Kis 6:8-10.7:54-59
Mzm 31:3cd-4.6.8ab.16c.17
Mat 10:17-22
Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku!
Sukacita Natal! Selamat merayakan
Natal! Ya, semua orang masih merasakan suasana Natal yang penuh sukacita.
Mungkin banyak orang untuk sementara waktu lupa akan penderitaan, kemalangan
dan pergumulan tertentu di dalam hidupnya. Secara rohani tidaklah demikian.
Gereja berusaha membantu setiap umat beriman untuk melihat peristiwa Bethlehem
dan Peristiwa Kalvari sebagai satu kesatuan. Artinya kelahiran Yesus di
Betlehem itu bukan hanya melulu pengalaman penuh sukacita tetapi secara
liturgis kita juga dibantu untuk merasakan pengalaman penderitaan di Kalvari.
Kesederhanaan di Betlehem menjadi sempurna dalam kesederhanaan di Kalvari.
Yesus lahir dalam kandang hewan, dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan
dalam palungan, tempat meletakkan makanan dan minuman hewan. Yesus juga akan
menderita, disalibkan dan wafat tak berbusana, dibaringkan dalam kubur batu. Betapa
mulia dan indah merenungkan peristiwa Bethlehem dan Kalvari dalam satu
kesatuan.
Pada hari ini seluruh Gereja
Katolik merayakan Pesta St. Stefanus, sang martir pertama di dalam Gereja.
Tentu saja Stefanus tidak meninggal pada tanggal 26 Desember tetapi peristiwa
meninggalnya sangat erat dan mendalam hubungannya dengan Yesus. Ia sebagai diakon dam meninggal seperti Kristus. St. Lukas mengisahkannya kisah kemartirannya dalam bacaan pertama hari ini.
Sebagai salah seorang diakon, ia banyak melayani jemaat. Ia penuh dengan
karunia dan kuasa, membuat mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. Dia
juga mampu bersoal jawab dengan siapa saja dan menunjukkan bahwa
kebijaksanaannya berasal dari Tuhan. Orang-orang Libertini, Yahudi dan pemimpin
mereka yang barusan membunuh Yesus menunjukkan amarahnya. Dalam keadaan
terancam hukuman mati, Stefanus menatap ke langit, ia melihat kemuliaan Allah
dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Pengakuan imannya akan Yesus Kristus
inilah yang membuat dirinya diseret ke luar Yerusalem dan dilempari dengan
batu. Sambil dilempari dengan batu ia masih berdoa: “Ya Tuhan Yesus, terimalah
Rohku”. (Kis 7:59)
Kisah kemartiran Diakon Stefanus
ini menginspirasikan kita banyak hal pada masa natal ini:
Pertama, dengan semangat
natal, kita diberi kekuatan dan keberanian untuk menjadi saksi Kristus terutama
pada saat-saat yang ekstrim, menakutkan karena nyawa dipertaruhkan. Dalam bacaan
Injil Yesus berkata kepada para muridNya, “Waspadalah terhadap semua orang! Sebab ada yang akan menyerahkan kamu
kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan
karena Aku kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai
suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Janganlah kamu khawatir akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu
akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang
berbicara, melainkan Roh Bapamu; Dialah yang akan berbicara dalam dirimu”(Mat
10:17-19). Perkataan Yesus ini sudah dialami Stefanus sebelum dibunuh. Ia penuh
dengan Roh Kudus dan berani mengakui imannya di hadapan para musuh Kristus.
Apakah kita juga memiliki keberanian untuk bersaksi tentang Kristus ketika
orang mengatakan “kamu orang kafir” atau haram kalau mengucapkan “Selamat Natal”
kepada orang kafir.
Kedua, kemartiran Diakon Stefanus
membantu kita untuk memahami bahwa Natal adalah peristiwa penyerahan diri
secara total kepada Tuhan. Sama seperti Yesus yang menyerahkan segalanya ke
dalam tangan Bapa sehingga memilih Bethlehem sebagai tempat kelahiran dan
permulaan penderitaanNya bahkan sampai menyerahkan diriNya secara total “Bapa
ke dalam tanganMu, Kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46), demikian Stefanus dan kita
semua belajar untuk pasrah dan berserah kepada Bapa. Apakah dalam setiap
pergumulan hidup ini anda juga berserah kepada Tuhan? Atau yang terjadi adalah
kesombongan pribadi dengan berkata, “Aku tidak butuh Tuhan. Aku bisa
melakukannya sendiri”. Tuhan Yesus sendiri berkata, “Terlepas dari Aku, kamu
tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).
Ketiga, kemartiran Stefanus membantu kita
juga untuk mengimani Roh Kudus. Mari kita berusaha untuk hidup dalam Roh Kudus.
Orang yang hidup dalam Roh Kudus akan memiliki kebijaksanaan dan keberanian
untuk bersaksi. Tepat juga apa yang dikatakan Yesus dalam bacaan Injil hari
ini: “Kamu akan dibenci semua orang oleh
karena namaKu, tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”
(Mat 10:22). Roh Allah selalu hadir dan berkarya dalam diri kita kalau kita sungguh-sungguh
percaya. Apakah anda percaya akan Allah Roh Kudus?
Kemartiran Stefaus merupakan
titik awal kemartiran para murid Kristus. Pada masa setelah Stefanus, semua
murid Kristus mengalami penganiayaan sebagaimana Yesus sendiri katakan dalam
perikop Injil kita hari ini. Ada yang lari meninggalkan Yesus, tetapi ada lebih
banyak lagi yang bertahan sebagai pengikut Kristus. Ingat kata-kata Yesus ini, “Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya
akan selamat”. Bagaimana dengan anda? Apakah bisa bertahan dan siap mempertanggungjawabkan
imanmu?
Doa: Tuhan, lindungilah kami dari
segala bahaya yang mengancam hidup kami. Amen
PJSDB
mo follow back dong blog saya :) www.katolisitas-indonesia.blogspot.com
ReplyDelete