Monday, December 26, 2011

Renungan 26 Desember 2011


St. Stefanus (Martir Pertama)
Kis 6:8-10;7:54-60; Mzm 30: 3.6-8a.17.21ab; Mat 10:17-22

Ya Tuhan Yesus terimalah rohku

Barangkali banyak orang berpikir bahwa sehari setelah Yesus lahir, Stefanus langsung dibunuh. Pemikiran seperti ini tidaklah tepat karena Stefanus dibunuh setelah Yesus wafat, bangkit dan naik ke surga. Secara liturgis, Gereja mau membantu kita semua untuk merenungkan bahwa peristiwa natal bukan hanya sekedar peristiwa Bethlehem yang penuh dengan sukacita tetapi sekaligus peristiwa Kalvari di mana Yesus mencurahkan darahNya yang mulia untuk keselamatan umat manusia.

Stefanus adalah salah satu diakon atau pelayan yang dipilih di antara tujuh diakon pertama untuk melayani komunitas Gereja Perdana. Stefanus dikenal sebagai pribadi yang penuh iman dan Roh Kudus (Kis 6:5). Karena penuh dengan karunia dan kuasa maka ia juga mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. Karena kaum Libertini tidak memahami hikmat Allah dalam diri Stefanus maka dia dituduh menghujat Musa dan Allah. Stefanus akhirnya dibunuh dengan cara dilempari batu. Hal-hal yang menunjukkan kemiripannya dengan Kristus adalah: Pertama, Stefanus melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Kedua, Stefanus menyerahkan rohnya kepada Allah. Ketiga, kemampuan Stefanus untuk mengampuni: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!”

Kemartiran Stefanus mengundang kita untuk berefleksi tentang nilai hidup sebagai pengikut Kristus. Stefanus menyerahkan nyawanya sebagai bukti nyata cintanya kepada Kristus. Pada saat ini kemartiran tidak lagi dipandang semata-mata dengan menumpahkan darah demi Kristus tetapi bahwa hidup sebagai orang yang menghayati kebajikan-kebajikan kristiani dan nilai-nilai injili (misalnya sabda bahagia, hukum kasih, buah-buah Roh Kudus) juga merupakan bentuk-bentuk kemartiran (kesaksian) kristiani. Singkatnya, hidup sebagai orang kristiani yang baik di hadapan umum merupakan bentuk kemartiran saat ini. St. Stefanus, doakanlah kami. Amen. 
PJSDB 

No comments:

Post a Comment