malaikat Gabriel,
Tuhan menyadarkan Yosef dalam mimpi: “Yusuf,
Anak Daud, jangan engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam
kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan
engkau akan menamakan Dia Yesus karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya
dari dosa mereka” (Mat 1: 20-21). Hal yang dikatakan malaikat ini bukan hal
yang baru karena para nabi pun sudah menubuatkannya. Yosef menunjukkan
ketulusan dan kejujurannya untuk menerima Maria sebagai istrinya.
Figur Yosef ditampilkan Matius sebagai model penantian bagi
kita. Yosef menunjukkan dirinya sebagai seorang pria yang jujur dan tulus di
hadirat Tuhan dan manusia. Yosef tulus dan setia di hadapan Bunda Maria dengan
menerimanya apa adanya dan mencurahkan hidupnya bagi Yesus Puteranya. Kesetiaan
Yosef patut menjadi perhatian setiap pribadi, terutama setiap keluarga untuk
mengukur kadar kesetiaan sebagai suami dan istri. Apakah suami dan istri
masih saling menerima satu sama lain meskipun ada badai tertentu dalam
keluarga? Atau “diam-diam” dan “terang-terangan” bercerai merupakan suatu
pilihan yang tepat? Apakah kesepadanan dan cinta kasih memiliki akhir dalam
perceraian? Kedua kata kunci: kesepadanan dan cinta kasih tidak punya akhir!
Ini adalah bagian dari rencana Tuhan dan kekal. Ingat: "Yang dipersatukan Allah janganlah diceraikan manusia" (Mat 19:6; Mrk 10:9).
Yosef juga diserahi tugas untuk menamai Anak dalam kandungan
Maria, Yesus. Nama Yesus berarti Allah yang menyelamatkan. Pesan malaikat kepada
Yosef menuntut tugas dan tangung jawab Yosef sebagai pemelihara dan pendidik
bagi Yesus. Pengalaman rohani Yosef hendaknya menjadi pengalaman bagi setiap
keluarga untuk merasakan tugas dan tanggung jawab untuk memanggil anak-anak
sesuai dengan nama yang diberikan dan mendidik mereka sebagai pengikut Kristus.
Tentang kedatangan Tuhan Yesus, sudah dinubuatkan juga oleh
nabi Yeremia. Baginya, Mesias akan dilahirkan dari keturunan Daud. Tuhan
bersabda, “Aku akan menumbuhkan Tunas
adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan
melakukan keadilan dan kebenaran. Dalam zamannya, Yehuda akan dibebaskan, dan
Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang
kepadanya: Tuhan-keadilan kita” (Yer 23:5-6). Di samping itu Tuhan melalui
Yeremia juga menubuatkan peran Tuhan untuk menuntun umatNya menuju ke tanah air
yang kekal. Dengan kata-kata ini kita membayangkan Gereja peziarah yang sedang
berjalan menuju ke tanah air surgawi.
Sabda Tuhan hari ini memiliki banyak pesan yang konkret.
Penyambutan dan perayaan Natal akan bermakna ketika kita merasa bahwa Yesus
juga lahir di dalam keluarga masing-masing, bertumbuh dan berkembang dalam
keluarga. Maka tugas kita semua adalah
merasakan indahnya hidup bersama Yesus dalam keluarga masing-masing. Dampaknya
adalah setiap pribadi menunjukkan kesetiaan dan kasih sayang. Dengan demikian
meskipun ada badai dalam keluarga, tidak akan mengguncang dan memisahkan
karena setiap pribadi bersama Yesus. Bagaimana anda mempertahankan hidup
berkeluarga manakala ada badai menerpa?
Doa: Tuhan Yesus, selamatkanlah kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment