Sunday, December 25, 2011

Homili Misa Fajar Natal 25 Desember 2011/B

Yes 62: 11-12; Mzm 97:1.6.11-12; Ul:3c; Tit 3:4-7; Luk 2:15-20

Marilah kita pergi ke Betlehem

Tuhan, melalui Nabi Yesaya berusaha meyakinkan Bangsa Israel dengan sapaan bernada optimis: “Lihat Penyelamatmu datang!” Kedatangan sang penyelamat harus disambut dengan gembira. Mereka harus membuka pintu-pintu gerbang Yerusalem untuk menyambut raja yang menyelamatkan. Tangan mereka harus terbuka untuk menyambut karena dialah yang akan membebaskan mereka dari ketakutan dan kegelisahan. Bagi mereka yang terbuka untuk menerima sang penyelamat akan disebut bangsa yang kudus, orang-orang tebusan Tuhan.

Tuhan menyelamatkan bangsa Israel dari ketakutan dan kegelisahan semata-mata karena belaskasihanNya. Tuhan berjanji untuk menyelamatkan mereka dan janjinya sungguh-sungguh terpenuhi. St. Paulus dalam suratnya kepada Titus juga mengulangi keagungan Tuhan ini. Keselamatan manusia adalah sebuah anugerah yang istimewa dari Tuhan. Semua ini bukan karena jasa manusia tetap semata-mata karena belas kasih Tuhan yang begitu besar kepada manusia. Titus sebagai pemimpin jemaat diharapkan untuk menyadarkan komunitasnya supaya terbuka pada keselamatan yang ditawarkan oleh Tuhan. Sakramen Pembaptisan yang diterima menjadi kekuatan tersendiri bagi manusia untuk menyadari keselamatan. Karya Roh Kudus dan jasa Yesus Kristus yang diimani berkat pembaptisan ini mendorong manusia untuk semakin setia kepada Tuhan.

Keterbukaan pada karya Tuhan di dalam hidup ini mendorong setiap orang percaya untuk selalu siap mewartakan Kristus dengan cara apa saja. Lukas memilih pribadi-pribadi yang siap menjadi pewarta kabar sukacita kelahiran Yesus:

Pertama, Para gembala adalah orang-orang sederhana yang dipilih Tuhan untuk mendengar warta sukacita kelahiran Yesus. Mereka begitu terbuka dan siap menjadi pewarta: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita”. Sikap yang mereka miliki sebagai misionaris adalah: “Mereka cepat-cepat berangkat ke Bethlehem dan mendapati Maria dan Yosef serta bayi yang terbaring di dalam palungan.” Para gembala juga bersukacita dan memuji Allah karena pengalaman iman itu sungguh terwujud seperti warta para malaikat.

Kedua, Bunda Maria adalah misionaris sejati. Pengalaman Bethlehem adalah pengalaman yang luar biasa! Ada sukacita karena kelahairan Yesus sebagaimana ia terima dari kabar malaikat Gabriel. Dukacita karena Puteranya Yesus lahir dalam suasana penuh dengan kesederhanaan. Ia menyimpan semua perkara itu di dalam hati dan merenungkannya.

Ketiga, Yosep adalah pribadi yang diam tetapi menunjukkan tanggungjawabnya sebagai bapa. Dia mencari jalan bagaimana Maria dan Yesus dapat berbahagia dalam situasi yang sulit.

Natal bukanlah peristiwa iman yang dihiasi dengan kemegahan duniawi. Perayaan iman ini perlahan-lahan menjadi sangat duniawi, komersil! Padahal sabda Tuhan pagi ini justru membuat semua orang patut merenungkannya: siap menjadi misinonaris yang mewartakan Injil, siap untuk membawa cinta kasih Bapa dalam diri PuteraNya kepada sesama yang miskin dan membutuhkan uluran tangan kasih setiap pribadi. Bunda Maria menginspirasikan kita untuk menyadari semua perkara kehidupan kita. Kita patut merenungkan dan menyimpan semuanya di dalam hati kita masing-masing. Jadilah orang yang bertanggung jawab seperti St. Yosep.

Seiring dengan terbitnya matahari baru, jadilah saksi Kristus.

PJSDB

No comments:

Post a Comment