Sunday, December 11, 2011

Homili Minggu III Adven/B 11 Desember 2011

Minggu Gaudete:
Yes 61:1-2a.10-11; Mzm: Luk 1:46-50.53-54; 1Tes 5:16-24; Yoh 1:6-8.19-28




Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!



Pertanyaan yang sering ditanyakan mengawali pertemuan komunitas atau persekutuan doa: Adakah sukacita di dalam hatimu? Biasanya semua serempak berkata: Ada sukacita! Ada sukacita karena setiap pribadi berkumpul bersama dan berbagi pengalaman iman atau tujuan lain yang membahagiakan.

Dalam Sinode para Uskup di Roma [Oktober 2008], salah satu Uskup berbagi cerita berikut ini: Konon di di Latvia, sebuah negara di Eropa utara. Ketika Partai komunis masih berkuasa, mereka membuat sebuah kebijakan yakni menghapus semua agama di negeri itu. Pemerintah negara itu menangkap para pendeta Protestan, para imam dan uskup Katolik. Mereka mengintimidasi dan melakukan segala sesuatu untuk untuk menghalangi aliran kasih karunia dari Tuhan. Salah satu hal yang sempat dilakukan adalah tindakan kejahatan terhadap Alkitab karena bagi mereka Alkitab adalah Buku anti-komunis.

Pada waktu itu ada seorang imam yang ditangkap karena memiliki Alkitab. Imam itu bernama Pater Viktor. Ketika ia ditangkap dan sedang diinterogasi, seorang agen Soviet melemparkan Kitab Suci di lantai tepat di depannya. Mereka memerintahkan Pater Viktor untuk menginjakan kakinya di atas Alkitab, tetapi ia menolak. Ia justru berlutut dan mencium kitab suci. Karena ia mencium Kitab Suci di atas lantai itu maka sebagai hukuman baginya, ia harus bekerja paksa elama 10 tahun di Siberia.

Setelah menjalani hukuman, Pater Viktor kembali ke parokinya dan merayakan Misa Kudus. Ketika selesai membaca Injil, ia mengangkat Evangeliarum dan berkata, "Demikianlah Injil Tuhan!" Umatnya hanya menangis. Mereka hanya menghormati dalam keheningan karena takut dianggap provocator. Imam mengerti situasi ini dan menyadari bahwa bahwa sukacita akan tetap berlangsung dalam seluruh hidup. Sukacita adalah sesuatu yang luhur dan bernilai dalam hidup manusia. Sukacita itu turut membangun persahabatan yang mendalam dengan Yesus Kristus, yang dikisahkan di dalam Alkitab sebagai Firman Allah yang hidup.

Kisah ini menarik perhatian kita untuk menghayati ajakan Tuhan pada hari ini untuk selalu bersukacita senantiasa di dalam setiap waktu kehidupan. Seringkali kita hanya bersukacita pada saat yang membahagiakan dan menjadi sedih pada saat ada pergumulan atau penderitaan tertentu.  

Hari ini adalah hari Minggu ketiga Adventus dan biasanya disebut Hari Minggu sukacita atau Gaudete. Kekhasan Minggu ini adalah lilin adventus yang dinayalakan berwarna pink sebagai tanda sukacita atau kegembiraan. Alasan lain yang lebih penting adalah karena hari kelahiran Kristus semakin dekat dan semua umat beriman hendaknya menanti dengan sukacita.

Sabda Tuhan selama pekan ketiga ini juga mengarahkan Gereja untuk bersukacita menyambut kedatangan Yesus. Nabi Yesaya memberi peneguhan kepada umat Israel setelah kembali dari Babilonia untuk bersukacita: “Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena itu Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar Kabar Baik kepada orang-orang yang sengsara dan merawat orang-orang yang remuk hati... Maka aku bersukaria di dalam Tuhan, jiwaku bersorak sorai di dalam Allahku..” (Yes 61: 1.10). Bunda Maria dalam Mazmur antar bacaan bernyanyi: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah juru selamatku” (Luk 1:46) dan Paulus menambahkan: “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal” (1Tes: 5:16-18). Di tempat lain Paulus berkata: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Tuhan sudah dekat.” (Flp 4:4.5).

Figur Yohanes Pembaptis menjadi model penantian pada pekan ketiga ini. Ia adalah pribadi yang pertama-tama melonjak kegirangan di dalam rahim ibunya Elisabeth ketika mendengar salam dari Bunda Maria (Luk 1:44). Yohanes Pembaptis adalah pribadi yang rendah hati. Ia menyadari tugasnya sebagai orang yang menyiapkan jalan untuk kedatangan Tuhan dan memberi kesaksian tentang terang yang tidak lain adalah Yesus sendiri. Yesus adalah terang dunia. Ia berkata: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan!” (Yoh 1:23). Kebesaran Yohanes Pembaptis adalah menyiapkan orang untuk menyambut kedatangan Tuhan dengan seruan tobat dan membaptis dengan air. Hidupnya penuh dengan matiraga dan kesederhanaan. Ia berani memberi keaksian tentang terang dan membawa banyak orang mendekati terang. Ia berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:30) dan murid-muridnya meninggalkan dia dan mengikuti serta menjadi murid-murid pertama Yesus.

Orang yang bersukacita di dalam Tuhan akan melakukan perbuatan-perbuatan besar di hadapan Tuhan dan sesama. Mereka akan membawa sesamanya untuk dekat dan bersatu dengan Tuhan sebagai sumber sukacita. Mereka juga mampu mengasihi dan mengampuni sesama serta melakukan perbuatan-perbuatan baik karena Allah hadir di dalam diri mereka (Flp 4:5). Kadang-kadang orang terlalu bersukacita secara manusiawi sehingga lupa bahwa yang harus dikenal dan dimuliakan adalah Tuhan dan bukan manusia. Gampang sekali orang menepuk dada dan mengatakan: “Untung ada saya sehingga dia bisa berhasil!” Atau banyak imam, biarawan dan biarawati yang memiliki “kelompok khusus” yang selalu memuji dan “menyembah”. Setelah imam, biarawan dan biarawati pindah ke komunitas lain, kelompok khusus itu tidak mau ke gereja lagi. Pada Akhirnya yang terjadi adalah Kristus menjadi nomor dua dan manusia menjadi nomor satu. Sungguh hari ini Yohanes Pembaptis mengoreksi kita dan mulai saat ini kita membawa orang kepada Kristus bukan kepada diri kita.

Kembali ke pertanyaan: “Adakah sukacita dalam hidupmu saat ini?” Kalau anda memiliki sukacita maka bangunlah sikap saling mengampuni: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44). Janganlah iri hati terhadap sesamamu yang berbuat baik tetapi belajar dan tidak pernah berhenti berbuat baik. Hendaklah di dalam pelayananmu, Tuhan semakin dimuliakan bukan dirimulah yang semakin dihujani dengan pujian dan Tuhan dilupakan. Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan dan bersyukurlah dalam segala hal!

PJSDB

No comments:

Post a Comment