Beato Dionisius dan Redemptus
Yes 26:1-6
Mzm 118: 1.8-9.19-21.25-27a
Mat 7: 21.24-27
Membangun rumah di atas wadas atau di atas pasir
Setelah menyampaikan semua pengajaran
Sabda Bahagia di atas bukit, Yesus lalu menyampaikan epilog pengajarannya tentang bagaimana menjadi murid yang sejati.
Banyak orang yang mendengar Sabda bahagia dan penjelasannya di atas bukit
tetapi Yesus tahu bahwa tidak semuanya akan menghayatinya di dalam hidup. Oleh
karena itu Ia dengan tegas mengatakan kepada para muridNya: “Bukan setiap orang yang berseru-seru
kepadaKu: Tuhan,Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan Dia yang
melakukan kehendak BapaKu yang di Sorga.”
Kata-kata Yesus ini ditujukan
kepada para muridNya yang saat itu penuh antusias dan kharismatis mendengar
pengajaranNya. Sayang sekali komitmen hidup kristianinya sangat minim.
Keterlibatan dalam hidup bersama sangat terbatas. Mereka ini berpikir bahwa
sudah cukuplah mewujudkan iman dengan kehidupan devosional atau berani menyatakan
iman mereka di depan umum. Bagi Yesus orang-orang ini adalah pengikutNya yang
palsu! Belum cukup! Maka tidak cukup memanggil dan mewartakan: Tuhan, Tuhan!
Tetapi terutama secara serius melakukan kehendak Bapa. Melakukan kehendak Bapa
itu yang paling penting karena Yesus sendiri melakukannya.
Selanjutnya untuk mempertegas maksud
Yesus tentang pengikutNya yang berkomitmen atau tidak berkomiten, Dia memberi
perumpamaan tentang orang yang membangun rumah di atas wadas atau di atas
pasir. Ini merupakan analogi antara orang yang mendengar SabdaNya di atas bukit
itu dan melakukanNya. Mereka ini seperti orang bijaksana yang membangun rumah
di atas batu wadas. Sedangkan para pendengarNya yang mendengar Sabda tetapi
tidak melakukannya itu seumpama mereka yang membangun rumah di atas pasir.
Fundasinya tidak kuat dan mudah roboh. Yang terpenting di sini adalah
keterbukaan untuk melaksanakan atau
mengerjakan (poieîn) kehendak Bapa. Jadi Kehendak Bapa sangat dijunjung
tinggi.
Iman kita kepada Tuhan hendaknya
memiliki pijakan pada wadas. Wadas dalam bahasa Kitab Suci adalah Tuhan
sendiri. Jadi pijakan hidup kita adalah Tuhan sendiri. Tuhanlah wadas perkasa! Kita
ditantang oleh Yesus hari ini, apakah kita sungguh memiliki komitmen untuk melakukan
kehendak Bapa? Apakah kita memiliki komitmen untuk menjadi pelaku Firman?
Berbahagialah orang yang mendengar Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Marana-tha
PJSDB
No comments:
Post a Comment